17 Sep2019
Posted in review publikasi
Kasus kekurangan gizi pada anak di Indonesia masih menjadi isu nasional. Sementara itu, jumlah anak dengan berat badan berlebih mulai meningkat jumlahnya. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya anak - anak yang mengkonsumsi produk makanan ringan komersial selama proses pemberian makanan tambahan. Sebuah studi dilakukan oleh M. Green, Dian N. Hadihardjono, Alissa M. Pries, Doddy Izwardy, E. Zehner dan Sandra L. Huffman untuk menilai prevalensi dan pola konsumsi makanan ringan dan makanan/minuman manis (dengan gula tambahan) pada anak - anak di Indonesia. Sebuah survey cross-sectional dilakukan pada 495 ibu dari anak yang berusia 6 – 35 bulan yang tinggal di Kota Bandung.
Hasilnya menunjukkan bahwa diantara semua anak, 81,6% anak mengkonsumsi makanan ringan komersial dan 40% mengkonsumsi minuman manis setiap harinya sebelum dilakukan proses wawancara. Pada anak usia 6 – 11 bulan, 46,5% anak - anak mengkonsumsi makanan ringan dan 2% diantaranya mengkonsumsi minuman manis. Makanan ringan dikonsumsi 3 kali atau lebih dalam sehari sebanyak 60% oleh anak - anak usia 24 – 35 bulan. Sementara itu, usia anak, konsumsi makanan pendamping yang diproduksi secara komersial atau pengganti ASI memiliki hubungan dengan konsumsi minuman manis. Perhatian nasional harus berfokus pada intervensi untuk mengurangi ketergantungan pada produk makanan ringan olahan dan meningkatkan konsumsi makanan kaya gizi yang tersedia secara lokal selama periode pemberian makanan tambahan. Artikel ini ditulis pada jurnal Maternal and Child Nutrition Wiley yang diterbitkan pada 2019.
Selengkapnya