sydney-icon

Alternative Mechanisms for Improving Access to Health Care Services:
Experiences from Developing Countries of the World

Chair: Mahmud Khan (University of South Carolina)


 

Dalam sesi ini di presentasikan oleh empat paper meliputi:

SESI 1: Build them but will they come? The association of access and demand-side factors with health service utilisation in Nepal
(Eliana Jimenez-Soto, University of Queensland)


Rata-rata cakupan banyak isu seperti pelayanan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan kesehatan anak di region ekologi pegunungan di Nepal terhitung lebih rendah dari seluruh daerah di negara itu. Ini masih belum diketahui jika perbedaan region dipengaruhi oleh keterbatasan akses untuk pelayanan ini ataukah oleh faktor lain. Menggunakan representative data untuk wanita umur 15 – 49 tahun dari Nepal Demographic and health Survey 2011, metode Blinder Oaxaca non linier decomposition untuk kuantifikasi efek perbedaan ukuran karakterisitk antara region pegunungan dan daerah lainnya di negara itu dalam perbedaaan kepemilikan fasilitas melahirkan dan pemanfaatan penolong persalinan terampil. Dari semua variabel yang diuji, baik itu faktor supply side (seperti jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan) dan demand side (seperti pendidikan ibu) ditemukan berkontribusi terhadap ukuran ketidaksetaraan region dalam cakupan pelayanan kesehatan. Hasil ini berimplikasi bahwa exclusive focus pada hambatan untuk akses mungkin tidak mencapai tujuan mengeliminasi perbedaan pada pemanfaatan pelayanan kesehatan.

 

SESI 2: Community based health insurance scheme in the Lao PDR: Some policy directions for increasing health services coverage for the near poor
( Shakil Ahmed, University of Melbourne. Nossal Institute for Global Health)


Program Asuransi kesehatan berbasis komunitas (Community Based Health Insurance/CBHI) dimulai pada tahun 2002 di Laos. Saat ini Departemen Kesehatan mengoperasikan skema CBHI di 31 kabupaten dari 10 provinsi dengan bantuan teknis dari mitra pembangunan. Populasi sasaran adalah populasi sektor wiraswasta dan informal, yang terdiri atas 80% dari total populasi. Partisipasi yang rendah dari keanggotaan setelah sepuluh tahun pelaksanaan tetap menjadi salah satu masalah dan tantangan untuk skema CBHI di Laos.

Penelitian ini mengumpulkan informasi tentang kunci pengaturan pelaksanaan terutama pada cakupan skema untuk perbaikan lebih lanjut dan scaling up di Laos. Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan cakupan serta memberikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan yang bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan kebijakan skema CBHI.

Data dikumpulkan dari sumber sekunder dan primer. Review literatur sekunder termasuk dokumen kebijakan, laporan pelaksanaan dan artikel peer-review pada CBHI di Laos. Data primer dikumpulkan melalui 15 wawancara kualitatif yang dilakukan pada bulan September 2012 di dua provinsi Laos PDR dengan informan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten dan pemerintahan desa pelaksana atau mengelola skema CBHI.

Skema CBHI mencakup 11,4% (138.935) dari populasi target dan jumlah anggota telah meningkat 12 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Tingkat pertumbuhan keanggotaan CBHI saat ini hanya 2,5% ketika target ditetapkan sebesar 15%. Cakupan untuk skema rendah. Skema CBHI meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan mengurangi pembayaran langsung (out of pocket) untuk anggota. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesulitan utama untuk meningkatkan akses ke rumah tangga hampir miskin saat ini dihadapi oleh skema CBHI adalah adanya pemberian subsidi bagi anggota yang mendekati miskin, sumber daya yang lemah untuk kapasitas manajerial dan tidak cukup penyebaran informasi tentang skema dan manfaat kepada populasi sasaran.

 

SESI 3: Improving access to maternal health services for rural poor: a study of Self Help Groups in India
(Somen Saha, University of Melbourne, Nossal Institute for Global Health)


Tantangan utama dalam pencapaian cakupan kesehatan universal adalah memastikan cakupan yang efektif bagi masyarakat miskin dan rentan, dan mengurangi kesenjangan kesehatan antara individu dari strata sosial ekonomi yang berbeda. Grup Self Help (SHG), merupakan sebuah kelompok afinitas homogen berbasis ekonomi rendah pada masyarakat miskin pedesaan yang secara sukarela bersama-sama untuk menyimpan jumlah kecil dan memberikan pinjaman bebas agunan, yang banyak dianggap sebagai landasan aktivitas keuangan mikro. SHG dianggap mempengaruhi status kesehatan, khususnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak dan pemanfaatan pelayanan. Namun, bukti-bukti tentang dampak SHG pada kesehatan terbatas pada intervensi level pilot. Dengan menggunakan data dari Survei Rumah Tangga Nasional Tingkat Kabupaten (DLHS-3), paper ini menganalisis pengaruh adanya SHG pelayanan kesehatan Ibu di pedesaan India.

Informasi yang dikumpulkan dari DLHS 3 adalah mengenai 643.944 wanita yang pernah menikah dari 22.825 desa di India. Variabel yang menjadi prediktor utama adalah kehadiran SHG di desa. Variabel hasil adalah: persalinan di fasilitas kesehatan, pemberian kolostrum bayi baru lahir, pengetahuan tentang sterilisasi wanita, IUD, pil oral, kontrasepsi darurat, dan kondom perempuan, dan pil oral yang pernah digunakan, IUD, dan sterilisasi perempuan. Regresi logistik biner diaplikasikan untuk memperkirakan pengaruh yang mengendalikan pendidikan responden , pekerjaan, mendengar atau melihat pesan-pesan kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, dan keberadaan komite kesehatan dan sanitasi.

