Sesi 1
Welcoming Plenary
Sustainable Development Goals yang Terintegrasi dan Tidak Dapat Dipisahkan: Memastikan Pendekatan Multi Sektor
Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:
Plenary pembukaan diisi oleh Kabir Sheikh dari Alliance for Health Policy and System Research yang menyatakan bahwa penelitian di bidang kesehatan perlu memperhatikan perspektif ilmu sosial untuk memastikan adanya pendekatan yang inklusif untuk kesehatan dan kesetaraan dalam kesehatan.
Ada berbagai faktor yang membuat berbagai kelompok masyarakat menjadi rawan, yaitu ketidaksetaraan pendapatan, perubahan iklim, pola epidemi dan wabah, kekerasan terhadap perempuan dan anak, perang dan konflik, dan banyak hal lain. Oleh karena itu, salah satu tema utama dalam simposium ini adalah memastikan sistem kesehatan yang tidak mengabaikan satu orang pun.
Sejalan dengan itu, Menteri Pembangunan Internasional Inggris, Rt.Hon. Alistair Burt, MP menyatakan bahwa pemerintah Inggris menempatkan prioritas yang tinggi terhadap penelitian. Hal ini diindikasikan oleh fakta bahwa 3% dari anggaran DFID digunakan untuk penelitian dan sebagian besar untuk sektor kesehatan. Pada simposium ini, terdapat 40 penelitian yang didanai DFID yang akan dipresentasikan. Komitmen pribadi Alistair untuk mendukung sistem kesehatan Inggris dibuktikan dengan kesaksian bahwa Alistair sekeluarga bahkan semua cucunya berada di dalam sistem NHS dan tidak memiliki asuransi pribadi. Alistair menyatakan tiga posisi strategis dari penelitian. Pertama, penelitian dibutuhkan untuk mendukung pemerintah membuat keputusan mengenai cara apa yang efektif dan berhasil. Kedua, peneliti diperlukan untuk inovasi dalam pelayanan, tetapi lebih penting lagi bagaimana memastikan bahwa inovasi tersebut dapat dinikmati oleh mereka yang paling membutuhkan. Ketiga, hasil penelitian dapat dimanfaatkan bukan hanya pemerintah dan pengambil kebijakan, melainkan juga oleh mereka yang berada di garda depan pelayanan.
Selanjutnya dilangsungkan diskusi panel yang mengangkat isu mengenai pendekatan multi sektor untuk mencapai SDGs yang dimoderatori oleh Anthony Costello. Panelis pertama, Maureen Samms-Vaughn, mengangkat isu pentingnya tata kelola untuk memastikan pendekatan multisektor bisa berjalan dengan baik. Maureen menyatakan bahwa pendidikan profesi kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat, sanitasi, nutrisi, dst) saat ini berada di silo masing-masing, padahal nantinya di dunia nyata harus bekerjasama untuk mengatasi permasalahan yang sama.
Panelis kedua, Evelyn Kandakai, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dan khususnya perempuan adalah kunci yang masih jarang digunakan. Padahal masyarakat memiliki kekuatan untuk menggerakkan pemerintah, dan pada gilirannya pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengubah arah dari pembangunan. Panelis ketiga, David Stuckler, menyatakan bahwa sudah terlalu banyak penelitian membuktikan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan berbagai indikator pencapaian SDG namun ternyata belum diadopsi. Ada penghalang besar yang membuat berbagai sektor sulit bekerjasama. Contoh yang diangkat adalah bagaimana berbagai kebijakan yang gagal karena lobby para produsen makanan. Hal ini disamakan dengan perjuangan yang lama untuk dapat ‘mengalahkan’ lobby perusahaan rokok/tembakau. Namun, panelis juga mengingatkan akan adanya kekhawatiran bahwa kemampuan fiskal suatu negara akan sangat mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang efektif. Misalnya, ketika negara berkomitmen untuk mencapai SDG tetapi dibatasi oleh budget yang terbatas dan cenderung rendah khususnya untuk sektor kesehatan dan pendidikan serta ketersediaan infrastruktur sanitasi dasar.
Refleksi untuk Indonesia:
Pendekatan multi sektor untuk isu kesehatan dan isu sistem kesehatan, adalah pendekatan yang tidak dapat diabaikan mengingat berbagai faktor eksternal mempengaruhi status kesehatan secara luas. Walaupun sektor kesehatan seringkali terlihat didominasi oleh inovasi dalam teknologi perawatan maupun investasi untuk pelayanan kuratif, sistem kesehatan harus terus memperhatikan pendekatan kesehatan masyarakat, karena pendekatan kesehatan masyarakat merupakan garda depan untuk membangun masyarakat yang tangguh menghadapi berbagai faktor eksternal tersebut.
