Regional Knowledge Event merupakan pertemuan berkala yang diselenggarakan ANHSS sebagai forum diskusi antara para pembuat kebijakan, legislator, praktisi, pelaku industri, dan akademisi di region. Pada event kali ini (Mei 2025) dihadiri oleh lebih dari 120 peserta dari 8 negara di kawasan Asia.
Pembukaan disampaikan oleh tiga host acara ini, yaitu Professor Philip Wai-Yan Chiu, Dekan Faculty of Medicine, The Chinese University of Hong Kong (HKSAR, China), Professor Samuel Yeung-Shan Wong, Direktur JC School of Public Health and Primary Care, The Chinese University of Hong Kong (HKSAR, China) serta Professor dr. Laksono Trisnantoro, Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK, Universitas Gadjah Mada (Indonesia).
Ketiga sambutan menekankan bahwa prinsip-prinsip Universal Health Coverage (UHC) mendasari upaya untuk mensinergikan sumber daya sektor publik dan swasta. Peran swasta sangat krusial untuk menjadi mitra pemerintah dan berperan sebagai penambah (supplementary) dan pelengkap (complementary) dari sistem publik. Pada regional event kali ini, peran yang ditekankan adalah peran dari asuransi kesehatan swasta (AKS).
Sesi pagi hari diisi oleh beberape keynote speech dengan topik seputar peran AKS tersebut ditinjau dari berbagai perspektif: akademisi, pembuat kebijakan dan praktisi. Pertama, dari perspektif akademisi, disampaikan bagaimana posisi dan peran AKS dalam sistem Kesehatan ditinjau dari kerangka dan konteks UHC.
Topic: Review of the Role of PHI and Challenges in the Global Context
Speaker: Professor Eng-Kiong YEOH, Director, Centre for Health Systems and Policy Research, JC School of Public Health and Primary Care, The Chinese University of Hong Kong (HKSAR, China)
Prof. Yeoh menyampaikan bahwa asuransi pada dasarnya adalah tentang bagaimana risiko sakit (dan biaya) di-pooling untuk berbagi beban, sehingga tidak membebani pihak yang mengalami kejadian penyakit.
Pilihan dalam pooling:
- No pooling (Masyarakat menanggung sendiri risiko melalui pembayaran langsung atau out of pocket/ OOP).
- Unitary pooling/single pool (seluruh dana dan risiko digabung dalam satu pool. Contoh: Indonesia).
- Fragmented pooling (dana dan risiko di-pool di beberapa ‘kantong’, misalnya sesuai wilayah (contoh: Jerman), risiko (contoh: UK), kelompok populasi (contoh: Thailand, Jepang))
- Integrated pooling (terdapat kemungkinan untuk menggunakan dana dari pool lain ketika dibutuhkan (misal: dalam situasi yang “luar biasa” untuk sistem kesehatan).
Peran AKS sangat krusial untuk menjadi mitra pemerintah dan berperan sebagai penambah(supplementary) dan pelengkap (complementary) dari sistem publik, dalam hal ini khususnya dari sisi pembiayaan kesehatan tersebut.
Selanjutnya keynote speech diberikan dari perspektif pembuat kebijakan dan praktisi, masing-masing meninjau bagaimana AKS mendukung pencapaian tujuan-tujuan sistem kesehatan.
Topic: Strategic Roles of PHI: Regulation Perspective
Pembicara: Mr. Clement LAU Chung-Kin, Executive Director, Policy and Legislation, Insurance Authority (HKSAR, China)
Insurance Authority adalah lembaga pemerintah Hong Kong yang bertugas untuk membuat kebijakan-kebijakan terkait asuransi dan mengawasi para penyelenggara asuransi. Lau menegaskan mandat pemerintah sebagai regulator, sebagai pihak yang harus memastikan perlindungan bagi masyarakat namun juga mendukung industri asuransi untuk tetap berkesinambungan. Asuransi memiliki pula peran sosial: ada tidaknya asuransi dapat membentuk atau mengubah pola perilaku individu maupun kelompok.
Topic: Health Insurance and Sustainability of Hong Kong’s Healthcare System
Pembicara: Mr. Sam HUI, JP, Deputy Secretary for Health 1, Health Bureau (HKSAR, China)
Hui menyampaikan bahwa pembiayaan kesehatan di sektor non pemerintah di Hong Kong yang bersumber dari skema asuransi swasta masih terbatas (sekitar 30%) sementara komponen terbesar masih dari pembiayaan langsung/OOP sekitar 60%). Artinya, masih terbuka pasar yang uarbiasa besar bagi asuransi swasta. Namun untuk itu, paket layanan yang dijual harus:
- Renewable hingga 100 tahun
- Tidak ada cap terhadap total klaim sepanjang usia hidup
- Perlindungan harus mencakup segala risiko termasuk pre-kondisi sejak tahun kedua keanggotaan, dan perlindungannya harus secara progresif diperluas sejak tahun ke-4 dari keanggotaan
(hal-hal ini merupakan ketentuan/diatur dalam regulasi pemerintah).
