Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
Innovative technology for mitigating megatrend impact on global health in ASEAN region
Professor Dennis Caroll (Chulalongkorn University School fo Global Health) memaparkan sejumlah trend global yang akan mempengaruhi sistem kesehatan karena beban yang berbeda. Sebagai contoh, populasi yang menua (aging population) tanpa didukung oleh angka kelahiran yang cukup sehingga diprakirakan pada 2050 hanya akan ada 1,5 anggota keluarga per 1 orang lansia. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempertahankan tradisi mengurus lansia di rumah, dan di sisi lain meningkatnya kebutuhan untuk layanan geriatri. Mampukah sistem kesehatan di negara kita mempersiapkan tenaga kesehatan yang layanan yang memadai untuk lansia di fasilitas kesehatan?
Isu lain adalah urbanisasi, yang artinya semakin meningkatnya kebutuhan akan sistem pelayanan kesehatan urban yang kuat, dan juga kesiapan untuk menangani penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup urban, yaitu penyakit-penyakit gangguan metabolik. Isu berikutnya adalah dampak dari perubahan iklim yang bukan hanya mempengaruhi kesehatan (akibat suhu ekstrim, banjir, kualitas air, kualitas udara) namun juga kemampuan ketahanan pangan karena kemampuan lahan untuk menghasilkan macronutrient yang dibutuhkan akan semakin turun seiring dengan naiknya suhu.
Bagaimana AI dapat membantu?
Di kawasan ASEAN, megatren ini sangat berdampak pada sistem dan hasil kesehatan. Negara-negara di kawasan ini mengalami bencana terkait iklim yang parah, seperti banjir dan gelombang panas, yang membebani layanan kesehatan dan memperburuk kondisi kesehatan. Ketegangan geopolitik dan kesenjangan ekonomi berkontribusi pada ketidaksetaraan akses ke perawatan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani. Negara-negara di ASEAN menghadapi tantangan yang terkait dengan megatren ini, dengan dampak signifikan pada infrastruktur kesehatan dan kesejahteraan penduduknya.
Mengatasi megatren global ini sangat penting untuk mengurangi efek buruknya terhadap kesehatan. Dengan terlibat secara proaktif dengan tantangan ini, kita dapat meningkatkan sistem kesehatan, mempromosikan kesetaraan kesehatan, dan mengelola risiko yang terkait dengan megatren ini dengan lebih baik. Memastikan bahwa sistem kesehatan tangguh dan merata sangat penting untuk meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan dan mengatasi kesenjangan.
Teknologi inovatif memainkan peran penting dalam mengatasi dampak megatren global terhadap kesehatan. Telemedicine, misalnya, menawarkan akses jarak jauh ke layanan kesehatan, yang sangat bermanfaat bagi penduduk pedesaan dan kurang terlayani. Teknologi perawatan jarak jauh, seperti pemantauan jarak jauh dan aplikasi kesehatan seluler, memungkinkan pengelolaan kondisi kronis secara berkelanjutan dan mengurangi kebutuhan untuk kunjungan langsung. Kecerdasan Buatan (AI) juga mengubah perawatan kesehatan dengan menganalisis kumpulan data besar untuk memprediksi wabah penyakit, mempersonalisasi rencana perawatan, dan mengoptimalkan alokasi sumber daya. Pengobatan yang dipersonalisasi, melalui kemajuan dalam genomik dan analitik data, memungkinkan pendekatan pengobatan yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan kesehatan individu secara lebih efektif. Selain itu, teknologi dapat menjembatani kesenjangan dalam akses perawatan kesehatan, memberikan solusi bagi komunitas yang terpinggirkan dan kurang terlayani, seperti melalui unit kesehatan keliling dan layanan telehealth.
