Reportase Webinar Urgensitas Riset Implementasi untuk Penelitian Kebijakan Kesehatan

Kamis, 1 Februari 2024 

2feb1Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD menyapa peserta dan memberikan informasi singkat di awal terkait riset kebijakan dan implementasi, yang dikembangkan dengan platform website untuk mempermudah akses. Meskipun peserta mungkin memiliki kesibukan pada waktu tertentu, materi tetap tersedia secara daring di situs website yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.

Kebijakan kesehatan melibatkan berbagai bidang keahlian, mengingat keberagaman latar belakang dan keahlian dosen Poltekkes. Ini memungkinkan setiap individu untuk berkembang sebagai ahli kebijakan dalam bidang spesifik mereka. Selanjutnya, Laksono menyebutkan bahwa ada empat sesi dalam pelatihan ini, kemudian diikuti ujian di akhir. Bagi Poltekkes yang tertarik untuk melanjutkan kegiatan ini, akan ada diskusi lebih lanjut dengan tim Kementerian Kesehatan.

dr. Likke Prawidya Putri, MPH, PhD menambahkan bahwa peserta dapat mengakses kegiatan melalui tautan Gadjah Mada Medical e-learning (Gamel) yang tersedia di situs website KMPK UGM. Konten yang tersedia di dalam Gamel mencakup informasi tentang materi, pertanyaan/diskusi, dan kuis. Bersamaan dengan itu, tim pelaksana juga menampilkan hasil survei yang diisi pada pertemuan sebelumnya. Hasil survei menunjukkan adanya peningkatan pemahaman meskipun masih ada peserta yang belum sepenuhnya memahami materi. Tri Muhartini, MPH kemudian memberikan catatan atau tinjauan tentang pembahasan materi awal yang disampaikan oleh Dr. Gabriel Lele, M.Si, yang meliputi konten kebijakan kesehatan, implementasi riset, dan peluang perbaikan kebijakan yang disebut sebagai jendela kebijakan. Tri juga memberitahu setiap peserta yang ingin mendapatkan sertifikat bahwa mereka harus mengikuti ujian yang telah dijadwalkan.

Stefani Wijaya, S.H, M.H sebagai moderator memperkenalkan kedua pemateri yang akan membawakan topik tentang "Urgensi Riset Implementasi untuk Penelitian Kebijakan Kesehatan", sebagai bagian dari Pengantar Riset Implementasi. Pemateri pertama adalah Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D, FRSPH, yang merupakan dekan FK-KMK UGM, dan dr. Likke Putri, MPH, PhD, sebagai pemateri kedua yang merupakan dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM.

2feb2Menurut Prof. Yodi, riset implementasi adalah riset yang menjawab pertanyaan terkait dengan implementasi itu sendiri, sehingga riset kebijakan implementasi ini tergantung pada apa yang diimplementasikan, bagaimana diimplementasikan, dan kualitas dari implementasi itu sendiri. Dari berbagai pilihan intervensi, perlu memperhatikan bukti berbasis atau efektivitas kebijakan yang diambil. Jika telah terbukti efektif, kebijakan tersebut dapat diadaptasi atau diterapkan untuk mengatasi persoalan kesehatan tertentu. Namun, jika belum terbukti, perlu dilakukan uji coba lebih lanjut. Hal yang membedakan pertanyaan riset implementasi dari riset lainnya adalah keberhasilan implementasi yang direncanakan. Riset ini tidak hanya berfokus pada efektivitas kebijakan, melainkan juga pada proses implementasinya. Riset implementasi melibatkan implementor dan para pemangku kepentingan.

Poin penting dari riset implementasi terletak pada pertanyaan penelitian. Ada dua hal penting dalam merumuskan pertanyaan riset implementasi, yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan tantangan dan tujuan implementasi. Pertanyaan penelitian tentang jenis tantangan termasuk perluasan cakupan riset, keberlanjutan, replikasi kebijakan, integrasi program, keadilan kebijakan, dan efektivitas nyata. Sementara pertanyaan berdasarkan tujuan meliputi eksplorasi, deskripsi, pengaruh, penjelasan, dan prediksi terhadap implementasi program atau kebijakan.

