440 Bayi Meninggal Setiap Hari di Indonesia

Penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLLR), asfiksia, diare, pneumonia dan beberapa penyakit infeksi lainnya. Padahal penyakit yang disebabkan infeksi bisa dicegah dengan imunisasi.

"Sayangnya masih banyak orangtua yang mengabaikan imunisasi dengan alasan tempatnya jauh, orangtuanya sibuk, keluarga tak mengizinkan, anaknya sering sakit," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Prof Nila FA Moeloek saat membuka workshop bertajuk "Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak dengan Imunisasi" di Jakarta, Rabu (17/12) malam.

Menkes mengutip Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang menunjukkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 per kelahiran hidup.

"Ini berarti di indonesia ditemukan lebih 44 orang ibu meninggal dan 440 bayi meninggal setiap harinya," ucap Prof Nila yang pada kesempatan itu didampingi Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, Anung Sugihantono.

Menkes mengemukakan, sebenarnya terjadi peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 89 persen pada 2010 menjadi 90 persen pada 2013. Capaian Universal Child Immunization (UCI) juga meningkat dari 75,3 persen pada 2010 menjadi 82 persen pada 2013.

Meski terjadi peningkatan, lanjut Menkes, upaya itu belum mencapai target yang ingin kita capai sebesar 95 persen pada 2013. "Itu mengapa masih banyak kantong-kantong imunisasi yang berisiko timbulkan kejadian luar biasa (KLB) dari penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi," ujarnya.

Prof Nila menuturkan, masalah kesehatan ibu dan anak sangat kompleks. Faktor yang berkontribusi besar dalam meningkatkan risiko kematian ibu dikenal dengan istilah "4 Terlalu" yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak.

"Faktor keterlambatan juga berpengaruh. Yaitu terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan, terlambat dalam mencapai fasillitas pelayanan kesehatan serta terlambat mendapat pertolongan," katanya.

Menurut Menkes, pemecahan kesehatan ibu dan anak ada dalam rangkaian upaya kesehatan berkelanjutan atau dikenal sebagai "continuum of care" mulai dari hulu sampai hilir. Yaitu sebelum masa hamil, masa hamil, persalinan, dan nifas.

"Untuk itu berbagai program kita lakukan mulai dari meningkatkan status gizi perempuan, pendidikan kesehatan reproduksi remaja, konseling pranikah untuk calon pengantin yang meliputi KB, gizi dan imunisasi," ujarnya.

Selain itu, lanjut Menkes, meningkatkan kemitraan lintas sektor dan swasta yang didukung penguatan sistem pembiayaan melalui program JKN. Penjaminan dukungan pemda terhadap regulasi yang mendukung program kesehatan.

"Kita harus lebih giat lagi meningkatkan peran suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat, kader dan masyarakat lewat kemitraan bidan dan dukun," ucapnya menandaskan. (TW)

{jcomments on}

Beasiswa: Kesempatan Kuliah Gratis Di Belanda

17des14Direktur Nuffic Neso Indonesia, Mervin BakkerNuffic Neso Indonesia, organii nirlaba yang didirikan pemerintah Belanda di Indonesia, kembali menawarkan beasiswa pendidikan jenjang S-1 dan S-2 di Belanda lewat program yang disebut "Orange Tulip Scholarship (OTS) 2015". Ada 39 skema beasiswa yang tersedia dengan nilai mencapai Rp 9 milliar.

"Tahun 2015, beasiswa diberikan untuk 69 orang untuk S-1 dan S-2 dari berbagai macam mata pelajaran," kata Mervin Bakker, Direktur Nuffic Neso Indonesia kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (17/12).

Mervin Bakker menjelaskan, setiap beasiswa memiliki struktur pendanaan yang berbeda. Sebagian besar dalam bentuk biaya kuliah parsial atau penuhM sedangkan skema lain meliputi tambahan biaya hidup, biaya visa dan asuransi.

"Jika tertarik, batas waktu pendaftaran secara umum pada 1 April 2015," ujarnya.

Ditambahkan, program OTS tahun ini didukung 26 institusi pendidikan tinggi di Belanda. Program studi yang ditawarkan dalam OTS 2015 meliputi program persiapan S-1 (foundation), program gelar S-1 (bachelor) dan S-2 (master) di berbagai mata pelajaran.