Responden dari desa-desa dengan SHG lebih mungkin untuk melahirkan di pelayanan kesehatan, pemberian kolostrum bayi baru lahir, mengetahui dan memanfaatkan produk dan pelayanan keluarga berencana.

Penelitian ini menyimpulkan adanya SHG berpengaruh pada peningkatan permintaan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan ibu di pedesaan India. Hal ini memiliki implikasi bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana hambatan akses ke layanan kesehatan, kurangnya informasi dan hambatan budaya menghambat kelompok miskin dan rentan dari manfaat dari belanja publik. Namun, ada kebutuhan untuk lebih memahami pengaruh kolaborasi sistematis antara komunitas kesehatan masyarakat dan organisasi-organisasi di bawah untuk memenuhi tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat.

 

SESI 4: Performance based payment increases the utilization of safe motherhood services by the poor in 'Chakaria', a remote rural area of Bangladesh
(Mohammad Iqbal, International Center for Diarrhoeal Disease Research-Bangladesh (ICDDR,B))


Pemanfaatan layanan Kesehatan tidak adil (inequitable) di Bangladesh. Ujicoba dilakukan dengan sebuah model yang berbasis perekrutan perempuan lokal yang telah dilatih pada kebidanan komunitas (persalinan oleh tenaga trampil) untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan persalinan aman selama 2000-2005. Pemanfaatan layanan yang diberikan oleh bidan ICDDR ,B tersebut mengalami sedikit peningkatan selama lima tahun intervensi beroperasi. Namun, pemanfaatan layanan oleh masyarakat miskin tidak meningkat secara signifikan.

Voucher dari berbagai denominasi yang disampaikan oleh staf proyek untuk wanita hamil yang termasuk dalam aset kuintil rumah tangga terendah kedua. Para wanita itu disarankan untuk mencari layanan dari bidan dalam pertukaran voucher tanpa membuat pembayaran tunai. Para bidan membawa voucher yang mereka terima sebagai pembayaran untuk layanan mereka ke kantor ICDDR ,B lokal untuk pencairan. Keaslian klaim diverifikasi secara fisik dengan mengunjungi perempuan oleh staf proyek Chakaria dan klaim palsu tidak diproses untuk pembayaran. Ada sekitar 22.000 rumah tangga yang ada di daerah intervensi.

Chakaria Community Health Project (CCHP) dari ICDDR, B adalah desain kuasi-eksperimental, tetapi memiliki enam serikat intervensi dan dua rujukan. Data dari Chakaria Kesehatan dan Surveillance Sistem demografi (Chakaria HDSS) dianalisis. Chakaria HDSS rutin mengumpulkan data kuartalan dari 3.727 dan 3.315 rumah tangga dipilih secara acak dalam intervensi dan daerah perbandingan masing-masing. Pengumpulan data rutin dalam Chakaria memungkinkan perbandingan pemanfaatan layanan perawatan medis sebelum dan sesudah serta sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan Ibu dari provider terampil meningkat secara besar pada rumah tangga miskin, sebelum intervensi dilakukan. Pemanfaatan pelayanan ANC oleh provider terampil meningkat dari 52% menjadi 74%, melahirkan 3% sampai 22% dan PNC (16 – 42%).

Sistem pembayaran berbasis "Performance" Kinerja menunjukkan potensi untuk memastikan peningkatan pemanfaatan pelayanan persalinan aman di antara perempuan dari dua kuintil terendah aset. Model ini dapat diperluas untuk mencakup layanan kesehatan lainnya.

  Relevansi dalam konteks Indonesia

Peningkatan akses pelayanan kesehatan merupakan salah satu isu yang juga berkembang di Indonesia, seperti contohnya adalah rendanya kunjungan ANC pada beberapa district di Indonesia. Berbagai mekanisme yang telah diungkapkan paper diatas memberikan gambaran dan masukan yang mungkin dapat diadopsi oleh Indonesia, dan mana yang mungkin sudah tidak sesuai untuk agenda peningkatan akses pelayanan kesehatan di Indonesia karena Indonesia dan beberapa negara dalam studi tersebut memiliki sosio kultural dan latar belakang demografi penduduk yang berbeda. Hal terkait dalam paper skema asuransi berbasis komunitas; Indonesia dalam rangka pencapaian universal coverage telah mencanangkan program SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), dimana dalam rencananya semua kelompok dan golongan masyarakat akan terjangkau. Asuransi berbasis komunitas. Program ini juga akan mengalami beberapa hambatan ketika mungkin di adopsi oleh Indonesia; dimungkinkan terjadinya overlap enrollment,karena sebagian masyarakat Indonesia mempunyai banyak komunitas, beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Dan menarik untuk paper tentang Meningkatkan Akses untuk Pelayanan Kesehatan Ibu untuk Masyarakat Miskin di Desa dengan Grup "Self Help", banyak penelitian menumukan determinan untuk akses pelayanan kesehatan Ibu di Indonesia ada di demand side; dimana faktor dari Ibu sangat berpengaruh, bagaimana tingkat pendidikan mereka, pengetahuan, dan pendapatan rumah tangga. Grup Self Help memberikan kesempatan pada Ibu untuk dapat memiliki akses ekonomi, memungkinkan mereka untuk dapat membeli pelayanan kesehatan tanpa tergantung pada suami. Hal ini sangat berpengaruh pada decision making process dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Berdasarkan gambaran sekilas, self-help memungkinkan untuk dapat di adopsi, tetapi pada komunitas tertentu.

Penulis: Siti Mafsiah