Framework yang sering digunakan dalam riset implementasi adalah CFIR, RE-AIM, tingkatan NIRN dari implementasi, ADAPT-ITT, dan WHO ExpandNet. Namun, CFIR adalah yang paling sering digunakan karena memberikan informasi tentang potensi tantangan dan kemudahan dalam menjalankan sebuah kebijakan. Adapun metode yang sering digunakan meliputi mix-methods, participatory action research, studi peningkatan kualitas, percobaan implementasi dan efektivitas hibrida, serta percobaan pragmatis.

2feb3dr. Likke sebagai pemateri kedua menjelaskan tahapan kebijakan dalam lima siklus, mulai dari penetapan agenda, perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, evaluasi kebijakan, hingga perubahan kebijakan atau penghentian kebijakan. Riset kebijakan tidak jauh berbeda dari riset lainnya. Jika riset dilakukan pada fase penetapan agenda, perhatian utama adalah bagaimana menemukan dan menganalisis masalah serta akarnya. Namun, jika pada tahap perumusan kebijakan, tujuannya adalah memberikan alternatif solusi dengan berbagai metode yang cocok, seperti systematic dan scoping. Bentuk studinya bisa menggunakan model Delphi, yaitu studi yang menggambarkan kemungkinan kejadian masa depan dari berbagai alternatif kebijakan, sehingga dapat menentukan area mana yang menjadi prioritas.

Evaluasi kebijakan dapat dilakukan menggunakan berbagai metode, seperti before after, membandingkan kelompok intervensi dan kontrol, difference in difference, serta interrupted time series. Oleh karena itu, terdapat berbagai metode penelitian yang dapat digunakan sesuai dengan kasus dan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan diajukan oleh peserta. Misbahuddun bertanya tentang skenario building dalam penelitian berbasis tujuan. Prof. Yodi menjelaskan bahwa skenario building adalah perencanaan strategis ke depan yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Luluk Widati membagikan pengalaman tentang implementasi kebijakan pencegahan dan penanganan penyakit tertentu yang tidak sesuai dengan panduan, dan hasil temuannya kemudian dijadikan sebagai policy brief. Suryani Manurung bertanya tentang kriteria inklusi dan eksklusi, serta jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam riset implementasi ini. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi tidak berbeda jauh dengan riset biasa dalam hal prinsip, yang penting adalah pertanyaan penelitian dan metode yang digunakan.

Pertanyaan dari Lia, apakah riset ini dapat mengarah ke penelitian lanjutan, dan bagaimana cara menghilangkan konflik kepentingan dalam riset implementasi. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi bertujuan untuk mengoptimalkan implementasi, bukan hanya menilai keberhasilan atau kegagalan. Konflik kepentingan dalam riset implementasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun dapat dikelola atau dikurangi risikonya. Penting untuk melibatkan pemangku kepentingan dari awal untuk memastikan solusi dapat diterima dan dijalankan.

Pertanyaan dari Sudiono tentang integrasi riset implementasi di Poltekkes. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi dapat diterapkan di Poltekkes pada tahap implementasi program yang telah dikembangkan. Penting untuk memastikan dukungan dari para pemangku kepentingan dan menghindari penolakan di masyarakat. Laksono menambahkan bahwa peran Poltekkes untuk mengevaluasi kebijakan yang berjalan di daerah.

Pertanyaan terakhir dari Syarifah tentang strategi dalam menegakkan penelitian terkait pengelolaan makanan dan pangan. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset kebijakan perlu melibatkan para pemangku kepentingan dari awal, dan strategi seperti penyampaian policy brief atau dialog kebijakan dapat membantu dalam mendorong perubahan.