Namun, untuk dapat memanfaatkan teknologi untuk kesehatan di kawasan ASEAN menghadirkan beberapa tantangan. Beberapa diantaranya keterbatasan infrastruktur dan masalah konektivitas di daerah pedesaan dapat menghambat penerapan teknologi kesehatan yang efektif. Variabilitas literasi digital diantara populasi yang berbeda dan bahkan antar tenaga kesehatan sendiri juga berdampak pada adopsi dan penggunaan solusi teknologi. Selain itu, memastikan privasi data dan menavigasi masalah kerangka peraturan yang memadai bisa jadi rumit dan membutuhkan sumber daya yang intensif. Ada juga risiko bahwa kemajuan teknologi dapat memperburuk ketidaksetaraan kesehatan yang ada jika tidak diterapkan dengan penekanan pada inklusivitas.
Breaking the malnutrition cycle
Dunia menghadapi beban ganda malnutrisi, yang mencakup kekurangan gizi (stunting) dan kelebihan gizi (obesitas) di samping penyakit tidak menular (PTM) terkait. Meskipun terjadi kemajuan dalam mengurangi angka stunting sebesar 44% secara global antara 1990 dan 2022, tantangan tetap ada bagi lebih dari 71 juta anak di seluruh Asia Selatan dan Asia Timur Pasifik. Demikian pula, obesitas dan PTM meningkat tajam, didorong oleh transisi dalam sistem pangan dan perilaku diet, menambah beban perawatan kesehatan dan ekonomi.
Upaya bersama dalam mengatasi tantangan ini yaitu melalui strategi yang komprehensif dan terintegrasi menghadirkan peluang unik untuk meningkatkan hasil kesehatan dan ekonomi. Sesi ini menggabungkan pelajaran dari upaya pengurangan stunting dengan wawasan tentang mengatasi obesitas dan PTM melalui transformasi sistem pangan. Sesi ini memperkenalkan pembaruan terhadap Kerangka Investasi untuk Gizi (Bank Dunia, 2024) dan menyoroti apa dan bagaimana negara-negara menyampaikan rekomendasinya dalam skala besar.
Terdapat pelajaran lokal dari Asia dan Pasifik tentang pentingnya integrasi sisi penawaran intervensi gizi berdampak tinggi dalam pemberian layanan dan pembiayaan perawatan kesehatan primer (PHC); memperkuat permintaan untuk intervensi dan layanan gizi; dan meningkatkan tata kelola multisektoral, akuntabilitas, dan manajemen keuangan publik, dengan kesehatan sebagai intinya. Ini akan mengeluarkan keharusan bagi para pemangku kepentingan untuk memperbarui komitmen kebijakan dan keuangan pada KTT Nutrisi untuk Pertumbuhan Paris (Maret 2025) dan pada saat yang sama mengeksplorasi sumber pembiayaan baru dan inovatif dengan memasukkan nutrisi dalam cakupan kesehatan universal dan program jaring pengaman adaptif, menggunakan kembali subsidi pertanian untuk diet sehat, dan lain-lain.
Buku ini membekali peserta dengan pengetahuan dan alat untuk terlibat secara efektif dalam dialog kebijakan, mendukung desain proyek, dan meningkatkan upaya implementasi untuk mengatasi obesitas dan PTM melalui pendekatan sistem pangan. Pengalaman-pengalaman ini dirangkum di dalam buku Kerangka Investasi untuk Gizi.
Aging, long term care and the care economy for Elderly
Seiring pergeseran demografis menuju populasi yang menua semakin cepat di seluruh kawasan Asia Timur & Pasifik, Asia Selatan, dan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi pemberdayaan etis dan adil bagi individu lansia yang rentan melalui pengembangan kebijakan inovatif dan layanan perawatan jangka panjang. Meningkatnya lanjut usia di seluruh wilayah bukan hanya menyoroti permintaan mendesak akan perawatan komprehensif melainkan juga menekankan peran penting mereka dalam memperkaya struktur ekonomi dan sosial komunitas mereka. Dalam rangka memanfaatkan kontribusi mereka secara efektif, penting untuk menerapkan kebijakan inklusif yang memanfaatkan teknologi baru, meningkatkan akses perawatan kesehatan, dan memperkuat sistem pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.
