Health System Research Symposium
Beijing, 31 Oktober-3 November 2012

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Laporan Hari I - 31 Oktober 2012

securedownloadHealth System Research Symposium ke-2 yang diadakan pada tanggal 31 Oktober – 3 November 2012 ini ditujukan untuk mengevaluasi kemajuan, berbagi pengalaman dan membuat agenda penelitian untuk mempercepat terwujudnya Universal Health Coverage (UHC) secara global. Kurang lebih 1.700 peserta berasal dari bermacam kalangan, mulai dari para peneliti, pembuat kebijakan, donor, konsultan teknis, civil society, serta pemangku kepentingan lain di seputar sistem kesehatan. Simposium ini akan membahas berbagai topik seputar riset sistem kesehatan, dan dialog-dialog di dalamnya diharapkan akan mengarah pada implementasi dan riset yang lebih sustain serta bagaimana hasil riset tersebut digunakan dalam membuat kebijakan kesehatan.

Hari pertama simposium dimulai dengan Satellite Sessions yang diberikan oleh berbagai institusi riset dan akademik, serta lembaga non-pemerintah. Daftar lengkap sesi satelit yang dipresentasikan hari ini dapat dilihat di link berikut.

Satellite Sessions:

Salah satu sesi satelit yang diangkat hari ini disampaikan oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine dengan tema "Innovation and integration: new evidence on measurement, cost-efficiencies and health impact of integrated service delivery". Dengan adanya berbagai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh proyek-proyek dan inisiatif yang berbeda, efektivitas serta kualitas pelayanan menjadi aspek yang sangat penting untuk dievaluasi. Sesi ini khususnya mengangkat proyek integrasi pelayanan HIV dan kesehatan reproduksi di Afrika.

Riset ini sangat menarik karena riset ini berusaha mengkuantifikasi efektivitas serta seberapa jauh integrasi pelayanan HIV & reproduksi telah berhasil di level primer. Riset ini mengembangkan indeks integrasi yang dibuat berdasarkan beberapa indikator, yaitu: integrasi fisik, intergrasi temporal, integrasi penyedia jasa dan integrasi fungsional. Keempat indikator integrasi ini diharapkan dapat menunjukkan level keberhasilan integrasi proyek.

Hasil yang diperoleh ialah level keberhasilan integrasi berbeda-beda antar pusat pelayanan kesehatan di Uganda dan Kenya (tempat di mana penelitian ini dilakukan). Indikator yang diciptakan ini menunjukkan kesesuaian dengan kesan yang didapat oleh para ahli atau pekerja kesehatan yang ditempatkan di pusat pelayanan kesehatan tersebut. Sehingga, indikator ini menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan integrasi suatu inisiatif.

Hal lain yang menarik adalah, ternyata efektivitas pelayanan tidak hanya bergantung pada apakah suatu pusat pelayanan dapat memberikan beberapa fungsi sekaligus, tapi juga pada persepsi masyarakat. Misalnya, penggunaan pusat pelayanan HIV yang telah terintegrasi dengan jenis pelayanan lain ternyata lebih efektif. Dan bukan hanya karena masyarakat dapat mengakses beberapa jenis pelayanan sekaligus, tapi juga karena stigma yang diterima oleh pasien HIV berkurang, karena pusat pelayanan kesehatan tersebut bukan lagi merupakan pusat terapi HIV. Sehingga orang lain tidak serta-merta mengetahui tujuan pasien tersebut datang ke pusat pelayanan kesehatan tersebut. Proyek dan penelitian ini masih terus berlangsung, dan silahkan kunjungi website Integra Initiative untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

Sesi satelit lainnya diberikan oleh USAID, dengan tema "Getting real" through NGO partnerships with policy-makers and researchers to test innovative, scalable solutions to implementation challenges: community health systems research on reaching neglected populations in LAC, Africa and Asia". Sesi ini memperkenalkan lebih jauh bagaimana beberapa program USAID telah berjalan di berbagai negara. Sesi ini juga memaparkan pendekatan yang digunakan USAID yaitu operations research serta lebih mengintegrasikan proyek USAID dengan NGOs dalam jenis riset ini.

Alasan USAID untuk lebih mendekatkan diri dengan NGO antara lain; pertama, program dapat efektif jika menggunakan keahlian yang sudah tersedia di negara tersebut. Kedua, NGO adalah pihak yang berada di dunianya (real world), sehingga diharapkan lebih dapat membantu perluasan suatu intervensi dengan solusi yang praktis. Ketiga, mendorong kerjasama dengan komunitas local melalui NGO, sehingga intervensi menjadi lebih kerkesinambungan serta masyarakat juga merasa memiliki inisiatif tersebut.