Reporter: Faisal Mansur, MPH (Divisi Public Health PKMK)

Materi dan video kegiatan dapat diakses pada link berikut klik disini

 

 

 

Diskusi Konsep Pendampingan Program Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus di Kota Balikpapan dengan Menggunakan Prinsip Transformasi Kesehatan

Kerangka Acuan Kegiatan

Diskusi Konsep Pendampingan Program Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus di Kota Balikpapan dengan Menggunakan Prinsip Transformasi Kesehatan

Kamis, 12 Januari 2023   |   Pukul 15.00 – 16.00 WIB

   Latar Belakang

Penyakit Diabetes adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat global terbesar, memberikan beban global yang berat pada kesehatan masyarakat serta pembangunan sosial- ekonomi. Individu dengan diabetes memiliki risiko 2-3 kali lipat dari semua penyebab kematian. Diabetes juga sangat berkaitan dengan peningkatan kematian akibat infeksi, penyakit kardiovaskular, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, dan kanker.

Kota Balikpapan sebagai salah satu kota bisnis di Indonesia serta memiliki kedudukan sebagai penyangga Ibu Kota Negara tidak hanya memiliki posisi yang strategis secara ekonomi, namun dengan mobilisasi yang tinggi juga berdampak kesehatan penduduk. Mulai dari gaya hidup, lingkungan, dan sebagainya ternyata juga meningkatkan pengaruh pada naiknya angka penderita diabetes di Kota Balikpapan dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, sangat penting adanya pendampingan terhadap Kota Balikpapan agar program dan layanan DM dapat lebih efektif. Hal ini juga menjadi peluang bagi konsultan dalam membantu daerah seperti Kota Balikpapan untuk memperbaiki status kesehatan utamanya terkait dengan penanganan DM.

   Tujuan 

  1. Menyajikan konsep pendampingan menggunakan pendekatan transformasi kesehatan
  2. Mendapat masukan terkait strategi yang dibutuhkan dalam mematangkan pendampingan
  3. Tahap awal merinci kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendampingan

   Waktu Kegiatan

Hari, tanggal : 12 Januari 2023
Waktu : pukul 15.00-15.45 WIB

LINK ZOOM

Meeting ID: 839 4554 7104
Passcode: 111111

   Detil Kegiatan

Waktu Kegiatan Penanggung jawab
15.00 - 15.10 Pengantar Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc.,Ph.D.
15.10 - 15.20 Penyajian Konsep Tim Konsultan DM
  Pendampingan  
15.20 - 15.30 Pembahas 1 dr. Vina Yanti Susanti, M.Sc.,Sp.PD.
15.30 - 15.40 Pembahas 2 Dr. Supriyati, S.Sos.,M.Kes.
15.40 - 15.45 Penutup Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc.,Ph.D.

 

 

 

Dialogue Kebijakan Topik Kesehatan Ibu dan Anak “Upaya Pemulihan Dampak COVID-19 terhadap Pelayanan KIA/KB di Provinsi Sumatera Utara”

Kerangka Acuan Kegiatan

Dialogue Kebijakan Topik Kesehatan Ibu dan Anak
“Upaya Pemulihan Dampak COVID-19 terhadap Pelayanan KIA/KB di Provinsi Sumatera Utara”

Jumat, 28 Mei 2021

  PENDAHULUAN

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi tantangan di Indonesia. Profil kesehatan masyarakat dan tingkat kesiapan sistem kesehatan antar daerah di Indonesia dalam menangani masalah KIA sangat bervariasi. Saat ini, sebagian besar kebijakan kesehatan yang ada masih cenderung seragam sehingga belum dapat merespon kebutuhan kesehatan yang bervariasi antar wilayah. Hal ini juga dapat mempertajam perbedaan kualitas layanan dan status kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, dibutuhkan kebijakan kesehatan yang spesifik sesuai dengan konteks lokal dan berbasis data.