Meningkatnya permintaan akan perawatan lansia telah menarik perhatian pada berbagai tantangan, termasuk kekurangan tenaga kerja dan keterbatasan infrastruktur, di samping implikasi ekonomi dari populasi yang menua. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Thailand dan negara-negara lain di kawasan ini telah membuat langkah signifikan dengan mengembangkan sistem perawatan jangka panjang yang efektif yang didukung oleh skema pembiayaan, kebijakan inklusif, dan teknologi inovatif yang memfasilitasi perawatan universal atau berbasis komunitas. Upaya ini menunjukkan pelajaran berharga bagi orang lain di wilayah yang masih dalam tahap awal perencanaan.
Munculnya ekonomi perawatan (care economy) menghadirkan tantangan dan peluang; Sementara meningkatnya permintaan untuk perawatan lansia memerlukan sistem perawatan jangka panjang yang berkelanjutan yang didukung oleh para profesional terlatih, hal ini juga membuka jalan untuk penciptaan lapangan pekerjaan, terutama bagi wanita yang sering mendominasi peran pengasuhan. Dengan berfokus pada ekonomi perawatan, negara-negara dapat mengatasi berbagai tujuan: meningkatkan kualitas perawatan untuk lansia, meningkatkan profesionalisme peran pengasuhan, menciptakan peluang ekonomi, dan memastikan keberlanjutan layanan perawatan jangka panjang. Melalui dialog dan kolaborasi lintas regional, acara ini bertujuan untuk mengatasi keharusan ganda untuk meningkatkan perawatan bagi lansia dan menciptakan peluang ekonomi dengan memperluas ekonomi perawatan. Dengan menyatukan para ahli dan pembuat kebijakan, acara ini akan mendorong pertukaran praktik terbaik dan mempromosikan inovasi dalam sistem perawatan jangka panjang dan pengembangan tenaga kerja.
Unboxing Innovations for NCDs Prevention
Sesi ini mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan kesehatan di komunitas yang kurang terlayani. Dengan menyoroti contoh aplikasi yang sukses dan mendorong diskusi tentang mengatasi tantangan implementasi, diskusi ini bertujuan untuk mendorong lahirnya solusi inovatif dan mengadvokasi peningkatan investasi dalam inisiatif berbasis teknologi.
Terdapat dua fokus dalam sesi ini yaitu (1) Pentahapan untuk Implementasi Skala Besar, yaitu strategi untuk memperluas teknologi kesehatan untuk menjangkau populasi yang lebih luas secara efektif, dan (2) Evaluasi untuk Efektivitas dan Efektivitas Biaya (termasuk SROI/social return on investment) yaitu metode untuk menjustifikasi dan memobilisasi pembiayaan untuk teknologi promosi kesehatan dengan menilai dampak dan nilainya.
Contoh yang digunakan adalah pemanfaatan AI untuk deteksi untuk kanker payudara di negara bagian yg miskin di India (Punjab) yang dimulai sejak 2017 (prototype) hingga akhirnya di-roll out (2023) bukan hanya di negara bagian tersebut tetapi juga di seluruh India.
Untuk melakukan penskalaan suatu inovasi diperlukan beberapa kunci pentahapan:
- Adequate performance testing (pilot testing harus dilakukan untuk intended population)
- Real world field study
- Prospective blinded study by independent parties (khususnya untuk menilai cost effectiveness and sustainability)
- Regulatory clearances untuk memastikan perbaikan akses (affordability, acceptability and availability): pemerintah harus memastikan safety-nya dan memastikan ada referensi regulasi (termasuk dari negara-negara maju) untuk diadopsi menjadi regulasi nasional
Sementara untuk efisiensi dan efektivitas biaya, beberapa metode penapisan teknologi (Health Technology Assessment / HTA) dapat digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai: apakah untuk meminimalisasi biaya, atau untuk memastikan bahwa lebih banyak benefit diperoleh dengan biaya yang sama.