"Dibanding OTS 2014, saat ini lebih banyak universitas Belanda yang berpartisipasi atau naik 18 persen dan lebih banyak skema beasiswa yang tersedia atau naik 48 persen," ujarnya.

Dijelaskan, program beasiswa OTS berbeda dengan program beasiswa lain yang dikoordinasikan Nuffic Neso, seperti Stunned. Peminat OTS diminta untuk melamar langsung ke perguruan tinggi yang berpartisipasi.

"Untuk itu, bagi para peminat bisa membuka website kami di www.nesoindonesia.or.id/ots untuk mengetahui syarat dan ketentuan yang berlaku dalam OTS 2015. Jika sudah dinyatakan lulus oleh perguruan tinggi bersangkutan, kami yang akan mengurus beasiswanya," kata Mervin Bakker.

Disebutkan, tujuan program beasiswa OTS adalah membuka kesempatan lebih banyak lagi bagi pelajar, mahasiswa dan profesional muda Indonesia mewujudkan potensi mereka. Terutama untuk bidang keahlian yang sangat jarang di Indonesia.

"Siapa pun yang ingin belajar di Belanda harus tahu betul motivasinya, apakah karena program yang dituju di Indonesia tidak ada, pengembangan budaya, ambisi pribadi yang ingin karirnya lebih baik atau ingin membangun jejaring di luar negeri untuk karir di masa depan," ucapnya.

Belanda pantas menjadi pilihan untuk kuliah di luar negeri, menurut Mervin Bakk, kualitas pendidikan di Belanda tidak diragukan lagi. Buktinya, ada 18 orang peraih Nobel di bidang Kimia, Fisika, Kedokteran, Ekonomi dan Perdamaian.

Tak hanya itu, lanjut Mervin Bakker, data dari lembaga pemeringkat universitas di dunia yang terbaru menunjukkan sebanyak 12 universitas Belanda masuk di 200 universitas top di dunia.

"Saya berharap kerjasama antara semua mitra Orange Tulip Scholarship dapat memberi dimensi baru untuk hubungan yang lebih baik lagi bagi Indonesia dan Belanda," ucapnya menegaskan.

Ditambahkan, informasi langsung seputar program beasiswa untuk sekolah di Belanda bisa datang pada acara "Holland Scholarship Day" yang digelar pada 10 Januari 2015 di Erasmus Huis, Kuningan Jakarta. (TW)

Balitbangkes Kembangkan Formula Bubur dan Biskuit Ikan

Menjaga kebutuhan gizi pada anak sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun sangat penting. Karena dampaknya begitu meluas tidak saja gangguan perkembangan otaknya, tetapi juga tumbuh kembang secara keseluruhan.

Anak berpotensi badannya tak bertumbuh atau cebol (stunting) dan berisiko tinggi terkena penyakit degeneratif saat dewasa seperti hipertensi, diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner dan stroke.

"Untuk membangun kesadaran ini di masyarakat, kami membuat gerakan gizi nasional yang disebut Gerakan Scaling Up Nutrition (SUN). Salah satunya lewat konsumsi ikan untuk kebutuhan gizi harian," kata Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama, SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE dalam keterangan pers yang disampailkan lewat email, Senin (15/12).

Dijelaskan, peran ikan dalam penambahan gizi amatlah penting.‎ karena ibu hamil rentan kekurangan zat-zat gizi, terutama omega-3 yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak janin. Selanjutnya otak akan mengalami pertumbuhan pesat pada minggu ke 20-36 usia kehamilan.

"Untuk itu, kami anjurkan pada ibu hamil untuk banyak mengkonsumsi ikan, terutama ikan yang mengandung omega-3 tinggi," ucap Prof Tjandra Yoga.

Ditembahkan, Balitbangkes telah mengembangkan beberapa formula makanan bagi balita yang menggunakan berbagai jenis ikan laut dan rumput laut. Dari penelitian itu dihasilkan 4 jenis makanan formula yang memiliki kandungan zat gizi dan dan mutu protein yang tinggi.

"Selain itu citarasanya memenuhi kriteria makanan formula bagi balita, yang secara keseluruhan mempunyai kandungan vitamin A, asam folat sebesar 70-100 persen," ujarnya.

Prof Tjandra mengatakan, Balitbangkes juga meneliti pembuatan biskuit Bahan Makanan Campuran (BMC) dengan menggunakan ikan tuna sebagai bahan tinggi iodium. Iodium yang berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kecerdasan anak, kandungannya pada ikan tuna mencapai 28 kali iodium pada ikan air tawar.