Berawal dari kebutuhan tersebut, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK - KMK UGM di dukung oleh World Health Organization (WHO) Indonesia telah menginisiasi serangkaian program penguatan dan pengembangan kebijakan kesehatan terkait masalah KIA. Program ini dilaksanakan dengan menggandeng beberapa mitra universitas. PKMK berperan mempersiapkan, mendampingi, dan memfasilitasi mitra dari universitas lokal dalam melakukan advokasi kebijakan KIA yang sesuai dengan konteks lokal di wilayah masing-masing.

Tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain pelatihan penulisan policy brief dan pelaksanaan policy dialogue, penulisan policy brief terkait KIA, pemetaan stakeholder, dan stakeholder engagement dengan wawancara mendalam. Menindaklanjuti rangkaian kegiatan tersebut, langkah selanjutnya yang diperlukan adalah advokasi kebijakan melalui policy dialogue di level kabupaten/kota serta provinsi.

  TUJUAN

  1. Melakukan advokasi kebijakan terkait masalah KIA.
  2. Melibatkan stakeholder/ pemangku kepentingan dalam perbaikan kebijakan kesehatan masalah KIA
  3. Mendapatkan masukan atau respon tambahan yang berkaitan dengan topik KIA yang ditulis dalam policy brief.
  4. Mendapatkan kesepakatan dari masing-masing pemangku kepentingan terkait isu kesehatan KIA yang diangkat.

  PESERTA

Penulis policy brief    : Dr. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes. (Dosen Universitas Sumatera Utara)

Partisipan undangan:

  1. Hery Valona Bonatua Ambarita, SKep., (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi Sumatera Utara (Dinkes Provsu))
  2. Ferdinand Hamzah Siregar, SKM ( Kasie Kesga & Gizi Dinkes Provsu)
  3. Aswan Bahrial Nasution, MKes. (Staf Seksi Kesga gizi Dinkes Provsu)
  4. Lia Yuliani, SGz (Analis Gizi/Staf Seksi Kesga gizi Dinkes Provsu)
  5. Aci Debby Oktori Nasution, SGz (Analis Gizi/Staf Seksi Kesga gizi DinkesProvsu)

  PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Webinar Pengelolaan Pelayanan KIA yang Aman di Masa Pandemi COVID-19 akan dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Jumat, 28 Mei 2021
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB

  AGENDA KEGIATAN

*) Materi dan video pelatihan tidak dipublikasikan untuk umum

Waktu Kegiatan Pembicara
08.00 – 08.05 WIB Pembukaan Fasilitator
08.05 – 08.15 WIB Presentasi Bagian I: Masalah Utama Dr. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes.
08.15 – 08.35 WIB Diskusi Bagian I Partisipan Undangan
08.35 – 08.45 WIB Presentasi Bagian II: Penyebab & Proyeksi Jika Tidak Ada Perubahan Dr. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes.
08.45 – 09.15 WIB Diskusi Bagian II Partisipan Undangan
09.15 – 09.25 WIB Presentasi Bagian III: Usulan Opsi Dr. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes.
09.25 – 09.55 WIB Diskusi Bagian III: Kesepakatan Partisipan Undangan
09.55 – 10.00 WIB Penutupan Fasilitator

 

 

coba accordion

asd

asd

Your text... asdasdasd

Your text... asdasdasd

Your text... asdasdasd

Your text... asdasdasd

Your text... asdasdasd

asdasd

Your text...

Reportase Pembuatan laporan analisis data KIA sesuai format WHO

1 Maret 2021

Pada Selasa (1/03/2021) diselenggarakan Pelatihan Pengolahan, Analisis, dan Visualisasi Data Kesehatan hari pertama topik ke-3 tentang pembuatan laporan analisis data KIA sesuai format WHO. Acara berlangsung pukul 13.00 – 14.00 WIB di Gedung Litbang, FK – KMK UGM dan disiarkan melalui zoom meeting. Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama antara Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK - KMK UGM bersama dengan World Health Organization (WHO) Indonesia dalam program penguatan dan pengembangan kebijakan Kesehatan. Beberapa data yang diolah dalam rangkaian pelatihan ini hingga Maret nanti antara lain data sampel BPJS Kesehatan, data SKDN, dan data - data KIA.