Case Study 1:

Salah satu case study (yang merupakan operations research) yang diangkat dalam sesi ini adalah CHS dari Ekuador. Permasalahan yang ada adalah terfragmentasinya sistem kesehatan di level provinsi, dan tidak berhubungan dengan komunitas dalam pemberian intervensi KIA. Solusi yang inovatif dilakukan melalui jaringan/micronetwork yang terdiri dari professional obstetric dan pediatri, dan memberikan pelatihan serta pelayanan KIA. Pelatihan diberikan ke dukukn beranak serta komunitas dan kader kesehatan. Pertanyaan penelitian: Apakah pendekatan micronetwork ini dapat meningkatkan caupan pelayanan ksehatan ibu dan anak di Ekuador?

Hasil awal penelitian:

  1. Micronetwork KIA ini dapat meningkatkan keterlibatan dukun beranak, sehingga status rujukan ibu hamil meningkat
  2. Pengetahuan dukun beranak mengenai persalinan yang bersih dan aman meningkat, serta keikutsertaan masyarakat dalam sistem rujukan menunjukkan perbaikan

Case Study 2:

Hellen Kelles Group, Nepal. Permasalahannya ialah malnutrisi yang terjadi terus-menerus, terutama pada anak balita, ibu menyusui serta ibu hamil. Solusi/ intervensi melalui integrasi program nutrisi dengan menggabungkan kebijakan Kementerian Agrikultur dengan Kementerian Kesehatan. Pertanyaan penelitiannya yaitu apakah integrasi program perbaikan agrikultur dapat meningkatkan status nutrisi dan outcome kehamilan? Hasil penelitian ini adalah terdapat perbaikan nutrisi di kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan lesson learned dari beberapa operational research yang telah dilakukan oleh USAID meliputi : methods, interest -> other funding sources, national influence, local research capacity dan dokumentasi. Sementara tantangan yang harus dihadapi diantaranya :

  1. Ketidaksesuaian antara NGO dengan akademisi, terutama dalam hal metodologi yang digunakan dalam penelitian serta penelitian jenis apa yang bisa diterbitkan di jurnal
  2. Peneliti umumnya tertarik untuk menjawab pertanyaan faktor apa yang berhubungan dengan status kesehatan yang baik. Sementara NGO lebih tertarik dengan apa yang berhasil di lapangan serta dapat meningkatkan cakupan intervensi kesehatan yang benar-benar berhasil untuk memperbaiki status kesehatan
  3. Selalu ada perbedaan antara metodologi praktis yang digunakan oleh NGO dengan yang digunakan oleh akademisi/peneliti yang cenderung lebih bersifat 'gold standard' namun tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan

Sesi ini lebih menekankan peran USAID dan NGO dalam melakukan operational research, dan menyampingkan peran akademisi dalam mengembangkan metodologi penelitian yang ideal. Presenter juga menekankan bahwa penelitian akademik yang ada sekarang cenderung tidak dapat diimplementasikan. Akan menarik sekali untuk terus mengikuti arah yang diambil USAID dalam tahun-tahun ke depan, terutama berbagai grant yang diberikan USAID dalam bentuk operation research, pertanyaan lain yang muncul yaitu apakah penelitian seperti ini yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang? Dan di mana tempat bagi penelitian akademik di dunia social science dan public health

Beberapa presentasi yang diberikan pada saat plenary session di simposium global Health System Research-Beijing dapat diunduh melalui website ini.

Presentasi-presentasi ini akan memberikan gambaran mengenai Universal Health Coverage (UHC) di beberapa negara berkembang dan maju, serta proses untuk mencapai UHC dan tantangan yang dihadapi.

Memang, tidak ada definisi yang mudah untuk Universal Health Coverage, namun mari kita merenungkan kembali definisi Universal Health Coverage yang telah dipatrikan oleh World Health Organization (WHO):

"Everyone in the population has access to appropriate promotive, preventive, curative and rehabilitative health care when they need it and at an affordable cost"

Sehingga pertanyaan untuk kita sebagai orang Indonesia mungkin adalah:

  1. Apakah Indonesia dapat mencapai target UHC pada tahun 2014 nanti?
  2. Apa yang harus kita persiapkan untuk mencapai cakupan pelayanan semesta untuk seluruh rakyat Indonesia? Apakah sekedar menaikkan cakupan jaminan kesehatan atau lebih kompleks lagi: memperbaiki keseluruhan sistem kesehatan terutama pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi?

31 October 2012

17:30-19:00 PLENARY SESSION

Kiril Danishevskiy, Professor, Higher School of Economics, Russian Federation

Balancing the legacy of universal health coverage and the free market: Russia’s challenge

Malebona Precious Matsoso, Director General of Health, South Africa
Universal health coverage in South Africa: challenges and lessons learnt

Wang Longde, Dean of the School of Public Health, Zhejiang University, People’s Republic of China

Universal health coverage in China: Lessons learnt in chronic disease prevention and care

Srinath Reddy, President, Public Health Foundation of India
Will India embrace universal health coverage?

1 November

9:30-11:00 PLENARY SESSION

HE Chen Zhu, Minister of Health of the People’s Republic of China
Towards universal health coverage: Progress and achievements of the health reform in China

2 November 2012

16:30-18:00 Enhancing health system performance through technology

Chair: Jailson De Barros Correia, Director of Science and Technology, Ministry of Health, Brazil