sesi 1
Opening Ceremony
PKMK - Malang. Pembukaan South-East Asia Biennal Conference on Population and Health dimulai dengan sambutan oleh Professor Saseendan Pallikadavath dari PB Center, University of Portsmouth United Kingdom. Professor Saseendan menyampaikan gambaran mengenai populasi di Asia Tenggara, dimana Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 263 juta dan Brunnei Darussalam dengan jumlah populasi yang paling sedikit yaitu kurang dari satu juta penduduk. Beberapa permasalahan terkait kependudukan di Asia Tenggara adalah: bonus demografi di beberapa negara termasuk Indonesia, meningkatnya populasi orang tua atau ageing population beserta permasalahannya. Saat ini persentasi populasi penduduk berusia lebih dari 65 tahun tertinggi di Asia Tenggara ada di Singapura yaitu 12% sedangkan di Indonesia terdapat 5.3% dari populasi yang ada. Saseendan juga membahas sekilas mengenai kondisi penyakit yang mempengaruhu kualitas hidup suatu negara seperti Non-Communicable Diseases. Oleh karena itu, konferensi ini dipandang sangat penting untuk membahas tentang isu - isu terkait kesehatan populasi di Asia Tenggara.
Prof. Dr. Ir Nuhfil Hanani AR., MS., Rektor Universitas Brawijaya menyampaikan selamat datang dan mengungkapkan kebanggaannya terhadap Universitas Brawijaya Malang sebagai tuan rumah dari konferensi berbasis Internasional ini. Nuhfil berharap kerja sama antar institusi, baik itu institusi pemerintah maupun pendidikan. Sambutan berikutnya diberikan oleh Paul Smith OBE, Director British Council, Indonesia yang menyatakan bahwa tujuan dari konferensi ini untuk membawa dampak bagi pertumbuhan sosial dan ekonomi bangsa, dimana masing - masing negara bisa saling belajar satu sama lain. Selanjutnya secara resmi, konferensi ini dibuka oleh Kepala BKKBN Indonesia, Dr. Sigit Priohutomo, MPH. Dalam sambutannya, Sigit mengungkapkan konferensi ini diharapkan dapat menciptakan diskusi serta solusi pemecahan masalah kependudukan dan kesehatan di Asia Tenggara.
“Kegiatan ini berfungsi sebagai sarana diskusi, kolaborasi dan kerja sama para akademisi dan praktisi yang mengkaji isu - isu kependudukan dan kesehatan termasuk di dalamnya isu mengenai bonus demografi, keluarga berencana, perkawinan dan keluarga, lansia, migrasi, penyakit akibat gaya hidup serta pembiayaan kesehatan,” tutur Sigit. Selanjutnya secara simbolis diadakan pemukulan gong tanda konferensi resmi dimulai.
Konferensi berskala internasional ini dihadiri oleh 200 orang dari dalam dan luar negeri. Terdapat 9 sesi yang dibagi menjadi beberapa kelas dan dilaksanakan selama 2 hari ini. Sesi - sesi tersebut adalah: Family Planning, Fertility and Population Dividend, Population Ageing, Family, Marriage and Divorce, Population and Development, National and International Migration, Lifestyle, Diseases and Mortality, Maternal, Adolescent and Child Health dan Health System and Health Financing.
sesi 2
Sesi Oral Session Day 1: Family Planning, Population Ageing, Population and Development
Hari pertama konferensi South - East Asia Biennal Conference on Population and Health diselenggarakan untuk mendengarkan hasil presentasi penelitian yang berhasil lolos untuk presentasi oral. Terdapat enam sesi yang secara bersamaan berlangsung di dua ruang pertemuan di Singhasari Resort, Batu. Pada sesi Family Planning dipimpin oleh Professor Terry Hull dari Australia National University. Terdapat 5 presentasi menarik yang dipresentasikan di sesi ini. Empat presenter berasal dari BKKBN Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia, salah satu presenter adalah mahasiswa dari Northwestern University, the US. Tema yang disampaikan cukup beragam dimulai dari penelitian tentang bagaimana upaya Indonesia mengatur dan mengorganisasi program KB dalam kurun waktu satu setengah dekade terakhir. Penelitian ini menyoroti Total Fertility Rate (TFR) yang masih stagnan pada angka 2.4 selama 15 tahun. Serta merekomendasikan untuk pemerintah meninjau kembali regulasi saat ini dan lebih melihat dari konteks lokal. Kemudian pembagian divisi yang jelas dari pusat dan daerah juga diperlukan . Supaya pengawasan program KB di daerah - daerah dapat terpenuhi.