Outcome dari pelatihan ini diantaranya peserta dapat mengenali dan memahami berbagai data kesehatan yang ada dan mampu melakukan pengolahan, analisis, dan visualisasi data rutin berdasarkan contoh yang diberikan dalam pelatihan. Narasumber dalam pelatihan ini yaitu Insan R. Adiwibowo, M.Sc. yang merupakan peneliti dari PKMK FK - KMK UGM. Pelatihan dimoderatori oleh Muhammad Hafizh Hariawan, S.Gz, MPH.

Analisis Data - Data Rutin Faskes Terkait KIA
Insan R. Adiwibowo, M.Sc

8mar21 1

Insan memulai paparannya dengan menjelaskan konsep continuum of care of Reproductive, Maternal, Neonatal, Child, and Adolescent Health (RMNCAH) bahwa pembangunan kesehatan di area ini dimulai dari fase pre-pregnancy di masa remaja dilanjutkan masa kehamilan, kelahiran, pasca kelahiran (ibu dan bayi baru lahir), bayi, anak, dan remaja. Proses ini seperti siklus yang berulang. Sebelum membahas secara mendalam tentang data rutin, perlu diketahui apa yang membedakan data rutin dibanding data lainnya. Data rutin memberikan gambaran mengenai status kesehatan masyarakat, status pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan. Datanya diambil oleh tenaga lapangan, pengawas, maupun surveyor yang ditunjuk otoritas kesehatan.

Pada umumnya data rutin menggambarkan catatan kesehatan individu seperti SKDN, layanan yang diberikan seperti cakupan K4, maupun sumber daya kesehatan seperti RS Online. Data rutin digunakan untuk monitoring dan evaluasi sehingga update data pada umumnya cepat. Pengambilan datanya biasanya tidak menggunakan sampling. Data ini di-update cukup sering, baik bulanan atau triwulanan. Berbeda dengan data survei yang biasanya lebih lama rentang waktu pengambilannya bisa 1 bahkan 5 tahun sekali. Meski demikian, implementasi seringkali dilakukan bertahap yang diawali dari sebagian daerah terlebih dahulu. Selain itu, data rutin terintegrasi dengan building blocks sistem kesehatan.

Data rutin memiliki power yang sangat tinggi untuk melihat situasi kesehatan di Indonesia. Ada 3 jenis data rutin yang akan dibahas dalam sesi ini. Pertama, catatan ketersediaan dan penggunaan sumber daya kesehatan (resource records). Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data catatan sumber daya antara lain untuk apa analisis digunakan dan siapa yang menggunakan hasil analisis, dan ekspektasi tindakan. Analisis resource records ini dapat digunakan untuk analisis pengadaan, efesiensi pendanaan, realokasi SDM, dan penganggaran. Pihak yang menggunakan hasil analisis misalnya puskesmas, dinas kesehatan, kepala daerah, DPRD, dan sebagainya.

Jenis data rutin yang kedua adalah catatan pemberian layanan kesehatan (service records). Jenis data ini berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan maupun intervensi kesehatan. Biasanya membutuhkan data sasaran untuk melihat sejauh mana cakupan layanan dan berkaitan dengan elemen output dalam building-block kesehatan. Contoh datanya seperti data kunjungan antenatal, data persalinan di RS, data kunjungan Posyandu, dan data pemberian vaksin.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data catatan pemberian layanan antara lain bahwa mayoritas data layanan dibutuhkan dalam banyak indikator output pada laporan rutin sehingga berfokus pada ketercapaian sasaran kesehatan. Data layanan seringkali menjadi proxy untuk mengetahui permasalahan kesehatan di suatu daerah.

Misalnya, daerah dengan utilisasi layanan jantung yang tinggi berarti penduduknya memiliki permasalahan jantung yang berat. Data pemberian layanan berada di titik tengah antara process dan outcomes, sehingga informasi di sini sering dikaitkan dengan sumber daya maupun status kesehatan. Data ini juga dapat dikaitkan dengan sumber daya misalnya, penggunaan obat untuk tindakan medis dan beban kerja SDM kesehatan.

