logoKKI

jkki2kki2

  • Home
  • Tentang KKI
    • Visi & Misi
    • JKKI
    • Hubungi kami
  • publikasi
    • E-Book
    • Artikel
    • Hasil Penelitian
    • Pengukuhan
    • Arsip Pengantar
  • Policy Brief
  • Pelatihan
  • E-library
  • Search
  • Login
    • Forgot your password?
    • Forgot your username?
28 Nov2024

Reportase Hari Kedua

Posted in Pelatihan

Policy Course on Health System Transformation: Private Sector Engagement for Primary Care Led Integrated Health Care

26 November 2024

Summary Hari Pertama

26nov 1Pada hari kedua kursus kebijakan yang berlangsung pada 26 November 2024, Shita Dewi, selaku Peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, membuka sesi dengan memberikan ulasan dari pertemuan sebelumnya. Dalam ulasannya, pihaknya menyoroti poin-poin penting yang disampaikan para narasumber dan mengundang peserta untuk berdiskusi lebih lanjut tentang topik yang telah dibahas sebelumnya.

Selain memberikan ulasan, Shita juga memaparkan agenda hari kedua, yang mencakup topik-topik menarik terkait pengalaman dari China, Malaysia, dan Thailand. Fokus utama pembahasan adalah mekanisme belanja dan pengorganisasian untuk integrasi layanan kesehatan, yang akan disampaikan oleh narasumber dari berbagai negara tersebut.

 

  • SESI PAGI
  • SESI SIANG

SESI PAGI

Sesi 1. Organization, Functional, Professional & Clinical Modalities and Mechanisms: Purchasing for Integrated Seamless Health Care; Primary Care Package, Specialist and Hospital Care

26nov 1Pembicara selanjutnya adalah Professor Laksono Trisnantoro, Direktur ANHSS dan Profesor Kebijakan serta Manajemen Kesehatan dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia yang memaparkan terkait belanja kesehatan strategis atau strategic health purchasing. Laksono membahas pentingnya strategic purchasing dalam sistem kesehatan untuk memastikan efisiensi, keadilan, dan kualitas layanan. Pendekatan ini melibatkan pengambilan keputusan strategis tentang layanan yang dibeli, seleksi penyedia, dan mekanisme pembayaran. Di Indonesia, BPJS Kesehatan memainkan peran kunci sebagai pembeli utama layanan kesehatan, menghadapi tantangan seperti distribusi fasilitas yang tidak merata, lemahnya pengawasan kualitas, serta risiko fraud dalam kontrak. Salah satu langkah penting adalah menerapkan sistem insentif berbasis kinerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan, misalnya dalam pengelolaan diabetes, yang bertujuan menurunkan komplikasi dan meningkatkan hasil pengobatan.

Strategic purchasing menekankan pentingnya pergerakan dari pendekatan pasif ke strategi aktif, yang mencakup kontrak selektif, sistem insentif, dan pemantauan kualitas. Mechanism Active Purchasing memungkinkan pengalokasian sumber daya yang lebih efektif, serta peningkatan akses dan efisiensi layanan kesehatan, terutama di sektor primer dan rujukan. Namun, hal ini juga memerlukan regulasi yang kuat, integrasi program kesehatan masyarakat, serta keterlibatan masyarakat dalam menentukan kebutuhan kesehatan. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan peningkatan kapasitas pemangku kebijakan dan penguatan akuntabilitas sistem kesehatan.

Sesi 2. Country experiences

Purchasing and Organization Mechanisms for Integrated Seamless Health Care

26nov 1Pemateri pertama adalah Professor Ying Yao Chen dari School of Public Health, Fudan University dari China. Sejak 2009, China telah mencatat kemajuan besar dalam reformasi sistem kesehatannya, dengan hampir seluruh penduduknya kini tercakup dalam sistem asuransi kesehatan sosial dan paket layanan kesehatan publik dasar. Langkah ini telah mengurangi kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi dan memperkecil kesenjangan dalam akses layanan. Namun demikian, reformasi lebih lanjut tetap diperlukan, terutama untuk meningkatkan kualitas layanan rumah sakit publik, memanfaatkan sumber daya kesehatan secara optimal, serta mengintegrasikan sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan.

Meski cakupan asuransi hampir universal telah memperluas akses ke layanan kesehatan, perlindungan finansial bagi masyarakat miskin harus ditingkatkan untuk menghindari risiko pengeluaran kesehatan yang memberatkan. Selain itu, efektivitas belanja kesehatan memerlukan penguatan efisiensi sistem, pengembangan layanan kesehatan primer, dan reformasi mekanisme pembayaran penyedia layanan secara menyeluruh.

China juga telah mengembangkan sistem layanan kesehatan publik yang mencakup layanan dasar hingga khusus, dengan sektor publik sebagai aktor utama, meskipun sektor swasta terus berkembang. Upaya integrasi antara sektor publik dan swasta, rumah sakit dan layanan primer, serta aspek klinis dan preventif sedang dilaksanakan. Untuk mendukung integrasi ini, insentif seperti penggantian biaya untuk layanan terpadu mulai diterapkan. Selain itu, layanan kesehatan masyarakat terus diperkuat, terutama dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, manajemen penyakit tidak menular, serta perawatan bagi lansia.


