Pembelajaran Kelembagaan (Agustus 2024)

banner fkfk

Merupakan inisiatif strategis yang dirancang untuk memperkuat Fakultas-fakultas Kedokteran dalam bidang penelitian kebijakan kesehatan. Pembelajaran ini bertujuan membekali dosen Fakultas Kedokteran (FK) melakukan penelitian kebijakan untuk mempengaruhi proses pengambilan kebijakan di berbagai level pemerintahan. Melalui pendekatan interaktif dan kolaboratif, peserta akan diajarkan menyusun proposal penelitian kebijakan dan artikel Jurnal, menganalisis data, menyusun Policy Brief, melakukan advokasi kebijakan serta mengelola proyek penelitian kebijakan.

Pembelajaran organisasi ini bersifat kolaboratif lintas Departemen di berbagai FK untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan riset kebijakan. Pembelajaran akan langsung “hands-on” dengan topik masalah kesehatan prioritas dan data sekunder yang dapat dianalisis. Kegiatan akan berlangsung pada bulan Agustus 2024. Informasi jadwal dan pendaftaran silahkan akses pada link berikut

selengkapnya

bannCall PB 24

Forum nasional XIV JKKI 2024 memberikan kesempatan kepada akademisi, analis kebijakan, peneliti, pengambil keputusan dan pemangku kepentingan di bidang kesehatan untuk berpartisipasi menyediakan Evidence-based policy dan dibahas dalam kegiatan seminar. Partisipasi dapat dilakukan dengan mengirimkan policy brief sesuai dengan topik Forum nasional XIV.  Partisipasi dapat dilakukan dengan mengirimkan dokumen policy brief terkait dengan sistem kesehatan untuk pelayanan KJSU : (1) Transformasi layanan primer, (2) Transformasi layanan rujukan, (3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan, (4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan, (5) Transformasi SDM Kesehatan, dan (6) Transformasi teknologi kesehatan. Batas akhir pengumpulan policy brief pada tanggal 1 Agustus 2024. Informasi selengkapnya mengenai Forum Nasional JKKI 2024 dan ketentuan policy brief dapat disimak pada link berikut

selengkapnya

 

anhss24

25-28 November 2024, Chulalongkorn University, Bangkok Thailand

Salah satu pilar utama dalam transformasi sistem kesehatan Indonesia adalah penguatan layanan primer. Transformasi ini merupakan langkah krusial dalam meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan program-program kesehatan yang lebih komprehensif dan efektif, kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta perlu didukung. Kemitraan ini bertujuan untuk menciptakan integrasi layanan kesehatan yang lebih baik, di mana sektor swasta berperan aktif dalam mendukung dan melengkapi layanan yang disediakan oleh sektor publik. Melalui sinergi antara kedua sektor ini, diharapkan tercipta sistem kesehatan yang lebih efisien, terjangkau, dan mampu menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Asia-Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) berkolaborasi dengan Centre of Excellence for Health Economics, Faculty of Economics, Chulalongkorn University, akan menyelenggarakan Kursus Kebijakan terkait Transformasi Sistem Kesehatan: Mendorong Keterlibatan Sektor Swasta untuk Integrasi Sistem Pelayanan Kesehatan Berbasis Layanan Primer. Kegiatan akan berlangsung pada 25-28 November di Bangkok, Thailand. Acara ini akan menghadirkan narasumber dari berbagai negara, yang akan berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam bidang kesehatan. Informasi jadwal dan pendaftaran silahkan akses pada link berikut.

selengkapnya

 

Reportase Webinar
Implementation Research for Health System Equity Inclusion and Impact

Accelerate HSS menggelar webinar bertajuk "Implementation Research for Health System Equity Inclusion and Impact" pada 9 Juli 2024 dan menghadikran tiga pembicara dari Ghana, Georgia, dan Indonesia. Pembicara dari Indonesia adalah Astara Amantia Lubis yang merupakan Program Director Health Systems Strengthening Accelerator/Results for Development. Dalam presentasinya yang berjudul "Pilot Testing Inclusive Strategic Purchasing Approaches to Strengthen PHC Providers’ Performance," Astara membahas berbagai pendekatan strategis untuk meningkatkan kinerja penyedia layanan kesehatan primer (PHC) di Indonesia.