Untuk sektor kesehatan, pertimbangan mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan return adalah dengan menggunakan perspektif social return on investment (SROI) yang melihat manfaat tidak hanya manfaat ekonomi tetapi juga manfaat sosial (untuk manusia) dan lingkungan. Thailand melakukan SROI untuk sekitar 7 project promosi Kesehatan yang mereka lakukan.
Diskusi 1: Kasus Penggunaan Teknologi Inovatif pada Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penggunaan teknologi inovatif dalam intervensi klinis dan kesehatan masyarakat semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh pesatnya perkembangan sektor teknologi. Teknologi ini telah terbukti tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga hemat biaya di berbagai bidang penyakit, terutama dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemantauan PTM.
PTM menyumbang lebih dari 74% kematian global, hal tersebut menimbulkan tantangan besar untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 3.4. Sehingga dalam upaya mengelola beban kesehatan yang terkait dengan PTM secara efektif dan mencapai cakupan kesehatan universal, muncul kebutuhan mendesak untuk seperangkat alat dan intervensi baru.
Manajemen PTM memerlukan pemantauan berkelanjutan dan teratur dan perawatan jangka panjang. Teknologi inovatif menawarkan paket solusi yang kuat untuk meningkatkan pengelolaan PTM. Misalnya, data pemantauan nyata/ dekat waktu dapat membantu profesional kesehatan dalam melacak kondisi pasien dan menginformasikan keputusan manajemen klinis. Selain itu, alat digital dapat membantu pasien mengatasi hambatan untuk mengakses perawatan kesehatan; telemedicine, misalnya, memungkinkan konsultasi jarak jauh.
Namun, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam adopsi teknologi medis di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan hasil pasien dan mengurangi biaya perawatan kesehatan, penting untuk mempercepat pemanfaatan teknologi terbaru dalam mengelola PTM. Mengatasi kesenjangan ini tidak hanya akan meningkatkan hasil pasien tetapi juga berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan di seluruh masyarakat.
Diskusi 2: Bagaimana kita akan membiayai kolaborasi Selatan-Selatan di bidang teknologi dan PTM?
Kesenjangan tetap akan ada diantara negara dan wilayah terkait pemanfaatan teknologi dalam penanganan PTM. Kesenjangan ini dapat dikaitkan dengan kesiapan dan kesiapan sistem kesehatan, kapasitas tenaga kesehatan nasional, komitmen politik, dan ketersediaan rencana kesehatan digital yang kuat. Akibatnya, terdapat kebutuhan mendesak untuk mobilisasi sumber daya diantara mitra regional untuk berinvestasi dalam teknologi yang mengatasi PTM secara efektif.
Menurut WHO dan International Telecommunication Union (ITU), investasi sederhana tambahan sebesar US $ 0,24 per pasien per tahun dalam telemedicine, pesan seluler, dan chatbot dapat menyelamatkan lebih dari 2 juta nyawa dan mendapatkan sekitar 5 juta tahun kehidupan dalam dekade berikutnya. Hal ini menggarisbawahi kasus yang menarik untuk berinvestasi dalam teknologi di PTM, karena investasi kecil akan menghasilkan pengembalian yang substansial atas hasil kesehatan dan ekonomi.
Namun, mengamankan investasi yang diperlukan saja tidak cukup. Salah satu inisiatif strategis di bawah Strategi Global WHO tentang Kesehatan Digital 2020-2025 yaitu menekankan pentingnya kolaborasi global. Kolaborasi antara entitas pemerintah, sektor swasta seperti industri teknologi, organisasi masyarakat sipil dan sektor filantropi dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya untuk memfasilitasi penerapan teknologi dalam manajemen PTM. Ini juga akan mengarah pada penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan menghasilkan rencana strategis berbasis bukti.
Dalam rangka membuka jalan ke depan bagi Global South dalam memanfaatkan teknologi digital untuk manajemen PTM, penting untuk memulai diskusi yang berfokus pada pembiayaan kolaborasi multi-sektoral. Mengatasi kesenjangan ini melalui upaya terkoordinasi tidak hanya akan meningkatkan pemberian layanan kesehatan tetapi juga memastikan bahwa kemajuan teknologi bermanfaat bagi populasi yang membutuhkan di seluruh wilayah.