Ditambahkan, satu resep biksuit BMC menghasilkan 1200 gram dengan berat biskuit 5 gram/keping, dimana dalam 1 gram BMC 78,05 µg/g iodium. Sementara kebutuhan iodium menurut WHO pada anak adalah 50-120 µg, dewasa 150 µg, serta ibu hamil dan ibu menyusui 250 µg.

"Tentu saja lebih baik mengkonsumsi ikan segar. Tetapi jika di willayahnya sulit mendapat ikan atau balita sedang dalam perjalanan, bisa mengkonsumsi bubur atau biskuit ikan untuk memenuhi kebutuhan gizinya," kata Prof Tjandra Yoga menandaskan. (TW)

{jcomments on}

Nila Moeloek Kebut Peningkatan Derajat Kesehatan

Nila Djuwita Moeloek tidak menyangka pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Negara, di pertengahan Oktober lalu bakal menjadi pintu masuk bagi dirinya menjadi menteri kesehatan di Kabinet Kerja.

Dalam pertemuan itu, Presiden dan Nila banyak berbincang seputar masalah kesehatan. Namun, menurut dia, saat itu belum ada sinyalemen dirinya bakal diangkat menjadi orang nomor satu di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Bagi dia, wajar saja jika Presiden memanggil dirinya.

Maklum, saat itu Nila masih menjabat Utusan Khusus Presiden RI Bidang Millennium De velopment Goals (MDGs), yang tentunya sedikit banyak paham seluk-beluk bidang kesehatan nasional.

Baru setelah mendapat pesan pendek dari istana, yang isinya meminta dia ke istana guna mengambil setelan baju putih dan rok hitam, wanita kelahiran Jakarta, 65 tahun lalu itu merasa mendapat sinyal dirinya akan ditunjuk sebagai menteri kesehatan.

"Seusai di-briefing sebentar, akhirnya saya tahu akan menjadi menteri," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut kepada wartawan, beberapa hari setelah pelantikan, di Jakarta.

Meski sempat mengaku tidak mempunyai firasat, ia tidak terlalu kaget. Maklum, sebelumnya Nila sempat disebut-sebut menjadi calon kuat menkes pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II dan sempat mengikuti proses seleksi calon menteri. Namun, jelang pengumuman kabinet, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru menunjuk Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai menkes.

Sebagai dokter yang tergolong senior dan aktivis di bidang kesehatan sejak lama, Nila terlihat seperti sudah menguasai panggung bidang kesehatan. Ketika dilantik, selain masih menjadi utusan khusus MDGs, ibu tiga anak itu aktif memimpin sejumlah organisasi di Indonesia.

Di antaranya menjabat Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, dan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia. MDGs Ketika disinggung soal prioritas programnya, dengan mantap, istri mantan menteri kesehatan di Kabinet Reformasi Pembangunan, Faried Anfasa Moeloek, itu mengatakan mencapai target MDGs. Target khususnya menekan angka kematian ibu (AKI) yang hingga kini masih tinggi.

"Menurunkan AKI bukan perkara ringan. Karena itu, saya butuh dukungan bersama agar capaian target MDGs 2015 bisa tercapai," sebut dokter spesialis mata lulusan FKUI itu.

Menurut dia, bicara soal MDGs berarti bicara soal kemiskinan.Kemiskinan tidak lepas dari masalah hilirnya, yaitu kesehatan. Di dalam kesehatan itu, ada persoalan gender, angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, penyakit menular, serta lingkungan (air dan sanitasi). Kesehatan itu terkait dengan ketahanan pangan atau masalah kurang gizi.

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.

Jumlah itu meningkat tajam jika dibandingkan dengan data SDKI 2007, yakni AKI melahirkan sebanyak 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Ditambahkan, banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak itu. Hal itu termasuk tidak berjalannya penerapan program kebijakan kesehatan di tingkat daerah, minimnya fasilitas dan tenaga kesehatan, buruknya infrastruktur, dan makin banyaknya perempuan yang menikah dini.

Umumnya perempuan yang meninggal saat melahirkan disebabkan tiga faktor utama. Pertama keterlambatan pembuatan keputusan untuk menentukan tempat kelahiran yang masih ditentukan orangtua. Kedua, hambatan akses jalur transportasi dan, ketiga, keterlambatan penanganan tenaga bidan dan dokter.

