The Availability of Essential Medicines in Primary Health Centers in Indoenesia: Achievements and Challenges Across the Archipelago
Indonesia sedang membuat kemajuan signifikan dalam mencapai cakupan kesehatan semesta, yang melibatkan pemberian akses gratis terhadap obat-obatan esensial. Sebuah studi mengkaji ketersediaan obat esensial di puskesmas di seluruh Indonesia, alasan mengapa obat-obatan tidak tersedia, dan sejauh mana masyarakat mempunyai akses terhadap titik-titik distribusi alternatif. Data dikumpulkan melalui kunjungan enumerator pada 9.831 Puskesmas di 514 kabupaten untuk menilai ketersediaan 60 layanan kebutuhan pokok obat. Peneliti menghubungkan hasilnya dengan sensus desa nasional, menilai hubungan antara ketersediaan, kemiskinan, dan akses terhadap titik-titik distribusi alternatif.
Hasilnya, ketersediaan obat sangat bervariasi. Median ketersediaan 17 obat prioritas adalah 82%. Ketersediaan obat ibu dan anak adalah tertinggi (73%) dan terendah untuk kesehatan mental (42%). Alasan utama ketidakhadiran adalah karena obat-obatan dianggap tidak perlu (46%) atau tidak disediakan (38%). Wilayah Jawa/ Bali memiliki ketersediaan obat tertinggi, dan wilayah perdesaan di Indonesia Timur mempunyai angka terendah. Di kabupaten-kabupaten ini, penduduknya mengalami kesulitan keuangan dan sebagian besar bergantung pada obat-obatan gratis dari penyedia layanan publik, dan memiliki akses paling sedikit terhadap titik-titik distribusi alternatif. Untuk meningkatkan ketersediaan semua obat-obatan esensial, pemerintah harus memprioritaskan daerah dengan kebutuhan tertinggi, meningkatkan pendanaan untuk puskesmas di daerah terpencil, dan menerapkan pemantauan yang transparan terkait ketersediaan obat-obatan.