Towards UHC coverage: Innovative Technology for early screening and management of diabetes
Sesi ini terdiri dari dua panel yang membahas pengalaman di Hong Kong dan Korea Selatan. Para pembicara berasal dari Chinese University of Hong Kong (Prof Ronald Ma), Seoul National University (Prof Young Mi-Cha) dan filantropi (the Hong Kong Jockey Club Charities Trust).
Sesi 1 - Mengubah Perawatan Diabetes: Peran Pemantauan Glukosa Berkelanjutan dan Perangkat wearable
Sekitar 537 juta orang dewasa secara global hidup dengan diabetes, angka yang diproyeksikan akan melonjak 46% menjadi 783 juta pada tahun 2045. Tren yang mengkhawatirkan menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan strategi manajemen yang efektif. Integrasi AI dan teknologi kesehatan digital, seperti CGM (alat pemantau glukosa) dan perangkat IoT (internet of things) yang dapat dikenakan merevolusi perawatan diabetes melalui dua perubahan paradigma utama.
- Mengubah Praktik Pemantauan Glukosa: CGM mengubah cara kadar glukosa dipantau dengan memberikan data yang berkelanjutan dan real-time. Ini memperkenalkan metrik time in range (TIR), menawarkan penilaian kontrol glikemik yang lebih komprehensif dibandingkan dengan metode pemantauan intermiten. Hal ini juga memfasilitasi tindakan cepat untuk memperbaiki glukosa abnormal.
- Pemanfaatan Big Data dan Analitik AI: Data besar yang dihasilkan oleh perangkat CGM dianalisis dengan data besar dan algoritma AI, yang berpotensi mengungkap wawasan tentang bagaimana faktor-faktor seperti diet, aktivitas fisik, emosi, obat-obatan, pola tidur, dan periode istirahat memengaruhi kadar glukosa. Ini memungkinkan manajemen diabetes yang dipersonalisasi dan proaktif.
Aplikasi teknologi ini memberikan wawasan tentang cara menggunakan data yang dipersonalisasi untuk memberdayakan perubahan perilaku dan mempersonalisasi pengobatan yang bertujuan mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.
Sesi 2 - Mendorong Transformasi Sistem Kesehatan melalui Skrining Dini dan Manajemen Terpadu Berbasis Data untuk Diabetes
Meningkatnya prevalensi global penyakit tidak menular menghadirkan tantangan signifikan bagi sistem kesehatan yang berusaha mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Beberapa PTM meningkatkan risiko kematian akibat komplikasi kardiovaskular, ginjal, diabetes dan kanker sebesar 1,3 hingga 3 kali lipat. Peringkat ke-8 di antara semua kondisi yang berkontribusi pada DALYs, diabetes memerlukan deteksi dini dan manajemen yang efektif untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.
Menyadari perlunya model skrining dan intervensi yang komprehensif di tingkat perawatan primer, sebuah proyek percontohan dimulai di bawah dukungan The Hong Kong Jockey Club Charities Trust untuk mengembangkan model pencegahan dan perawatan presisi bertingkat risiko yang memanfaatkan penanda biogenetik dan algoritma data besar. Inisiatif ini melengkapi Program Joint Asia Diabetes Evaluation (JADE) berbasis web yang menggunakan teknologi terintegrasi untuk menyediakan skrining dan penilaian diabetes komprehensif yang terstruktur, mendukung pengumpulan dan analisis data yang berkelanjutan, mempromosikan pengambilan keputusan berbasis bukti untuk meningkatkan outcome pasien. Model pencegahan presisi (precision prevention) menggunakan risiko bertingkat berbasis komunitas akan mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk intervensi multikomponen untuk mengurangi kejadian dan perkembangan menuju diabetes dan komplikasinya.
