Reportase Webinar Penguatan Literasi Kesehatan Keluarga Dalam Mencegah Dan Menangani Stunting

29jun

Rabu, 29 Juni 2022

Dalam memperingati Hari Keluarga Nasional, Pusat Kebijkan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM menyelenggarakan kegiatan Seminar yang berjudul “Penguatan Literasi Kesehatan Keluarga dalam Mencegah dan Menangani Stunting” pada Rabu (29/6/2022). Narasumber dan pembahas dalam kegiatan ini berasal dari berbagai instansi. Narasumber pertama adalah DR. Ir. Dwi Listyawadani., MSc, Dip.Com yang menjabat sebagai Penyuluh KB Ahli Utama di BKKBN Pusat. Robertus Tjeunfin, S.Kep, Ns.MPH yang merupakan Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah narasumber kedua. Sedangkan pembahas adalah Mubasysyir Hasanbasri yang merupakan dosen dan Kepala Departemen Biostatistics, Epidemiology, and Population Health di FK – KMK UGM.

 

Dwi memulai memaparkan strategi BKKBN dalam menguatkan intervensi pada penguatan literasi penduduk dengan mengenalkan kader stunting yang nantinya berperan sebagai konselor di kampung atau desa lokus stunting. Penguatan edukasi yang rencananya akan dilaksanakan adalah perbaikan strategi komunikasi dan dukungan pelatihan bagi konselor/kader stunting yang akan ditempatkan di tengah – tengah masyarakat. BKKBN sendiri akan mendistribusikan media KIE pada berbagai level lini masyarakat. Sedangkan para konselor atau kader stunting nantinya akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum memberikan edukasi ke masyarakat.

Narasumber kedua Robert, memaparkan hasil penurunan angka stunting yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di kabupaten TTU. Beberapa pendekatan melalui berbagai kebijakan seperti; konvergensi program stunting dari berbagai sektor pemerintah, kajian kebijakan oleh universitas, pelibatan LSM, dan lain sebagainya. Meski dengan penurunan per tahun kasus prevalensi stunting ini, jumlah kejadian masih cukup tinggi. Salah satu masalah yang cukup besar adalah target sasaran yang susah dijangkau dan di – follow up hingga tuntas masalahnya.

Mubasysyir selanjutnya sebagai pembahas menekankan pada kegiatan puskesmas yang sudah bekerja baik di lapangan maupun yang selama berjalan. Dengan itu, intervensi stunting utamanya terkait dengan pemahaman dan perilaku masyarakat dalam menangani stunting juga akan makin membaik. Pihaknya juga mengomentari jika pemberian edukasi berbeda dengan konseling. Kemampuan konseling perlu dimiliki oleh ujung tombak dari pelaksana program stunting ini sebab skill para konselor adalah membantu masyarakat/keluarga balita stunting untuk mengatasi masalah sehingga mereka bisa ke track yang tepat untuk memperbaiki gizi keluarga.

diskusi lanjutan dapat dilakukan pada kolom komentar pada link Youtube berikut:

link video

Reporter:
Faisal Mansur, MPH (Divisi Public Health, PKMK)