Pendekatan multi sektor hanya dapat dimungkinkan apabila semua pihak merasa bahwa pencapaian SDGs merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, ada berbagai gap yang harus diatasi, misalnya gap tata kelola, perspektif gender, dalam kemampuan mengatasi ego sektoral. Selain itu, pemerintah perlu bekerjasama dengan sejumlah kementerian terkait untuk memastikan anggaran yang cukup untuk mendukung upaya pencapaian SDGs. Perlu pula bantuan dari pihak di luar pemerintah untuk mendesak agenda pencapaian SDGs di semua sektor. Peneliti memiliki posisi strategis untuk mendorong bukti - bukti yang telah dianalisis untuk menunjukkan apa pendekatan yang efektif. Lebih jauh lagi, rekomendasi peneliti juga harus mendorong dan mendesak adanya kerjasama multi sektor.
Reporter : Shita Dewi
Sesi 2
Metode Inovatif untuk Penguatan Sistem Kesehatan
Pembicara : Panel dari The George Institute for Global Health, UNSW
Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:
Sesi ini merupakan sesi yang termasuk dalam kelompok “membangun ketrampilan”. Pada sesi semacam ini, peserta diperkenalkan pada beberapa konsep baru dalam metodologi tertentu dan diajak berdiskusi dengan menggunakan beberapa contoh nyata dari penerapan metodologi tersebut dalam suatu intervensi atau program. Pertama, dipaparkan beberapa metodologi dalam penelitian dan bagaimana aplikasi atau contohnya dalam beberapa penelitian yang sejenis dan banyak dikutip dalam penelitian kesehatan atau penelitian kebijakan kesehatan.
Ada beberapa metodologi baru (atau, masih jarang dipakai) yang diperkenalkan di sesi ini. Pertama khusus terkait dengan pengembangan dari teori perubahan perilaku dan bersumber pada implementation science. Pendekatan ini melihat bahwa perubahan perilaku individu merupakan level yang paling rendah yang harus dirubah, namun untuk memastikan perubahan tersebut dapat menggerakkan sebuah system. Selanjutnya yang harus disasar adalah pendekatan perubahan perilaku secara kolektif. Kerangka teori yang digunakan menunjukkan variabel - variabel yang menjadi enablers dari suatu perubahan perilaku. Dalam kerangka inilah banyak upaya intervensi kesehatan dapat dianalisis secara kualitatif.
Pembaca yang berminat dapat mengunduh panduan untuk riset implementasi di sini:
http://www.who.int/alliance-hpsr/alliancehpsr_irpguide.pdf
Atau khusus mengenai riset implementasi dalam penanganan penyakit tidak menular, dapat diunduh di sini:
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/252626/9789241511803-eng.pdf
Metodologi berikutnya yang dibahas adalah pendekatan mengenai hukum kesehatan publik. Dibahas secara sederhana bagaimana beberapa metode dalam hukum kesehatan publik dapat digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana aplikasinya. Salah satu contoh yang diangkat adaah analisis empirical legal, yaitu pendekatan content analysis dalam kasus hukum (biasanya umum ditemui di negara-negara dengan prinsip common law). Kasus yang diangkat adalah kasus hukum untuk mengatur alkohol dan tembakau.
Metodologi terakhir yang dibahas adalah analisis equity, khususnya menggunakan metode benefit incidence analysis. Kasus yang dibahas adalah sebuah studi kasus pengukuran inequality di Indonesia. Penulis menggunakan HEAT (Health Equity Assessment Toolkit) menggunakan peranti lunak HEAT Plus yang tersedia secara open source.
Pembaca yang berminat mempelajari tentang monitoring inequality dapat mengunduh referensinya di tautan ini:
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/85345/9789241548632_eng.pdf
Pembaca yang berminat dapat melihat mengenai HEAT pada tautan ini:
http://www.who.int/gho/health_equity/assessment_toolkit/en/
Tautan di atas termasuk tautan untuk mengunduh piranti lunaknya baik untuk sistem berbasis Windows maupun Mac.
Refleksi untuk Indonesia:
Bagi peneliti dalam sistem kesehatan dan peneliti kebijakan kesehatan, ada banyak metodologi yang tersedia yang dapat digunakan. Para peneliti sebaiknya mencoba berbagai metodologi yang baru dan inovatif yang memang telah berkembang dan diadaptasi seiring berjalannya waktu untuk memastikan bahwa metode yang dipakai untuk memenuhi tujuan penelitian dan membantu dalam analisis situasi yang kompleks. Metode yang inovatif, bila sungguh-sungguh dikuasai dan diterapkan dengan benar, dapat mendorong analisis yang lebih tajam dan lebih mendalam dan terlihat berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.
Pekerjaan rumah berikutnya bagi kita adalah mendorong berubahnya penelitian menjadi kebijakan. Untuk dapat melakukan hal ini, penelitian kita seharusnya relevan, penting dan tepat waktu serta mempertimbangkan konteks yang tepat dan menunjukkan sesuatu yang baru atau berbeda dengan penelitian - penelitian lain.