Hal lain yg dituntut pemerintah adalah transparansi harga dan menghilangkan asimetri informasi. Namun sayangnya, pemerintah Hong Kong juga memiliki tantangan untuk memperoleh informasi yang terkonsolidasi mengenai asuransi swasta. Oleh karena itu pemerintah secara rutin membuka dialog bersama para pelaku industri (Perusahaan asuransi swasta) untuk menginisiasi bagaimana hal ini dapat diupayakan bersama.
Topic: Strategic Roles of PHI for Universal Health Coverage
Pembicara: Dr. Eduardo P. BANZON, Director, Health, Human and Social Development Sectors Group, Asian Development Bank (The Philippines)
materi
Eduardo memulai sesinya dengan mengingatkan kita bahwa prinsip ‘universal’ dalam UHC mengartikan bahwa setiap orang harus memiliki akses terhadap layanan yang dibutuhkan, dan bagaimana pergeseran penyedia pelayanan dari public ke swasta terjadi hampir di seluruh negara di kawasan Asia, kecuali di negara-negara dimana pemerintah secara kuat sengaja membatasi sektor swasta. Seiring dengan itu, pemerintah mengembangkan sistem jaminan sosial untuk melindungi masyarakatnya.
Namun, AKS masih memiliki potensi bertumbuh di negara-negara dimana secara ‘population coverage’ belum terpenuhi dalam UHC. Dalam hal ini AKS dapat menjadi ‘substitute’. Namun, dari perspektif pemerintah, AKS tidak menguntungkan sebagai ‘substitute’ karena ini mengurangi porsi revenue sources bagi pool jaminan sosial nasionalnya. Oleh karena itu, yg perlu dilakukan agar AKS tetap bisa tumbuh di negara-negara dengan system jaminan sosial adalah AKS sebagai pelengkap/komplementer/suplementer dalam hal ‘service coverage’ dan dalam hal ‘financial protection’ sebagai salah satu sumber prepaid health. Di Filipina, voluntary AKS ini merupakan bagian dari non-taxable dan hanya bisa dibeli oleh mereka yang menjadi anggota Philhealth (system jaminan sosial), sehingga ini menarik bagi kelompok middle to lower-middle income population. Coordination of benefit pernah diinisiasi di Indonesia namun dihentikan (untuk sementara) sejak 2020.
Topic: Role of Health Insurance from Insurers’ Perspectives Contributing to Health System Goals
Pembicara: Mr. Alger FUNG, Chief Executive Officer, AIA Hong Kong and Macau (HKSAR, China)
Fung membawakan perspektif pelaku industri. Fung tidak hanya membahas dari sisi bagaimana asuransi Kesehatan swasta (AKS) menyediakan perlindungan Kesehatan tetapi menunjukkan bagaimana AKS juga berkepentingan untuk menjaga pelanggannya sehat, oleh karena itu Fung memfokuskan presentasinya social value yang dimiliki oleh AKS. AKS dapat membuat program-program dan skema untuk mempromosikan gaya hidup sehat bagi para pelanggannya. Misalnya, AIA menyediakan insentif pengurangan premi untuk pelanggan yang indikator-indikator kesehatannya membaik (misal: BMI), membuat taman umum di kota dan menyelenggarakan acara gratis kelas-kelas yoga, boxing, tenis, dan lain-lain.
Topic: Strategic Role of PHI for Health System Goals in Singapore
Pembicara: Professor Jeremy LIM, Chief Executive Officer, AMILI; Associate Professor (Adjunct), Saw Swee Hock School of Public Health, National University of Singapore (Singapore)
materi
Dalam konteks Singapura, Jeremy menyediakan sistem yang multitiered untuk dapat melayani masyarakat umum namun juga masyarakat kelas atas yang tidak ingin disamakan seperti masyarakat umum. Selain itu, Singapura memiliki banyak ekspatriat yang juga memiliki demand yang berbeda. Dalam sistem ini, tersedia MediFund untuk mereka yang tidak bisa membayar OOP, kemudian progam tambahan top up (Medisave, dan memungkinkan adanya co-payment).