Astara Amantia Lubis membuka presentasinya dengan menyoroti tingginya angka kematian ibu di Indonesia, yang menduduki peringkat kedua tertinggi di Asia Tenggara dengan Maternal Mortality Ratio (MMR) sebesar 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan bahwa implementasi layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (MNH) masih menghadapi berbagai tantangan. Permasalahan utama meliputi tingginya pengeluaran kesehatan untuk MNH di rumah sakit akibat banyaknya rujukan darurat, rendahnya pemanfaatan layanan kebidanan JKN di fasilitas kesehatan primer, serta belum optimalnya standar kualitas layanan. Akibatnya, banyak masyarakat lebih memilih membayar sendiri biaya perawatan daripada memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.

selengkapnya

 

Barriers to Expanding the National Health Insurance Membership in Indonesia: Who Should the Target?

Pemerintah Indonesia menginisiasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk mengurangi hambatan dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis target-target spesifik perluasan kepesertaan JKN di Indonesia. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk di Indonesia, melibatkan sampel tertimbang sebanyak 47.644 orang. Variabel yang dianalisis meliputi kepesertaan JKN, tempat tinggal, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan kekayaan.

Penelitian menyimpulkan bahwa 7 karakteristik penduduk menjadi sasaran khusus perluasan kepesertaan JKN di Indonesia. Ketujuh karakteristik tersebut adalah penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, berusia muda, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan rendah, tidak memiliki pekerjaan, belum pernah menikah atau menikah, dan miskin. Pemerintah perlu memfokuskan kebijakannya pada sasaran khusus ini untuk mempercepat perluasan kepesertaan JKN di Indonesia. Artikel ini dipublikasikan pada Journal of Primary Care and Community Health pada January-December 2022

selengkapnya

 

Relieving or Aggravating The Burden: Non-communicable Disease of Dual Users of Electronic and Conventional Cigarette in Indonesia

Prevalensi merokok konvensional (tembakau) dan rokok elektrik menjadi perhatian yang terus berkembang di Indonesia. Kondisi ini semakin memburuk karena rokok elektrik melengkapi rokok konvensional, yang mengakibatkan pengguna ganda, yang berpotensi menimbulkan beban tambahan dalam hal kesehatan. Data dianalisis dari Survei Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018. Sampel dibatasi pada responden berusia 15–64 tahun yang hanya menggunakan rokok elektrik (pengguna tunggal rokok elektrik), hanya menggunakan rokok konvensional (pengguna tunggal rokok konvensional), atau menggunakan rokok elektrik dan rokok konvensional (pengguna ganda) dalam satu bulan terakhir. Ukuran sampel data adalah 174.917 individu.

Hasilnya, pengguna ganda memiliki hubungan positif dengan laporan memiliki PTM, seperti gagal hati, diabetes, hipertensi, dan penyakit gusi dibandingkan dengan pengguna tunggal. Pengguna rokok elektrik tunggal memiliki hubungan positif dengan pelaporan PTM seperti asma dan diabetes, dan masalah gigi seperti gigi patah, dan mereka memiliki multimorbiditas penyakit dibandingkan dengan pengguna rokok konvensional tunggal. Berdasarkan studi ini, diketahui ada konsekuensi kesehatan yang negatif bagi pengguna tunggal atau pengguna ganda rokok konvensional dan rokok elektrik. Oleh sebab itu, alternatif yang paling efektif adalah berhenti merokok, bukan mengganti produk. Pengendalian konsumsi rokok elektrik dan rokok konvensional secara bersamaan sangat penting. Selain itu, penting untuk mempromosikan kebijakan untuk meningkatkan harga rokok elektrik dan rokok konvensional guna mengurangi prevalensi merokok dan mencegah pengguna ganda.

selengkapnya

 

Event: Global Hepatitis Webinar - It’s time to Action!

Pada Hari Hepatitis Sedunia 2024, WHO menyelenggarakan webinar global dengan tema kampanye Saatnya bertindak, dan subtema Respons hepatitis global: Menutup kesenjangan menuju tujuan eliminasi 2030. Tema umum ini menyoroti fakta bahwa kemajuan, serta tindakan, telah terhenti dan bahwa komunitas kesehatan global perlu kembali ke jalur yang benar menuju eliminasi hepatitis virus pada tahun 2030.

Webinar global ini akan memberikan sorotan dan kemajuan negara terkait akses dari komunitas, dan mitra, serta pendekatan baru untuk meningkatkan penemuan kasus hepatitis B dan C dan untuk mengubah respons hepatitis B menjadi pendekatan kesehatan masyarakat. Webinar ini akan menampilkan para pemimpin internasional dan nasional tingkat tinggi dengan partisipasi Menteri Kesehatan, manajer program nasional dan pembuat kebijakan, organisasi PBB, lembaga pelaksana dan rekan kantor regional dan negara serta masyarakat sipil dan orang-orang dengan pengalaman hidup dan mitra lainnya. Agenda ini akan diselenggarakan pada Senin, 29 Juli 2024, pukul 13.00 - 15.00 CEST.

selengkapnya