Lebih jauh Nila mengatakan banyak program yang sudah berjalan dan sangat strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Satu di antaranya ialah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Lewat JKN, semua kelompok masyarakat, termasuk yang miskin dan rentan, mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Terlebih ada pemberlakuan kartu Indonesia sehat (KIS) yang menyempurnakan program JKN. Dengan KIS, cakupan orang miskin dan rentan, yang iur premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatannya ditanggung negara, diperluas. Tidak hanya itu, tambah dia, manfaat (benefit) program itu diperluas, seperti pemberian imunisasi dan pemeriksaan dini.(MI/M-5)

sumber: http://rona.metrotvnews.com

 

Kematian Global akibat Malaria Turun Separuh

Jumlah kematian akibat malaria global turun 47 persen pada 2000-2013. Sepanjang 2013, tercatat 584.000 orang tewas akibat malaria di dunia, 78 persen di antaranya anak balita. Peningkatan akses pada kelambu khusus, tes diagnostik cepat, dan terapi kombinasi kepada penderita malaria berbasis artemisinin menjadi kunci sukses pengendalian.

"Kita bisa memenangkan pertarungan melawan malaria," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan menyambut peluncuran Laporan Malaria Dunia 2014, di Geneva, Swiss, Selasa (9/12). Namun, banyak negara masih harus berjuang keras.

Keberhasilan itu menunjukkan bekerjanya sistem dan infrastruktur pendukung penanggulangan malaria. Meski demikian, berbagai upaya itu perlu diperluas agar kian banyak masyarakat di negara endemis malaria menjangkau layanan itu.

Penurunan kematian signifikan terjadi di Afrika, tempat 90 persen kematian akibat malaria terjadi. Periode 2000-2013, kematian turun 54 persen, sedangkan yang terinfeksi malaria turun dari 173 juta orang jadi 128 juta. Capaian itu cukup besar mengingat populasi Afrika bertambah 43 persen selama periode itu.

Namun, wabah ebola di Afrika Barat dikhawatirkan merusak sistem penanggulangan malaria yang sudah berjalan. Fasilitas layanan kesehatan banyak tutup dan kunjungan pasien ke fasilitas layanan turun tajam.

Kemajuan ditunjukkan Sri Lanka dan Azerbaijan yang pada 2013 untuk pertama kali melaporkan tak ada kasus baru. Sebelas negara berhasil mempertahankan nol kasus baru, seperti Argentina, Mesir, Irak, Kirgistan, dan Maroko. Empat negara melaporkan kurang dari 10 kasus baru per tahun, di antaranya Aljazair.

Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jumlah orang terinfeksi malaria menurun dari 2,9 juta orang menjadi 1,5 juta pada periode sama. India, Myanmar, dan Indonesia menyumbang penurunan terbesar.

Direktur Program Malaria Global WHO Pedro Alonso menilai, keberhasilan itu belum pernah dicapai. Hal itu bisa terwujud karena komitmen politik dan anggaran serta perbaikan proses diagnosis di sejumlah negara.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, prevalensi malaria berdasarkan diagnostik dan gejala mencapai 6 persen, sedangkan yang berdasar diagnostik saja hanya 1,9 persen. (BBC/REUTERS/AFP/MZW)

sumber: http://health.kompas.com

Perguruan Tinggi: Akreditasi Prodi Kini Ditangani LAM-PT

10des14Menristek M Nasir dalam sambutannya membuka Forum Evakuasi Proyek HPEQProses akreditasi perguruan tinggi nantinya tak lagi dilakukan sepenuhnya oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi). Untuk akreditasi program studi dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi (LAM-PT), sedangkan akreditasi lembaga oleh BAN-PT.

"Saat ini yang baru terbentuk LAM-PT Kesehatan (Kes). Mereka akan mengakreditasi prodi untuk 7 profesi kesehatan," kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknollogi dan Pendidikan Tinggi, Illah Sahilah dalam Forum Evaluasi Implementasi Proyek HPEQ (Health Profesional Education Quality), di Jakarta, Selasa (9/12).

Acara dibuka Menristek Dikti, Muhammad Nasir.

Illah menyebutkan 7 profesi kesehatan itu adalah dokter, dokter gigi, farmasi, kebidanan, keperawatan, ners dan ahli kesehatan masyarakat. Proses akreditasi oleh LAM-PT Kes dibiayai oleh pemerintah. Pada 2014, dana untuk akreditasi 282 prodi.