MediShield tadinya dicanangkan pada 1990 untuk melindungi masyarakat secara umum namun ternyata terjadi adverse selection. Pada 2005 Medishield direformasi dan berhasil mencakup 90% masyarakat (sekitar 3.6 juta orang). AKS memiliki peran untuk menjadi opsi bagi mereka yang tidak tergabung dalam Medishield (misal: non warganegara) namun membutuhkan perlindungan (sekitar 2,4juta orang). Sementara itu, HealthierSG juga diluncurkan pada 2023, dan berfokus pada preventive care (melalui pembiayaan pajak) senilai SGD5 milyar per tahun.
Diskusi Panel
Setelah para pembicara menyampaikan keynote speech, sesi pagi ditutup dengan diskusi panel. Acara ini dimoderatori oleh Dr. Libby Ha-Yun LEE, Under Secretary for Health, Health Bureau (HKSAR, China). Para pembicara membahas beberapa hal yang memungkinkan AKS untuk hadir dan berperan dalam sistem kesehatan. Salah satu faktor yang dianggap penting adalah regulasi yang kuat. Namun regulasi yang kuat membutuhkan kapasitas menjalankan tata kelola yang baik dan juga membutuhkan data. Oleh karena itu, perlu dibangun sistem yang transparan dan akuntabel yang dapat memungkinkan data dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pengembangan kebijakan dan pemantauan.

The Strategic Role of Private Health Insurance (PHI) for Health System Goals and to Advance Universal Health Coverage
Keynote Speech: Strategic Role of PHI in Advancing UHC: Industry and Country Experiences
Topic: Private health insurance under Universal Public Health Insurance System
Prof. Soonman Kwon – Professor/Former Dean, Seoul National University (SNU), Korea Selatan
materi
Prof. Kwon mengawali sesi siang dengan berbagi mengenai caveat dari Asuransi Kesehatan Swasta (AKS) di Korea Selatan. Di Korsel, PHI memiliki karakteristik eksternalitas fiskal dikarenakan sifat AKS yang berfungsi sebagai ‘katup’ dari skema asuransi publik. AKS di Korea Selatan turut meliputi co-payment dari asuransi kesehatan publik, sehingga turut meningkatkan utilisasi layanan kesehatan publik (efek moral hazard). Selain itu, AKS meliputi layanan yang secara umum tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan publik. Di Korea Selatan, pemberi layanan kesehatan melakukan bundling layanan yang ditanggung dan tidak ditanggung oleh skema publik. Adapun skema care bundling ini memiliki dampak peningkatan utilisasi langsung baik dari layanan swasta, serta layanan yang ditanggung oleh skema publik.
Health Insurer’s Perspective BUPA
Dr. Yat CHOW dari BUPA menjelaskan bahwa utilisasi tertinggi dalam AKS adalah layanan rawat jalan. Di Hongkong, layanan rawat jalan primer memiliki utilisasi (dan return) tertinggi, yang mana terbagi atas Traditional Chinese Medicine (TCM) serta Western Medicine. Terlebih lagi, dalam layanan rawat jalan primer, porsi pembiayaan dari kantong sendiri (out-of-pocket) tetap mendominasi.
Hal unik dalam layanan kesehatan di Hong Kong adalah porsi yang setara diakibatkan oleh blending-in pembiayaan dan layanan antara publik dan swasta. Sebagai contoh, layanan rawat jalan didominasi oleh pembiayaan individu ($29bn.) dan sebagian dibiayai oleh skema pemerintah ($6.8bn.). Porsi pembiayaan antara publik dan swasta pun hampir setara. Secara umum, pembiayaan dari publik tahun fiskal 2023 adalah sebesar $150.4bn (58%) sedangkan pembiayaan swasta yakni sebesar $109.7bn (42%).
Country Experiences: Thailand, Malaysia, and Indonesia
Sesi dilanjutkan dengan country sharing dimana masing-masing pembicara membagikan pengalaman serta potensi AKS dalam lanskap sistem kesehatan. Di Thailand, Prof Herberholz membagikan bahwa secara umum di Thailand, AKS terbagi oleh dua (2) plan: plan asuransi kesehatan pribadi untuk individu dengan high-income, serta plan asuransi kesehatan berkelompok seperti pada sektor formal dan perusahaan. Hal ini juga diamini oleh Indonesia dan Malaysia dimana struktur asuransi kesehatan berdiri sendiri dengan dua plan tersebut, dan terpisahkan dengan pemberi layanan. Hal ini berbeda dengan negara Hong Kong dimana terdapat dualitas dari entitas asuransi kesehatan yang tidak hanya berperan sebagai insurer namun juga sebagai pemberi layanan kesehatan.