Ada pula penelitian yang membahas tentang aplikasi yang dibuat oleh BKKBN yaitu Monitoring Berkualitas (Monika). Aplikasi ini bertujuan untuk mengetahui dan memperbaharui kompetensi dokter dan bidan dalam melakukan pelayanan KB. Proyek ini diuji coba di 6 provinsi di Indonesia. Hanya saja masih terdapat banyak kendala antara lain masih banyak tenaga kesehatan yang belum terbiasa dengan teknologi berbasis website dan android ini. Penelitian selanjutnya mengenai bagaimana pengetahuan dan sikap dari pelayanan KB memberi pengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi di kalangan remaja yang belum menikah di Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah jumlah remaja Indonesia yang cukup banyak dan permasalahan yang kompleks di dalamnya termasuk jumlah kehamilan tidak diinginkan di kalangan remaja. Penelitian ini melihat survei dari IFLS 2014 dan melihat pengetahuan KB di kalangan remaja dengan sosio ekonomi rendah serta latar belakang pendidikan yang rendah sangatlah kurang. Penelitian ini merekomendasikan untuk pemerintah lebih lagi melihat kebutuhan remaja termasuk didalamnya pendidikan mengenai kesehatan reproduksi.
Sesi berikutnya mengenai Population and Ageing yang dipimpin oleh Dr. Rosserin Gray dari Institute for Population and Social Research, Mahidol University, Thailand. Terdapat empat presenter yang akan mempresentasikan hasil penelitiannya. Keempat presenter tersebut berasal dari tiga negara yang berbeda yaitu: Vietnam, Thailand dan Indonesia sehingga menarik sekali untuk melihat masalah geriatri yang ada di tiga negara ini. Presenter dari Vietnam mempresentasikan tentang perbedaan kualitas hidup (QoL) dari sudut pandang gender di antara orang - orang tua di pedalaman Vietnam. Peneliti memakai skala QoL dari WHO dan menemukan bahwa wanita berusia senja di pedalaman Vietnam memiliki kualitas hidup lebih baik dibanding pria. Presenter dari Thailand menilai tentang perawatan keluarga di kalangan geriatri pada kondisi rumah tangga yang terpinggirkan. Penelitian ini menemukan bahwa hidup berdampingan dengan tetangga yang mendukung akan mempengaruhi QoL. Sehingga menjadi tugas dan perhatian bersama untuk bagaimana menciptakan kondisi yang bersahabat bagi para geriatri tersebut. Mengangkat tema yang serupa, peneliti Indonesia dari Universitas Brawijaya menyoroti bahwa kestabilan ekonomi adalah faktor determinan yang cukup memberi pengaruh terhadap kesehatan mental kaum usia senja di Indonesia.
Sesi terakhir pada hari pertama tentang Population and Development yang dipandu oleh Dr. Wendy Hartono, MA, BKKBN Indonesia. Presentasi pertama disampaikan oleh Professor Prijono Tjiptoherijanto dari Universitas Indonesia yang menyampaikan hasil penelitiannya untuk Bapenas dengan judul Population Development and National Development. Hasil dari evaluasi RPJMN 2010-2014 menunjukkan bahwa perkembangan keseluruhan populasi masih jauh dari perkembangan ideal yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena koordinasi yang lemah dan kurangnya kapasitas institusi yang masih menjadi isu untuk didiskusikan. Oleh karena itu, kebijakan ke depannya mengenai pembangunan populasi haruslah memiliki tujuan untuk menguatkan kapasitas institusi di pusat maupun di regional dengan lebih menitikberatkan pada kualitas kebijakan populasi yang komprehensif dan juga sistem administrasi yang baik. Presenter berikutnya dari BKKBN Sumatera Barat yang menyoroti tentang urbanisasi dan implikasinya terhadap kebijakan populasi untuk mengurangi kemiskinan di kaum urban. Peneliti menilai mengerti konteks urbanisasi itu penting dalam merancang kebijakan. Urbanisasi tidak hanya berarti masyarakat cenderung berpindah dari desa ke kota tapi juga kondisi dimana sebuah desa berubah menjadi kota. Presentasi terakhir hari itu membahas efek transisi demografi pada pertumbuhan ekonomi di Papua. Peneliti menilai bahwa di samping Papua saat ini menjadi banyak incaran pihak-pihak luar baik itu dari sisi kekayaan sumber daya alam dan pariwisata, namun hal ini tidak banyak berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Papua. Permasalahan gender juga berperan besar di dalamnya. Dimana ditemukan bahwa wanita Papua berusia kurang dari 15 tahun malah menyumbang hasil positif ke GDP karena mayoritas dari mereka putus sekolah dan bekerja secara kasar, sedangkan wanita berumur 15 - 64 tahun memberi efek negatif pada pertumbuhan ekonomi disebabkan mayoritas wanita bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sesi presentasi di hari pertama berakhir pukul 15:30 Wib dan dilanjutkan dengan presentasi poster yang juga mengangkat tema yang sama. Ada sekitar 70 poster yang disajikan di konferensi ini.