"Untuk tahun 2015, dananya 500 prodi," ujar Illah.

Selain LAM-PT, lanjut Illah, dikembangkan pula Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK-Nakes). Lembaga tersebut diharapkan sudah mulai membangun sistem dan menyusun metodologi uji kompetensi untuk mahasiswa program profesi dokter, dokter gigi, ners, keperawatan (D-3) dan kebidanan (D-3)

Selain bidang kesehatan, LAM-PT juga dikembangkan untuk bidang2 lain yang memiliki peran besar dalam pembangunan nasional seperti teknik, pertanian, turisme, maritim dan lainnya yang memiliki peran sangat besar untuk pembangunan nasional. Keseluruhannya ada 8 bidang.

"Tidak semua dari delapan bidang itu LAM-PT-nya dipegang pemerintah. Nanti, dilihat juga bagaimana kesiapan bidang profesinya," kata Illah. (TW)

{jcomments on}

Menteri Nasir Prioritaskan Peningkatan Kualitas Dikti Kesehatan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyelenggarakan forum evaluasi implementasi Health Professional Education Quality (HPEQ) Project.

Forum ini dihadiri oleh stakeholders utama HPEQ, yaitu masyarakat profesi kesehatan yang terdiri dari unsur organisasi profesi kesehatan, asosiasi institusi pendidikan kesehatan, profesional kesehatan muda, dan perwakilan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kesehatan Indonesia.

Menristekdikti M Nasir menegaskan, peningkatan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dalam mengadapi APEC 2015 merupakan tantangan awal dalam menghadapi ASEAN Community.

"Bidang kesehatan menjadi ujung tombak dalam komponen jasa di Asia Tenggara untuk didapatkan. Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan tinggi di bidang kesehatan sangat penting," ujar M Nasir, dalam acara Forum Evaluasi Implementasi Proyek HPEQ, di Gedung Ditjen Dikti, Senayan, Jakarta, Selasa (9/12/2014).

Nasir melanjutkan, bagaimana pendidikan tinggi kesehatan dapat sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman yang mampu diadaptasi dan pendidikan kesehatan di Indonesia mulai dari dokter, dokter gigi, farmasi dan keperawatan, ilmu gizi, dan kesehatan masyarakat harus mendapatkan suatu perhatian dan menjaganya.

"Bagaimana masalah kualitas menjadi ujung tombak yang menjasi tantangan yang berat. Oleh karena itu, bagaimana kita mengkolaborasi proses dalam pendidikan tinggi kesehatan yang sedang marak di dunia ini," ucapnya.

sumber: http://news.okezone.com/

Tingkatkan Standar Kesehatan, RI Harus Genjot Penerimaan Pajak

Untuk meningkatkan standar kesehatan masyarakat Indonesia, selain mengurangi subsidi BBM, pemerintahan Indonesia juga harus mendorong peningkatan penerimaan pajak.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop mengatakan, pergantian pemerintahan ini menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Dengan demikian, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan penerimaan pajak dari negara lain.

"Indonesia memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalan pendapat dari negara lain dengan adanya reformasi pemerintahan," ujarnya dalam Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia oleh Bank Dunia, di Soehanna Hall, The Energy Building, SCBD, Jakarta, Senin (8/12/2014).

Untuk mendorong peningkatan penerimaan pajak, pemerintah harus melakukan beberapa seperti memperluas basis penerimaan pajak, merasionalisasi jenis pajak, meningkatkan kepatuhan secara sukerala dan lain-lain.

Dengan penerimaan pajak yang lebih besar, lanjut Ndiame, belanja pemerintah untuk sektor kesehatan bisa lebih besar. Selama ini belanja kesehatan hanya sebesar 1,2 persen dari PDB. Padahal negara lain mengalokasikan anggarannya 2-3 kali lebih besar dari Indonesia.

"Jika bukan pemerintah (yang belanja untuk kesehatan) maka belanja rumah tangga masyarakat akan lebih besar lagi. Pemerintah selama ini hanya menanggung sebesar 40 persen hingga 60 persen. Ini jadi beban bagi rumah tangga. Makanya penting pembelanjaan kesehatan untuk perbaikan sdm dan sebagai landasan inklusif," tandasnya. (Dny/Gdn)

sumber: http://bisnis.liputan6.com/