Jenis data rutin yang ketiga yaitu catatan individu (individual records) yang merupakan data - data rutin pemantauan status kesehatan individu. Data ini biasanya digunakan untuk surveilans dan menempati bagian outcomes dan impact dalam building block kesehatan. Contohnya, pemantauan faktor risiko, pemantauan status gizi dalam e-PPGBM, rekam medis, dan data individual BPJS Kesehatan.

Secara umum catatan individu terbagi dalam dua tipe yaitu data global dan situasional. Data global mencakup seluruh populasi dan mencatat pergerakan status kesehatan seluruh populasi. Misalnya, e-PPGBM, SKDN, atau data-data yang dikumpulkan melalui Posyandu. Sedangkan data situasional hanya mencakup pantauan pasien dalam situasi khusus. Misalnya, data rekam medis dan BPJS hanya tersedia ketika pasien berkunjung ke faskes atau SITT untuk pengidap TB. Data individual records untuk keperluan surveilans menekankan pada identitas dan lokasi individu untuk diberlakukan intervensi. Data untuk keperluan pelaporan status kesehatan masyarakat berfokus pada agregasi data di level tertentu misalnya kabupaten, provinsi, dan seterusnya.

Analisis data rutin yang komprehensif untuk kebijakan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, merumuskan tujuan pokok analisis seperti pembuatan profil kesehatan, pemantauan obat dan BHP, surveilans stunting, dan sebagainya. Kedua, merumuskan pertanyaan - pertanyaan spesifik untuk memenuhi tujuan analisis misalnya, dalam surveilans stunting pertanyaan - pertanyaan yang perlu dijawab adalah: 1) berapa banyak balita stunting di kabupaten X, 2) tersebar di kelurahan mana saja, 3) siapa nama anak dan orangtua-nya, 4) intervensi apa saja yang sudah dilakukan. Ketiga, mengidentifikasi indikator - indikator yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Misalnya, menjawab pertanyaan di poin (2): 1) Jumlah balita stunting di kabupaten X, 2) Jumlah balita stunting di kabupaten X per kelurahan, 3) Informasi per individu balita stunting, 4) Riwayat intervensi gizi spesifik individu. Keempat, menentukan metode analisis dan visualisasi data untuk setiap indikator. Apakah butuh tabel agregat? Apakah butuh pemetaan? Apakah butuh grafik? Mana yang paling mudah dicerna dan membantu untuk penyusunan langkah selanjutnya? Kelima, melakukan identifikasi kualitas data yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan dari data yang dikumpulkan dan memberikan. Keenam, melakukan analisis dan visualisasi. Ketujuh, menyusun hasil analisis dalam narasi utuh yang dapat menghasilkan tindak lanjut kebijakan. Penyusunan dokumen analisis dibuat seringkas mungkin dengan melakukan sintesis terhadap bukti - bukti dari data yang ada dan diakhiri dengan rekomendasi tindak lanjut.

Untuk melihat kualitas data dapat dilihat dari beberapa domain seperti kelengkapan dan ketepatan waktu, konsistensi internal, konsistensi eksternal dengan sumber data lain, dan perbandingan eksternal untuk data populasi. WHO memiliki Data Quality Review (DQR) toolkit yang mengusulkan pendekatan terintegrasi untuk kualitas data. Toolkit ini menyatukan dan membangun berdasarkan alat dan metode sebelumnya yang dirancang untuk menilai kualitas data di tingkat fasilitas dengan mempertimbagkan best practices dan lesson learned dari banyak negara.

Pelatihan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan ditutup dengan pembacaan kesimpulan oleh moderator. Pelatihan dengan topik Pembuatan laporan analisis data KIA sesuai format WHO akan dilanjutkan pada Kamis, 4 Maret 2021 jam 13.00 – 15.00 WIB.

Related links