Adapun dari sharing berbagai negara, didapat beberapa isu yang homogen atau sama. Prof. Laksono dari Indonesia menyebutkan bahwa secara umum, asuransi kesehatan publik memiliki dua isu besar, yakni isu ekuitas dan sustainabilitas. Di Indonesia, isu inekuitas disebabkan oleh klaim asuransi publik yang cenderung selalu meningkat, dengan klaim rasio tinggi. Namun, klaim rasio yang tinggi ini memiliki kecenderungan terpusat, yang mana klaim tinggi dirasakan secara mayoritas di kota besar dengan infrastruktur memadai bahkan advanced. Di satu sisi, klaim rasio yang tinggi terus menerus mengancam sustainabilitas dari pembiayaan asuransi kesehatan publik. Selama pandemi COVID-19, klaim menurun drastis dikarenakan oleh turunnya utilisasi layanan. Namun setelah COVID-19, tren klaim meningkat sehingga menjadi salah satu penyebab asuransi kesehatan publik mengalami defisit.
Di Malaysia, sebagaimana disampaikan oleh Prof. Sharifa tingginya appetite terhadap layanan kesehatan telah diakomodasi dengan layanan kesehatan swasta yang juga didukung oleh medical tourism. Hal ini menyebabkan menjamurnya AKS dan layanan kesehatan swasta, yang diregulasi oleh Central Bank of Malaysia. Akan tetapi, inflasi medis serta peningkatan utilisasi menyebabkan premium asuransi swasta terus meningkat. Prof. Sharifa menambahkan diantisipasi pada 2025 premium asuransi swasta akan meningkat sebesar 40-70%.
Speakers:
Topic: Topic: Review of the Role of PHI and Challenges in the Global Context Speaker: Professor Eng-Kiong YEOH, The Chinese University of Hong Kong (HKSAR, China)
|
materi |
Topic: Strategic Roles of PHI: Regulation Perspective Speaker: Mr. Clement LAU Chung-Kin, Executive Director, Policy and Legislation, Insurance Authority (HKSAR, China)
|
materi |
Topic: Strategic Roles of PHI for Universal Health Coverage Speaker: Dr. Eduardo P. BANZON, Director, Health, Human and Social Development Sectors Group, Asian Development Bank (The Philippines)
|
materi |
Topic: Role of Health Insurance from Insurers’ Perspectives Contributing to Health System Goals Speaker: Mr. Alger FUNG, Chief Executive Officer, AIA Hong Kong and Macau (HKSAR, China)
|
materi |
Topic: Strategic Role of PHI for Health System Goals in Singapore Speaker: Professor Jeremy LIM, Chief Executive Officer, AMILI; Associate Professor (Adjunct), Saw Swee Hock School of Public Health, National University of Singapore (Singapore)
|
materi |
Topic: Private Health Insurance under Universal Public Health Insurance System Speaker: Professor Soonman KWON, Professor/ Former Dean, Seoul National University (South Korea)
|
materi |
Topic: Health Insurer’s Perspective: Bupa Speaker: Dr. Yat CHOW, Executive Medical Director, Bupa HK (HKSAR, China)
|
materi |
Topic: Private Health Insurance in China: Progress, Gaps, and Paths Forward Speaker: Professor Yingyao CHEN, Deputy Dean, School of Public Health, Fudan University (China)
|
materi |
Topic: The Role of Private Health Insurance in Achieving UHC in the Philippines Speaker: Professor Maria Elena B. HERRERA, Adjunct Faculty of Asian Institute of Management, Makati City, Metro Manila (The Philippines)
|
materi |
Topic: Country Experiences in the Development of PHI: Thailand Speakers: Professor Siripen SUPAKANKUNTI, Professor, Centre of Excellence for Health Economics, & Professor Chantal HERBERHOLZ, Director, Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, Bangkok (Thailand)
|
materi |
Topic: Indonesia’s Private Health Insurance Current Situation Speaker: Professor Dr. Laksono TRISNANTORO, Professor of Health Policy and Management, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada (Indonesia)
|
materi |
Topic: Malaysia’s Experience with Health Insurance Speaker: Professor Dr. Sharifa Ezat WAN PUTEH, Professor of Public Health and Hospital Management Faculty of Medicine, Dean of Centre of Liberal Science, Universiti Kebangsaan Malaysia (Malaysia)
|
materi |
Reporter:
- Shita Dewi – Peneliti Divisi Kebijakan Kesehatan, PKMK FK-KMK UGM
- dr. Ryan Rachmad Nugraha, MPH, Departemen Kedokteran Keluarga & Komunitas, FK-KMK UGM