Purchasing, Professional and Clinical Mechanisms for Integrated Seamless Health Care

26nov 1Pemateri kedua adalah Professor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh selaku Professor of Public Health, Department of Community Health, National University of Malaysia. Sistem kesehatan Malaysia menghadapi tantangan kompleks, mulai dari biaya kesehatan yang tinggi hingga meningkatnya masalah obesitas dan diabetes, yang membebani masyarakat, terutama kelompok tanpa penghasilan tetap atau tanpa asuransi. Meskipun sektor swasta memainkan peran penting dengan kualitas layanan yang dianggap lebih baik, hal ini menciptakan ketimpangan akses bagi masyarakat kurang mampu. Selain itu, pengadaan sumber daya kesehatan masih terganjal oleh kurangnya transparansi, keterbatasan anggaran untuk penelitian, serta peraturan yang kaku, khususnya di rumah sakit pendidikan. Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatasi tantangan ini dengan langkah-langkah seperti memperkuat sistem rujukan, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di daerah terpencil, memperluas aksesibilitas layanan kesehatan, dan mengintegrasikan sistem informasi kesehatan.

Salah satu pendekatan penting adalah penerapan pembelian strategis (strategic health purchasing), yang melibatkan pemilihan penyedia layanan berkualitas, negosiasi harga obat dan alat kesehatan, serta mendorong inovasi teknologi. Namun, implementasi mekanisme ini terkendala oleh kurangnya data akurat, kapasitas sumber daya manusia yang terbatas, dan regulasi yang kompleks. Kerja sama erat antara sektor publik dan swasta, pengembangan infrastruktur digital, serta transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan sangat diperlukan untuk mendukung efisiensi, mengurangi korupsi, dan mencapai Cakupan Kesehatan Universal (universal health coverage/ UHC).


Purchasing and Organization Mechanism for Integrated Seamless Health Care: The Case of Universal Coverage Scheme (UCS) in Thailand

26nov 1Pemateri ketiga adalah Waraporn Suwanwela selaku Deputy Secretary-General, National Health Security Office, Thailand. Thailand memiliki berbagai skema asuransi kesehatan publik untuk memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, termasuk CSMBS untuk pegawai negeri dan keluarganya sejak 1963 (mencakup 8% populasi), SSS untuk pekerja sektor swasta sejak 1990 (18%), UCS sebagai skema terbesar sejak 2002 (72%), dan skema khusus untuk pegawai pemerintah tertentu (2%).

Pemberlakuan Undang-Undang Jaminan Kesehatan Nasional (UU JKN) pada 2002 bertujuan untuk menyediakan jaminan kesehatan universal, melindungi masyarakat miskin dari risiko keuangan, dan memastikan kualitas serta aksesibilitas layanan kesehatan. UU ini membentuk lembaga pengelola seperti Badan Jaminan Kesehatan Nasional dan Kantor Jaminan Kesehatan Nasional, mengatur pengelolaan dana, fasilitas pelayanan, standar mutu, dan perlindungan hak peserta. Di bawah UCS, mekanisme pembelian strategis diterapkan dengan desain paket manfaat kesehatan, negosiasi dengan penyedia layanan, alokasi anggaran berdasarkan kebutuhan, dan metode pembayaran berbasis capitation atau fee-for-service. Pendekatan ini memungkinkan efisiensi alokasi dana, perluasan akses terhadap layanan berkualitas, dan peningkatan kepuasan masyarakat.

 

SESI SIANG

Primary Care and Hospital PPPs in Asia-Pacific: Trends and Challenges

Part 1: Infrastructural Mechanisms for Integrated Health Care – Global Experience

26nov 6Setelah istirahat, pemaparan materi dilanjutkan Associate Professor Chantal Herberholz selaku Director Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University yang memaparkan mekanisme infrastruktur untuk integrasi pelayanan berdasarkan pengalaman global. Kemitraan pub

lik-swasta memiliki keunggulan utama yaitu peningkatan akses terhadap modal, manajemen yang lebih baik, dan pengembangan sistem kesehatan yang lebih terintegrasi. Namun, model ini juga menghadapi tantangan, seperti ketidakpastian alokasi risiko, kurangnya evaluasi independen, serta masalah nilai uang sebagaimana terlihat dalam penghentian model public private partnership (PPP) di Inggris pada 2018. Selain itu, data global mengenai PPP di sektor kesehatan terbatas, karena sebagian besar proyek PPP justru dilakukan di sektor infrastruktur seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika. Meskipun demikian, PPP tetap menjadi pilihan strategis untuk mengatasi keterbatasan sumber daya pemerintah, meskipun efektivitasnya sering kali bergantung pada ketersediaan dana dan evaluasi yang kuat.

 

Part 2: Primary Care and Hospital PPPs in Asia-Pacific

26nov 6Kemudian topik ini dilanjutkan oleh Professor Siripen Supakankunti selaku Professor, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University yang menjelaskan pengalaman Thailand dalam mengimplementasikan PPP. Dalam sesi ini dipaparkan pula terkait reformasi sistem kesehatan yang telah dilakukan, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana cara memperkuat dan melibatkan sektor swasta dalam sistem tersebut.

