The Challenging Journey of Cervical Cancer Diagnosis and Treatment at The Second Largest Hospital in Indonesia
Kanker serviks merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Sebuah studi dilakukan mengenai perjalanan penyakit kanker dennen menyelidiki kapan pasien pertama kali didiagnosis dan menerima perawatan di rumah sakit besar di Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari kunjungan rawat jalan dan dianalisis secara deskriptif pada 215 pasien kanker serviks dirawat di bagian rahat jalan onkologi ginekologi RS Akademik Dr. Soetomo antara Agustus dan Oktober 2022.
Hasilnya, pasien terbanyak berusia 51-60 tahun (36,3%), ibu rumah tangga (87%), dan berpendidikan sekolah dasar (50%). Sebagian besar (88,4 %) mengaku tidak mengetahui tentang pencegahan kanker serviks, dan 85,6 % tidak pernah menjalani screening. Sebagian besar biopsi serviks dilakukan di rumah sakit primer (42,3%). Takut akan pengobatan kanker merupakan alasan paling sering pasien datang terlambat ke rumah sakit tersier (50%). Keterlambatan pengobatan terjadi karena pasien harus mengunjungi dua fasilitas kesehatan sebelum mengunjungi rumah sakit tersier (47,4%). Mayoritas pasien didiagnosis menderita kanker stadium III (38,1%), dan kemoterapi diberikan sebagai lini pertama terapi (96,3%). Sebagian besar pasien (51,2%) menerima terapi pertama mereka >12 bulan setelah timbulnya gejala awal. Sebagian besar pasien kanker serviks didiagnosis pada stadium akhir karena kurangnya informasi mengenai gejala awal dan skrining. Pengobatan tertunda karena hambatan sosial. Pemerintah perlu memiliki kebijakan yang lebih ketat dalam melaksanakan deteksi dan pencegahan kanker serviks. Artikel ini dipublikasikan pada Gynecologic Oncology Reports pada 18 Januari 2024.