Di sinilah salah satu peran penting menggunakan metode yang inovatif, khususnya apabila metode tersebut diterapkan secara robust, dilakukan oleh peneliti yang memiliki kredibilitas, dan menghasilkan rekomendasi yang actionable. Idealnya, agar hasil penelitian dipakai untuk pengambilan kebijakan, penelitian sebaiknya bersifat demand driven atau setidaknya co - produced bersama para pemangku kepentingan, namun ini jarang terjadi. Sehingga kuncinya adalah memastikan bahwa hasil penelitian kita actionable.
Reporter : Shita Dewi
Sesi 3
Undertaking a qualitative evidence synthesis: what, why and how
Pembicara :
- Dr Etiene V Langlois, Alliance for Health Policy and Systems Research, WHO.
- Natalie Leon, South African Medical Research Council, South Africa
- Simon Lewin, Norwegian Knowledge Centre for Health Service, Norway
- Christopher Colvin, School of Public Health and Family Medicine, South Africa
- Karen Daniels, South African Medical Research Council, South Africa
Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi
Qualitative Evidence synthesis: a critical component of health policy ad systems decision-making
Laporan Kegiatan:
Suatu layanan kesehatan dengan kualitas yang rendah mencerminkan tingginya angka mortality jika dibandingkan dengan jumlah yang tidak mendapatkan layanan kesehatan. Suatu sistem kesehatan dengan kualitas yang baik dinilai berharga dan terpercaya untuk semua orang sehingga dapat merespon perubahan kebutuhan suatu populasi. Universal Health Coverage dan Sustainable Developmnet Goals memiliki misi untuk meningkatkan ketersediaan pada bukti yang relevan dan sensitif terhadap penguatan kebijakan dan sisrem secara global. Pengambil keputusan menuntut sebuah review yang bertujuan untuk meng-cover isu tentang: efektivitas dari suatu kebijakan dan intervensi sistem kesehatan. Seting yang bagaimana dan seperti apa intervensi tersebut berkerja, persepsi dan pandangan stakeholders tentang tantangan sistem kesehatan dan pilihan kebijakan. Evidence synthesis for health policy and systems merupakan komponen yang fundamental dari pendekatan informatif berbasis bukti terhadap pengambilan keputusan.
Qualitative evidence synthesis (QES) adalah sebuah systematic review dari sebuah studi kualitatif primer dalam sebuah topik tertentu. QES bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi dan pengalaman dari partisipan, termasuk kesehatan dan penyakit, kesehatan dan layanan sosial, institusi, lingkungan yang terbentuk dan aspek lain ada di dalam masyarakat. Tujuan QES yang kedua untuk membangun dan mengembangkan teori serta model yang dapat membantu untuk menjelaskan lingkungan sosial. Metode QES ini masih dikembangkan dan teah mencapai 1.316 publikasi pada 2017. Penelitian kualitatif dapat membantu mengidentifikasi populasi dan intervensi yang paling relevan.
Reviewer penelitian kebijakan dan sistem kesehatan (HSPR) harus menyimpulkan dan mengkomunikasikan temuannya dengan cara yang mudah dimengerti oleh pembuat keputusan. Pemangku kebijakan sering menyoroti temuan dari systematic review harus jelas, sederhana dan singkat. Sebuah pendekatan yang dapat membantu untuk menjelaskan “confidence” dari sebuah QES adalah Grade-CERQual (Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation – Confidence in the Evidence from Reviews of Qualitative Research). GRADE- CERQual merupakan sebuah pendekatan yang transparan untuk membuat sebuah penilaian secara menyeluruh terhadap “confidence” dari setiap temuan yang dikelompokan dalam 4 kompenen dasar “confidence” yaitu metode, keterbatasan, kohenrensi, kecukupan data, dan relevansi. Grade-CERQual tidak dipakai untuk menilai seberapa bagus sebuah studi kualitatif dilakukan, seberapa bagus systematic review dari penelitian kualitatif dilakukan dan penelitian kuantitatif pada kualiatas layanan kesehatan
Refleksi untuk Indonesia:
Grade-CERQual merupakan suatu pendekatan yang secara kuat dapat diterapkan di dunia akademik. Grade-CERQual dapat menjadi panduan dalam proses pengembangan kebijakan di Indonesia. Grade-CERQual dalam QES memberikan cakupan yang cukup luas karena dapat melihat hingga konteks seperti temuan dan suatu artikel dapat mendukung pengambilan keputusan. Kondisi Indonesia yang memiliki keberagaman dalam konteks sesuai jika metode ini dilakukan yaitu penilaian terhadap suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan Grade-CERQual.
Reporter : Relmbuss Biljers Fanda