PPP di sektor rumah sakit di Thailand diatur oleh beberapa undang-undang seperti Undang-Undang Investasi Swasta (PISU Act) dan Undang-Undang Kemitraan Publik-Swasta tahun 2019 yang menekankan pada fasilitasi, penyesuaian, penyederhanaan, dan transparansi. Rencana Strategis Kemitraan Publik-Swasta tahun 2017-2021 juga mendorong partisipasi swasta dalam pengembangan infrastruktur kesehatan publik, seperti fasilitas perawatan kesehatan dan lansia, pusat medis khusus, dan pusat layanan medis lainnya. Meskipun demikian, implementasi PPP di sektor kesehatan menghadapi beberapa tantangan, terutama dari sisi anggaran, operasional, dan kelembagaan.

Implementasi PPP di sektor kesehatan di Thailand terlaksana karena beberapa hal seperti kekuatan politik sangatlah penting untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PPP. Kemudian melibatkan semua pihak yang terkait dalam proyek PPP sejak awal sangatlah krusial serta melibatkan pengguna layanan kesehatan sejak awal dapat membantu memastikan bahwa proyek PPP memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal lain yang tidak kalah penting adalah membuat proyek PPP menarik bagi sektor swasta, membangun hubungan yang baik dengan pihak swasta baik secara formal maupun informal, fokus pada perencanaan layanan kesehatan selain infrastruktur sangatlah penting untuk menarik investasi dan memastikan keberlanjutan proyek.

Information & Engagement, Policy Tools for 'Small Governments’

26nov 6Pembicara selanjutnya adalah Research Assistant Professor April Yushan Wu dari Centre for Health Systems and Policy Research, JC School of Public Health and Primary Care, Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong. April menjelaskan jika pemerintah menggunakan berbagai instrumen kebijakan dengan tingkat pemaksaan yang bervariasi untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkat paling ringan adalah dorongan (exhortasi) melalui persuasi dan penyebaran informasi. Tingkat kedua melibatkan pajak untuk memengaruhi perilaku melalui insentif fiskal, sedangkan tingkat ketiga mencakup pengeluaran pemerintah berupa distribusi dana atau barang untuk mendukung kebijakan. Regulasi pada tingkat keempat menetapkan aturan dengan sanksi, dan tingkat terakhir, yang paling memaksa, adalah pemilikan publik, di mana pemerintah langsung mengelola layanan terkait. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana kebijakan pemerintah berkisar dari persuasi hingga kontrol penuh.

Di sisi lain, pemasaran sosial menerapkan teknik pemasaran komersial untuk menangani masalah sosial dengan mendorong perubahan perilaku, seperti berhenti merokok atau mempromosikan perilaku aman. Salah satu strategi efektifnya adalah konsep 4P: produk (perilaku yang diinginkan), tempat (akses pesan), harga (biaya untuk perubahan), dan promosi (pesan yang menarik). Namun, pemasaran sosial menghadapi tantangan seperti heterogenitas audiens, persaingan dengan pesan dari media lain, dan kompleksitas informasi yang sulit dipahami. Meskipun dampaknya sering kecil, pemasaran sosial tetap relevan dengan pendekatan yang lebih terarah untuk mencapai perubahan perilaku.

External Quality Assurance and Accreditation

26nov 6Pembicara terakhir dari kursus kebijakan hari ini (26/11/2024) adalah Professor Adi Utarini dari Departemen Kebijakan dan Manajemen FK-KMK UGM yang memaparkan terkait penjaminan mutu dan akreditasi eksternal untuk memastikan bahwa penyedia layanan memenuhi standar perawatan yang ditetapkan. Akreditasi juga membantu memastikan bahwa penyedia layanan swasta selaras dengan tujuan sistem kesehatan yang berbasis pelayanan kesehatan primer. Meskipun demikian, implementasi akreditasi dapat menghadapi tantangan, terutama di lingkungan dengan keterbatasan sumber daya, seperti dalam perawatan primer. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan inovasi, pengembangan kapasitas, dan strategi yang disesuaikan.

Secara keseluruhan, penjaminan mutu dan akreditasi berkontribusi pada sistem kesehatan terpadu yang berbasis pelayanan kesehatan primer dengan mendorong peningkatan kualitas berkelanjutan, membimbing penyedia layanan, dan membantu memantau efektivitas kebijakan kesehatan.

 

Reporter: Monita Destiwi dan Ester Febe (PKMK UGM)

 

Link Terkait

  • Reportase hari Pertama
  • Reportase hari Ketiga
  • Reportase hari Keempat

 

 

Copyright © 2019 | Kebijakan Kesehatan Indonesia

  • Home
  • Tentang KKI
    • Visi & Misi
    • JKKI
    • Hubungi kami
  • publikasi
    • E-Book
    • Artikel
    • Hasil Penelitian
    • Pengukuhan
    • Arsip Pengantar
  • Policy Brief
  • Pelatihan
  • E-library