Sambutan Menteri Kesehatan

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA FORUM NASIONAL
JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA
MAKASSAR, 28-30 SEPTEMBER 2011

 

Assalammualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh
Selamat pagi, Salam Sejahtera untuk kita semua

Yang saya hormati
Sdr. Rektor Universitas Hasanuddin,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Para Guru Besar
Seluruh Civitas Akademika Universitas Hasanuddin
Para undangan, serta hadirin sekalian,

 

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita semua, sehingga pada pagi ini kita dapat menghadiri acara ,
FORUM NASIONAL II : JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA.


Melihat topik yang diusulkan kepada saya untuk dijadikan Keynote Speech :
“Apakah Prinsip Kebijakan Berbasis Bukti Mungkin Dilakukan di Indonesia?”,
secara tegas saya katakana bahwa semua kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan harus berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia (“Evidence-Based Public Health”), yang mengintegrasikan “Evidence Based Public Health” dengan persepsi masyarakat mengenai perbaikan kualitas hidup sebagai hasil suatu intervensi kesehatan.
Melihat kecenderungan di Indonesia dan negara berkembang lainnya, maka penyusunan kebijakan yang transparan dan berbasis bukti di Kementerian Kesehatan harus dilakukan karena :

  • Adanya keterbatasan sumber daya kesehatan : personil kesehatan yang kurang memadai, anggaran kesehatan yang kalah prioritas dalam berkompetisi dengan sector lain; seperti Pendidikan, Pertanian, dan Pekerjaan Umum.
  • Meningkatnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat dan tumbuhnya masyarakat madani dengan tingkat social-ekonomi menengah ke atas; menyuarakan pendapat kritis dan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
  • Membaiknya ekonomi makro dan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Indonesia (GDP per kapita tahun 2010 mencapai US $ 3000,-)
  • Terdapatnya disparitas dalam keadilan, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan di berbagai daerah di Indonesia.
  • Membesarnya segmen penduduk usia lanjut. Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan terdapat lebih dari 12 juta penduduk usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan tersendiri
  • Digunakannya teknologi kedokteran terkini dalam pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta

Selama ini dengan tersedianya berbagai data dan informasi yang berasal dari system pencatatan dan pelaporan, system surveillans penyakit, sensus penduduk dan berbagai survey berbasis masyarakat (Riset Kesehatan Dasar, Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Indonesia Family Life Survey, Survey Sosial Ekonomi Nasional, dll), riset berbasis fasilitas (Assestment Teknologi Kesehatan), berbagai studi local maupun nasional; telah meningkatkan mutu formulasi kebijakan kesehatan nasional.

Pembuatan Index Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berdasarkan hasil RisKesDas 2007 telah membantu penyusunan prioritas alokasi sumber daya kesehatan dari Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten/Kota bagi daerah bermasalah kesehatan.

Di masa depan evaluasi juga harus dilakukan menilai manfaat suatu program kesehatan bagi masyarakat luas (Benefit Monitoring Evaluation/BME), di samping Analisis Cost Effectiveness berbagai program/intervensi.

Kegiatan BME ini akan dapat mengevaluasi utilisasi pelayanan, menilai relevansi, efektifitas, kesinambungan, inovasi dan manfaat suatu program kesehatan, khususnya manfaat bagi masyarakat miskin dan kelompok rawan.

Hadirin sekalian,
Untuk dapat melaksanakan formulasi kebijakan kebijakan secara optimal, para pengambil keputusan pada berbagai tingkatan harus mendapatkan akses akan berbagai hasil penelitian yang tersedia dan saat ini masih tersebar di berbagai universitas/akademi dan institusi penelitian.

Juga penguatan dan monitoring system kesehatan harus terus dilakukan, untuk meningkatan kinerja system yang meliputi: cakupan pelayanan dan status kesehatan masyarakat, ketanggapan masyarakat akan pelayanan kesehatan dan keadilan dalam pembiayaan kesehatan.

Karena itu saya menyambut baik pengembangan Jaringan Kebijakan Kesehatan di Indonesia, yang mencakup kegiatan riset kebijakan dan analisis kebijakan; dengan tujuan memberi masukan bagi formulasi kebijakan kesehatan berbasis bukti di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin.

Wassalam mualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Makassar, 28 September 2011
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH.,dr.PH.

Kata Pengantar Dekan FKM Universitas Hasanuddin

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Selamat datang para peserta Forum Nasional II Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia di Kota Anging Mamiri Makassar. Forum ini merupakan kesinambungan dari pertemuan Forum Nasional I pada tahun 2010 di Jakarta. Forum ini merupakan ajang para peneliti untuk membahas hasil penelitiannya, bagaimana kaitannya dengan penetapan kebijakan-kebijakan kesehatan yang akan ditetapkan oleh pemerintah.

Kebijakan kesehatan di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar bidang kesehatan. Keberagaman pengaruh tadi hendaknya tidak membuat suatu kebijakan tidak berpihak pada kepentingan rakyat yang akan merasakannya. Oleh karena itu sangat diperlukan beragam pendekatan kemasyarakatan melalui berbagai studi kasus dan penelitian bidang kesehatan yang diharapkan dapat mendukung pengambilan kebijakan yang tepat .

Selama tiga hari berturut-turut para peneliti akan berbicara mengenai berbagai penelitian kebijakan kesehatan terkini. Dari pertemuan ini diharapkan para peserta dapat menimba ilmu tentang Kebijakan Kesehatan yang diprensentasikan oleh keynote speakers dan para peneliti dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyelenggaraan Forum Nasional II Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia ini mulai awal sampai akhir kegiatan. Selamat berdiskusi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Makassar, 7 September 2011
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. dr. H.M. Alimin Maidin, MPH
NIP. 19550414 198601 1 001

Hari III

Judul

Topik

Sumber

Pembahas

Hari 3: Jumat

14 Oktober

Peran dan pengelolaan asosiasi profesional kedokteran dalam menangani distribusi dokter, mengurangi praktik ganda, dan meningkatkan insentif profesional.

9.00 – 10.30

Policy Briefs - Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Pengaturan (governance) profesi kesehatan - pengalaman internasional

Capacity Building to Strengthen Health Workforce Governance in Indonesia: Qualitative methodology

 

 

 

 

 

 

Stephanie Short (USYD)

Jane Stephens (CEO AMA)

 

 

11.00 – 12.00

Pengantar Diskusi
Diskusi Umum: Peran asosiasi profesi dalam regulasi dan pengambilan kebijakan

12.00  - 13.30 Makan Siang dan Sholat Jumat

 

 

13.30 – 14.30

(termasuk rehat)

Kelompok diskusi. Setiap kelompok memiliki tujuan khusus sebagai berikut:    

  • Organisasi profesi kedokteran di Indonesia: Bagaimana menyeimbangkan misi kepentingan anggota dan kebutuhan masyarakat dan sistem kesehatan.     
  • Kementrian Kesehatan: Bagaimana bekerja sama dengan asosiasi profesional di berbagai aspek dalam sistem kesehatan    
  • Universitas Gadjah Mada: Pengembangan agenda penelitian dan bantuan teknis untuk mengatasi dukungan asosiasi profesional untuk memperkuat sistem kesehatan

 

 

 

14.30 – 16.00

Diskusi dan Laporan dari:  

 

16.00 – 16.30 Rehat

16.30 – 17.00 Penutupan

 

 

 agen1 kiri 

Hari II

Judul

Topik

Sumber

Pembahas

Hari 2: Kamis 13 Oktober

Mengatasi ketidakmerataan dalam distribusi dokter

9.00 – 10.30

Hasil penelitian:

Solusi masalah sistem kesehatan:
Apakah Ideologi berperan?

Cakupan Semesta dalam konteks isu  distribusi tenaga dokter dan faktor-faktor yang mempengaruhi di Indonesia

10.30 – 11.00 Rehat

 

 

UGM

 

 

 

 

11.00 – 12.30

Cara mengatasi masalah & mendukung / menarik dokter di lokasi pedesaan dan terpencil di Australia

Attracting and Supporting Doctors to Rural and Remote Medical Practice

Meeting with the Medical Professional Associations
of Indonesia

12.30 – 13.30 Makan Siang

 

Jenny Johnson

 

 CEO-Rural Doctors Association of Australia

Ian Fraser - Royal Australian College of Physicians

 

 

13.30 – 14.30

Peran Manajemen dan governans dari organisasi profesi di Australia

 

 

 

 

Royal Australasian College of Surgeons (RACS)

 

Rural Doctor Association of Australia

Royal Australian College of Physicians

Michael Grigg - Royal Australian College of Surgeons

Australian College of Surgeons

 

14.30 – 15.30         

Variasi dalam pendapatan dokter;  dan keterlibatan dengan pemerintah dalam kebijakan pendapatan medis

 

Addressing problems and supporting/attracting doctors in rural and remote locations

15.30 – 16.00 Rehat

 

Christijogo

PERDATIN/PP IDSAI

 

 

Sally Aman Nasution (PAPDI)

 

 

 

 

 

16.00 – 17.00

Diskusi dan komentar

 

 

  agen1 kiri                                    

Hari I

Judul

Topik

Sumber

Pembahas

Hari 1: Rabu

12 Oktober

Asosiasi profesional kedokteran dan pembuatan kebijakan

9.00 – 10.30

Pembukaan:

Mengapa perhimpunan profesi merupakan aktor kunci dalam sistem kesehatan?

Hasil penelitian:

Memahami 'profesionalisme' tenaga kesehatan , pendapatan profesi, model bekerja, dan implikasinya

10. 30 – 11.00 Rehat

 

 

Laksono Trisnantoro

 

 

 

Andreasta Meliasta, UGM

 

11.00 – 12.30

National Registration and accreditation Scheme

Model keterlibatan antara asosiasi profesional dan pembuat kebijakan di Australia

 

 

 

12.30 – 13.30 Makan Siang

 

AHPRA

 

Peter Dohrmann

(Medical Board of Australia)

Francis Sullivan

(AMA/Australian Medical Association)

Michael Ryan

(DoH, Unit MedicAid)

 

 

13.30 – 17.00

Identifying key policy issues for the MoH and for the Medical Profession

The role and Function of indonesian medical association in protecting its members and the community

Isu-isu kebijakan kunci bagi kementerian kesehatan dan bagi profesi medis

Standard of medical professional

 

Kementrian Kesehatan

 

 

IDI

 

 

KKI

 

 

KKI

 

works                                                                               agen2 kanan_thumb_medium_40

Strategi Mengkomunikasikan Kebijakan

Hasil penelitian mengenai kebijakan kesehatan seringkali mengandung istilah atau jargon yang sulit dimengerti oleh para politisi atau pengambil kebijakan kesehatan sendiri. Laporan penelitian juga seringkali terlalu panjang dan “untuk menyampaikan satu ide membutuhkan 10 halaman” demikian kata Pauline Dole, dari Internasional Development Research Centre (IDRC), Kanada. Hal ini membuat pengambil kebijakan dan politisi, yang memiliki jadwal padat, tidak sempat mencerna dengan baik laporan tersebut dan akhirnya hasil penelitian kebijakan tersebut terabaikan. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus untuk menyampaikan hasil penelitian tentang kebijakan kesehatan.

IDRC, sebuah lembaga non pemerintah di Kanada, di sela-sela Kongres International Health Economic Association, menyelenggarakan pelatihan mengenai Strategic Communication di Sheraton Center, Toronto. Dalam pelatihan tersebut nara sumber Pauline Dole, Senior Public Outreach Officer and Public Affairs, menyampaikan berbagai kritik terhadap akademisi dan peneliti yang seringkali terasing dari dunia nyata. Pauline menyatakan bahwa dalam mengkomunikasikan kebijakan kesehatan banyak media yang dapat dimanfaatkan misalnya policy brief, press release, kartun atau bahkan petisi.

Kelemahan utama para peneliti adalah bagaimana menyimpulkan hasil penelitian dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang bukan ahli. Selain itu  cara penyampaian juga harus hati-hati. Salah seorang peserta dari Malaysia mengakui hal tersebut. “Saya merasa frustasi ketika harus berhadapan dengan pengambil kebijakan karena hasil penelitian saya tidak dipakai”, demikian katanya. “Saya memang kritis terhadap kebijakan pemerintah jadi mungkin hasil penelitian saya tidak disukai” tambahnya.

Tips dari Pauline dalam mengkomunikasikan hasil penelitian sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan adalah sebagai berikut:

  1. Perhatikan betul “pesan” atau “message” dari hasil penelitian anda. Pesan yang disampaikan harus jelas dan ringkas. Oleh karena kalau ruang lingkup penelitian anda komprehensif dan luas maka harus dipisahkan dalam beberapa pesan.
  2. Kalau perlu ulangi pesan tersebut dalam berbagai kesempatan pertemuan, baik informal maupun formal. Pauline mengilustrasikan bahwa seorang strategic communicator yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesannya kepada 3 orang yang berbeda, dan ketika 3 orang tersebut bertemu mereka dapat mengulangi pesan itu kembali “hampir kata demi kata”.
  3. Jangan sampai pengambil kebijakan menerima pesan justru dari orang lain padahal sebenarnya anda sudah pernah menyampaikan pesan yang sama yang berasal dari penelitian anda. Untuk itu “present yourself well” kata Pauline.
  4. Pengambil kebijakan biasanya mempunyai beberapa staf yang mengerti hal-hal teknis. Anda harus menjalin hubungan baik dengan mereka karena mereka adalah orang-orang yang mempunyai kontak intensif dengan pengambil kebijakan atau politisi tersebut.

Download Presentasi dan Materi dari Pauline Dole