Meningkatnya biaya kesehatan dan penuaan populasi menjadi tantangan bagi keberlanjutan sistem kesehatan, terutama di kawasan Asia-Pasifik yang menghadapi fragmentasi layanan. Keterlibatan sektor swasta, termasuk Asuransi Kesehatan Swasta (PHI), mulai diakui sebagai strategi untuk mendukung pembiayaan dan akses layanan.
Regional Knowledge Event 2025, diselenggarakan oleh Asia-Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) bersama The Chinese University of Hong Kong, menghadirkan dua kegiatan utama yaitu Policy Course (sesi pembelajaran mendalam seputar kebijakan sistem kesehatan) dan Regional Knowledge Event – diskusi bersama para pakar industri.
Pre- Hybrid Seminar
Sebagai bagian dari persiapan menuju kegiatan utama di Hong Kong, akan diselenggarakan pula Hybrid Seminar di Indonesia yang membahas implementasi Private Health Insurance (PHI). Seminar ini menjadi ruang awal berbagi gagasan dan memperluas jejaring peneliti serta pemangku kepentingan yang berminat dalam pengembangan asuransi kesehatan swasta. Rangkaian kegiatan selengkapnya dapat di akses pada link berikut
PKMK-Busan. Sejalan dengan Upaya pencapaian Sustainable Development Goals ke 3, khususnya SDG 3: Good Health and Well-being, Konferensi WONCA Asia Pasifik 2025 resmi dibuka di Busan dan perwakilan dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM berkesempatan menghadiri konferensi internasional ini (24/4/2025). Acara dibuka dengan sambutan dari Walikota Busan, yang menyambut hangat para peserta internasional serta menyoroti komitmen Busan dalam mendukung transformasi kesehatan global. Busan sendiri telah dinobatkan sebagai kota paling layak huni ke-6 di Asia selama dua tahun berturut-turut, mencerminkan kualitas hidup dan layanan publik yang tinggi—termasuk dalam bidang kesehatan.
Evidence atau bukti ini dapat diartikan sebagai 'kebijakan berbasis bukti' (Evidence Based Policy) yang sering dianggap sebagai hasil evolusi dari gerakan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine / EBP). Pendekatan ini mengarahkan untuk setiap keputusan diambil untuk menyelesaikan suatu masalah kesehatan telah mempertimbangkan bukti atau evidence yang ada. Ada banyak bentuk Knowledge Translation Product yang menjadi prioritas materi pelatihan, dua diantaranya; Policy Brief dan Briefing Notes.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta untuk memahami tentang kebijakan kesehatan, analisis kebijakan kesehatan, menyusun policy brief dan memahami advokasi kebijakan. Pelatihan ini akan dimulai dari bulan Mei hingga Juli 2025. Narasumber berasal dari Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, FISIPOL UGM serta konsultan dan peneliti dari PKMK FK-KMK UGM. Informasi jadwal dan pendaftaran silahkan akses pada link berikut
Patient Blood Management (PBM) adalah paradigma baru dalam mengelola dan mempertahankan kesehatan darah individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dengan tujuan utama memastikan darah dapat berfungsi optimal. PBM berpotensi meningkatkan kesehatan darah miliaran orang di seluruh dunia, memperbaiki keselamatan dan hasil perawatan pasien, serta menghemat biaya kesehatan dalam jumlah besar. Pendekatan ini berpusat pada pasien dan sejalan dengan prinsip promosi kesehatan, perlindungan kesehatan, serta pencegahan penyakit, terbukti mampu menurunkan angka kesakitan, kematian, dan lama rawat inap.
Untuk penerapan PBM secara global, digunakan model "8-model" yang mengintegrasikan promosi, perlindungan, dan pencegahan kesehatan darah ("3Ps") serta bukti klinis, manfaat ekonomi, dan kewajiban etis ("3Es"). Dokumen ini juga menyediakan toolkit PBM yang dapat disesuaikan dengan berbagai populasi dan tingkat sumber daya untuk mendukung pengelolaan anemia, defisiensi besi, kehilangan darah, dan gangguan pembekuan darah di berbagai sistem layanan kesehatan. Dokumentasi ini diterbitkan oleh World Health Organization pada 23 April 2025.
Sebuah studi dilakukan untuk menganalisis kemungkinan determinan tuberkulosis paru (TB paru) pada anak balita dengan stunting dan stunting berat di Bandung. Data dikumpulkan dari 64 puskesmas di Bandung menggunakan multiple stratified random sampling. Riwayat medis, ukuran tubuh, tes kulit tuberkulin (TST), dan rontgen dada (CXR) dikumpulkan. Kemungkinan determinan TB paru dianalisis menggunakan regresi logistik ganda. Sebanyak 169 anak balita dengan stunting dan stunting berat diikutsertakan.
Hasilnya, sebanyak 59,76% anak didiagnosis TB paru. Tidak adanya bekas luka BCG dan berat badan menurut usia merupakan determinan signifikan TB paru. TB paru diamati pada lebih dari separuh anak balita yang mengalami stunting dan stunting berat. Bekas luka BCG merupakan faktor protektif, sedangkan berat badan menurut usia merupakan faktor risiko untuk stunting dan stunting berat. Studi ini dipublikasikan pada Sage Open Pediatrics Journal pada Desember 2024.
Rotavirus (RV) masih menjadi penyebab paling umum morbiditas dan mortalitas akibat gastroenteritis akut (AGE) pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Di Indonesia, RV bertanggung jawab atas 60% AGE parah dan 40% AGE tidak parah pada anak-anak ini. Sebuah studi menilai efektivitas biaya pengenalan vaksin rotavirus (RVV) ke dalam Program Imunisasi Nasional di Indonesia menggunakan analisis efektivitas biaya (CEA) pengenalan RVV di Indonesia, dengan asumsi jadwal vaksin tiga dosis berdasarkan pengenalan yang direncanakan yang diusulkan oleh Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi. Ukuran hasil utama adalah biaya tambahan (2019 USD) per tahun kehidupan yang disesuaikan dengan disabilitas (DALY) yang dihindari, dibandingkan dengan tidak ada vaksinasi.
Hasilnya, biaya program vaksinasi 10 tahun adalah 82,6 juta USD dan berpotensi mencegah 7,3 juta kasus rotavirus dan 0,42 juta DALY. Dari perspektif masyarakat, rasio efektivitas biaya tambahan (ICER) untuk program bertahap adalah 464 USD per DALY yang dihindari (12% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia per kapita). Dari perspektif sektor perawatan kesehatan, ICER serupa pada 479 USD (13% PDB per kapita). Pengenalan RVV ke dalam Program Imunisasi Nasional kemungkinan besar akan sangat hemat biaya di Indonesia.