Inovasi teknologi menawarkan solusi yang potensial untuk meningkatkan perawatan diabetes. Teknologi berbasis data telah mengubah sistem perawatan kesehatan Hong Kong dengan memperkuat kesehatan primer dan mengoptimalkan alokasi sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Mengingat potensi penerapan yang luas dan pelajaran yang dipetik, solusi inovatif dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak.
Namun tentu saja teknologi ini juga menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah mengedukasi pasien dan keluarganya, sehingga diperlukan eksposure yang lebih besar untuk manfaat dari CGM dan IoT dalam manajemen diabetes. Kedua, pendidikan tenaga kesehatan perlu dipersiapkan untuk dapat menggunakan dan mengoptimalisasi penggunaan peralatan ini. Ketiga, industri perlu dilibatkan untuk negosiasi biaya produksi. Keempat, pemerintah perlu dipastikan memberi dukungan regulasi dan kebijakan yang kondusif termasuk memastikan pembiayaan (termasuk bila alat ini menjadi bagian dari paket manfaat sistem asuransi sosial). Kelima, filantropi dapat dilibatkan pada inisiasi awal untuk melakukan investasi yang diperlukan terutama pada tahap awal.
Global Health 2050: Leveraging technological advances to halve premature deaths by 2050
Sesi ini diselenggarakan oleh JICA, Institute of Philanthropies dan Lancet Commission on Investing in Health.
The Lancet membentuk Komisi Investasi dalam Kesehatan (CIH) pada 2012 untuk menandai peringatan 20 tahun penerbitan Laporan Pembangunan Dunia 1993 Bank Dunia, "Berinvestasi dalam Kesehatan." Komisi ini diketuai oleh Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan AS dan Presiden Emeritus Universitas Harvard, dan diketuai bersama oleh Dean Jamison di University of Washington.
The Lancet menerbitkan laporan pertama CIH pada 2013, berjudul "Kesehatan Global 2035: dunia yang menyatu dalam satu generasi". Meningkatnya ketegangan geopolitik, tantangan terhadap globalisasi, konflik kekerasan, perubahan iklim, penuaan populasi, dan, yang paling signifikan, pandemi COVID-19 telah menentukan tahun-tahun setelah publikasi laporan kedua. Mengingat pada 2023 menandai peringatan sepuluh tahun CIH 1.0, dan lanskap pembangunan global telah banyak berubah selama dekade terakhir ini, The Lancet mengundang CIH untuk mengembangkan laporan CIH 3.0 untuk menilai keadaan kesehatan global di dunia pasca-COVID. Mereka meluncurkan laporan, "Kesehatan global 2050: jalan menuju pengurangan separuh kematian dini pada pertengahan abad" pada Oktober 2024 di KTT Kesehatan Dunia di Berlin.
Salah satu kesimpulan utama dari laporan ini yaitu mengurangi separuh probabilitas kematian dini (didefinisikan sebagai kematian sebelum usia 70 tahun) pada tahun 2050, atau "50 kali 50" dapat dilakukan, sebagian besar karena ketersediaan teknologi mutakhir yang akhir-akhir ini dikembangkan. Saat ini ada 1498 kandidat obat, vaksin, dan diagnostik dalam jalur pengembangan produk untuk penyakit yang terabaikan (neglected diseases), penyakit menular yang baru muncul (emerging infectious diseases), dan kesehatan ibu. Diperkirakan bahwa berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk memajukan kandidat ini akan menghasilkan 453 peluncuran produk antara 2023 dan 2044 di bawah skenario kasus dasar yang konservatif. Dengan koordinasi yang lebih baik, jumlah produk yang lebih besar dapat diluncurkan. Biaya tambahan di luar pengeluaran saat ini untuk penelitian dan pengembangan, akan menjadi $1,4–7 miliar per tahun, tergantung pada kompleksitas kandidat produk yang diluncurkan. Penghematan biaya yang substansial dapat dicapai—sekitar $9 miliar dari 2023 hingga 2044—jika efisiensi ekosistem diterapkan (e.g. kecerdasan buatan dan desain uji klinis cerdas).
Link Terkait
- Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
- Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
- Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
- Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital