Referensi-referensi

Perencanaan Kesehatan di Indonesia

Laman ini diperuntukkan untuk menyebarkan pengetahuan
dan ketrampilan perencanaan kesehatan di pusat, propinsi dan kabupaten / kota

Referensi-referensi

Tentang Laman ini

Perencanaan Kesehatan di Indonesia

Laman ini diperuntukkan untuk menyebarkan pengetahuan
dan ketrampilan perencanaan kesehatan di pusat, propinsi dan kabupaten / kota

Tentang Laman ini

Laman ini dikembangkan dengan tujuan:

  1. Menjadi pusat pembelajaran (learning center) mengenai perencanaan kesehatan di Indonesia, di level pusat, propinsi dan kabupaten kota.
  2. Menjadi forum komunikasi berbagai pihak untuk mengembangkan dan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan mengenai perencanaan kesehatan

 

Siapa Pengguna laman ini?

  • Pimpinan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten se Indonesia
  • Pimpinan RS-RS di Indonesia
  • Para konsultan kebijakan dan manajemen kesehatan
  • Dosen
  • Peneliti kebijakan dan manajemen kesehatan
  • Mahasiswa

 

 

coba heading

heading 1 asdasda sdasdasd

ce atau bukti ini dapat diartikan sebagai ‘kebijakan berbasis bukti’ (Evidence Based Policy) yang sering dianggap sebagai hasil evolusi dari gerakan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine / EBP). Pendekatan ini mengarahkan untuk setiap keputusan diambil untuk menyelesaikan suatu masalah kesehatan telah mempertimbangkan bukti atau evidence yang ada. Ada banyak bentuk Knowledge Translation Product yang menjadi prioritas materi pelatihan, dua diantaranya; Policy Brief dan Briefing Notes

Heading 2 asdasdasd

ce atau bukti ini dapat diartikan sebagai ‘kebijakan berbasis bukti’ (Evidence Based Policy) yang sering dianggap sebagai hasil evolusi dari gerakan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine / EBP). Pendekatan ini mengarahkan untuk setiap keputusan diambil untuk menyelesaikan suatu masalah kesehatan telah mempertimbangkan bukti atau evidence yang ada. Ada banyak bentuk Knowledge Translation Product yang menjadi prioritas materi pelatihan, dua diantaranya; Policy Brief dan Briefing Notes

Heading 3 asdasdasdasd

ce atau bukti ini dapat diartikan sebagai ‘kebijakan berbasis bukti’ (Evidence Based Policy) yang sering dianggap sebagai hasil evolusi dari gerakan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine / EBP). Pendekatan ini mengarahkan untuk setiap keputusan diambil untuk menyelesaikan suatu masalah kesehatan telah mempertimbangkan bukti atau evidence yang ada. Ada banyak bentuk Knowledge Translation Product yang menjadi prioritas materi pelatihan, dua diantaranya; Policy Brief dan Briefing Notes

Regional Knowledge Event

The Strategic Role of Private Health Insurance (PHI)
for Health System Goals and to Advance Universal Health Coverage

Alva Hotel by Royal, 1 Yuen Hong Street, Shatin, Hong Kong
Selasa – Kamis, 6-8 Mei 2025

Webinar Asuransi Kesehatan Swasta

Asuransi Kesehatan Swasta (PHI) berperan penting dalam pembiayaan kesehatan dengan melindungi masyarakat dari beban biaya medis besar. Dalam konteks tekanan pendanaan BPJS dan keterbatasan anggaran pemerintah, PHI menjadi alternatif yang bersifat suplementer, komplementer, atau substitutif. Peran ini diperkuat dalam UU Kesehatan 2023 dan PP 28/2024, namun pemahaman publik masih terbatas.

Untuk mendorong diskusi dan pemahaman lebih lanjut, PKMK FK-KMK UGM mengadakan forum webinar nasional yang telah dilaksanakan pada Kamis, 27 Maret 2025 dengan tema “Asuransi Kesehatan Swasta Sebagai Katup Pengaman BPJS: Apakah mungkin terjadi?”

link

Proposal Riset Kebijakan dalam rangka pengembangan Asuransi Kesehatan Swasta (Private Health Insurance) di Indonesia

Pertemuan pembahasan proposal ini bertujuan mengajak berbagai pihak yang tertarik untuk aktif sebagai peneliti dalam Riset Kebijakan Pengembangan Askes Swasta di Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari persiapan menuju pertemuan internasional yang akan dilaksanakan di Hong Kong pada Mei 2025.

Draft proposal penelitian

Pertemuan 1. Penyajian awal proposal secara terbuka kepada semua pihak yang berminat untuk terlibat dalam riset ini

Hari/tanggal: Selasa, 15 April 2025
Waktu: Pukul 13.00 – 15.00 WIB

link zoom

Meeting ID: 890 0721 0423
Passcode: PHI

Pertemuan 2. Persiapan keberangkatan di Hongkong

Hari, tgl: Selasa, 29 April 2025
Peserta: Peneliti yang akan aktif terlibat dalam kegiatan pengembangan asuransi kesehatan swasta (undangan terbatas)

 

Tentang Acara

Sistem kesehatan di seluruh dunia menghadapi tekanan luar biasa akibat penuaan populasi dan meningkatnya biaya layanan kesehatan, yang mengancam stabilitas keuangan nasional dan daerah. Para pembuat kebijakan yang berupaya memperkuat sistem kesehatan mencari mekanisme pembiayaan alternatif untuk memastikan akses yang adil terhadap layanan kesehatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Dapatkah Asuransi Kesehatan Swasta (PHI) mengisi kesenjangan dan membantu sistem kesehatan dalam mencapai Cakupan Kesehatan Semesta (UHC)?

Topik penting ini akan dibahas dalam Regional Knowledge Event bertajuk “Peran Strategis Asuransi Kesehatan Swasta (PHI) untuk Tujuan Sistem Kesehatan dan Memajukan Cakupan Kesehatan Semesta,” yang akan diadakan pada Rabu, 7 Mei 2025, di Hong Kong. Acara ini diselenggarakan oleh Asia-Pacific Network for Health Systems Strengthening (ANHSS) bekerja sama dengan Centre for Health Systems and Policy Research di Jockey Club School of Public Health and Primary Care, The Chinese University of Hong Kong.

Latar Belakang

Pembiayaan kesehatan publik, seperti sistem berbasis pajak atau Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance – SHI), memainkan peran penting dalam sistem kesehatan global dengan memastikan cakupan luas dan perlindungan keuangan. Di sisi lain, Asuransi Kesehatan Swasta (PHI), yang dibeli secara individu untuk melengkapi, mendukung, atau menggantikan mekanisme pembiayaan publik, juga berkontribusi dalam mengurangi risiko keuangan dan meningkatkan akses layanan kesehatan.
Meskipun skema pembiayaan publik menyediakan cakupan dasar, meningkatnya permintaan akan solusi pembiayaan inovatif telah meningkatkan perhatian terhadap PHI sebagai alat potensial untuk mendukung sistem publik dan memperluas akses layanan kesehatan. Namun, peran PHI dalam mencapai tujuan sistem kesehatan dan UHC masih menjadi perdebatan penting.

Salah satu tujuan sistem kesehatan sebagaimana yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) PBB, Target 3.8, adalah Cakupan Kesehatan Semesta (UHC), yang didefinisikan sebagai “akses ke seluruh layanan kesehatan berkualitas, kapan dan di mana pun dibutuhkan, tanpa kesulitan finansial.” Meskipun UHC menjadi prioritas global, kemajuannya telah mengalami stagnasi bahkan sebelum pandemi COVID-19.

Di negara-negara OECD, belanja kesehatan diproyeksikan tumbuh sebesar 2,6% per tahun, lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan pemerintah yang hanya 1,3%, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan keuangan.

Sementara itu, tren global seperti penuaan populasi dan meningkatnya penyakit kronis serta tidak menular menambah tekanan pada sistem kesehatan agar dapat memberikan layanan yang tepat waktu dan merata. Sistem pembiayaan tunggal seperti SHI memang memberikan perlindungan dasar, namun banyak negara menghadapi defisit fiskal yang semakin meningkat, dengan suntikan anggaran tambahan yang diperlukan untuk menjaga keberlanjutan keuangan.

Akibatnya, para pembuat kebijakan di seluruh dunia mengeksplorasi pendekatan pembiayaan kesehatan yang inovatif dan pelengkap. PHI semakin mendapat perhatian karena potensinya untuk mengurangi beban sektor publik, meningkatkan akses layanan kesehatan, dan mengurangi biaya langsung (out-of-pocket costs) bagi individu. Dengan mempertimbangkan tantangan dan peluang ini, diskusi mendalam mengenai peran PHI dalam mencapai tujuan sistem kesehatan dan UHC menjadi sangat penting dan relevan.

Gambaran Acara

Acara ini akan memberikan pemahaman menyeluruh tentang peran strategis PHI dalam konteks tujuan sistem kesehatan di kawasan Asia-Pasifik, dengan menghadirkan wawasan dan pengalaman dari akademisi senior, pembuat kebijakan, regulator, ekonom, dan pelaku industri asuransi.
Para peserta akan berpartisipasi dalam diskusi mengenai:

  • Prinsip Cakupan Kesehatan Semesta – Memahami UHC, perspektif para pemangku kepentingan, serta upaya kolektif dalam mencapainya.
  • Tujuan Sistem Kesehatan, Kebutuhan Populasi, dan Perspektif Pasien – Menelusuri bagaimana desain sistem kesehatan yang berbeda mengatasi tantangan yang sama.
  • Peran Strategis Asuransi Kesehatan Swasta – Menganalisis bagaimana PHI dapat melengkapi dan mendukung skema nasional yang sudah ada.
  • Lingkungan Bisnis dan Regulasi – Membahas persyaratan yang diperlukan agar PHI dapat berfungsi sebagai alat pembiayaan yang berkelanjutan.
  • Studi Kasus dari Asia-Pasifik – Mempelajari pengalaman spesifik dari berbagai negara dan praktik terbaik dalam penerapan PHI.

Acara ini akan menjadi platform unik bagi para pemangku kepentingan utama untuk bertukar pengetahuan, berbagi strategi, dan mengeksplorasi pendekatan berbasis bukti dalam memanfaatkan PHI untuk mendukung UHC.

Tujuan Acara

  • Menganalisis peran PHI dalam mencapai tujuan sistem kesehatan dan UHC di kawasan Asia-Pasifik.
  • Mengkaji kebutuhan dan tantangan sistem kesehatan dari perspektif berbagai pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, regulator, ekonom, dan industri asuransi.
  • Mengeksplorasi berbagai model pembiayaan kesehatan, kelebihan, keterbatasan, dan potensi sinerginya dengan PHI.
  • Mendorong pertukaran pengetahuan tentang strategi untuk mengatasi tekanan finansial dalam layanan kesehatan sambil menjaga aksesibilitas dan kesetaraan.
  • Mendiskusikan kebijakan dan kerangka regulasi yang diperlukan untuk memastikan kontribusi PHI yang berkelanjutan dalam pembiayaan kesehatan.
  • Menyajikan studi kasus nyata yang menggambarkan pengalaman berbagai negara dan pelajaran dalam mengintegrasikan PHI ke dalam sistem kesehatan.

Pembicara dan Tamu Undangan

  • Dr. Eduardo P. BANZON (Director, Health Sector Group, Asian Development Bank, Philippines)
  • Professor Ying-Yao CHEN (Professor, Fudan University, China)
  • Mr. Clement CHEUNG (CEO, Insurance Authority, Hong Kong SAR, China)
  • Professor Philip Wai-Yan CHIU (Dean of Medicine, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong SAR, China)
  • Dr. Yat CHOW (Executive Medical Director, Bupa HK, Hong Kong SAR, China)
  • Shita DEWI (Health Policy and Public Health Division, CHPM, Universitas Gadjah Mada, Indonesia)
  • Dr. FUNG Hong, Executive Director and CEO of CUHK Medical Centre, HKSAR, China)
  • Professor Chantal HERBERHOLZ (Professor, Chulalongkorn University, Thailand)
  • Mr. Sam HUI (Deputy Secretary for Health 1, Health Bureau, Hong Kong SAR, China)
  • Professor Soonman KWON (TBC) (Professor, Seoul National University, South Korea)
  • Dr. Libby Ha-Yun LEE (Under Secretary for Health, Health Bureau, Hong Kong SAR, China)
  • Ms. Sarah LEONG (TBC) (Director, Finance Partnerships and Governance, Ministry of Health, Singapore)
  • Professor Chung-Mau LO (TBC) (Secretary for Health, Health Bureau, Hong Kong SAR, China)
  • Professor Siripen SUPAKANKUNTI (Professor, Chulalongkorn University, Thailand)
  • Professor Laksono TRISNANTORO (Professor, Universitas Gadjah Mada, Indonesia)
  • Professor Sharifa Ezat WAN PUTEH (Professor, Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia)
  • Professor Samuel Yeung-Shan WONG (Director, JC School of Public Health and Primary Care, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong SAR, China)
  • Professor Eng-Kiong YEOH (Director, Centre for Health Systems and Policy Research, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong SAR, China)

Sasaran Peserta

  • Pembuat kebijakan, regulator, ekonom kesehatan, perusahaan asuransi, penyedia layanan kesehatan, dan peneliti yang terlibat dalam penguatan sistem kesehatan dan pembiayaan.
  • Pejabat pemerintah yang menangani kebijakan kesehatan, pemangku kepentingan asuransi kesehatan swasta, serta organisasi internasional yang berfokus pada pencapaian UHC.
  • Profesional dari lembaga multilateral, administrator rumah sakit, dan kelompok advokasi pasien yang ingin memahami strategi pembiayaan kesehatan inovatif serta peran PHI dalam melengkapi sistem kesehatan publik.

Kursus Kebijakan


LINK PENDAFTARAN

 

 

Narahubung

Ratri / 0851-5517-2030

 

 

Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital

Tech-Empowered Health Workers: Skills for the Future

Kemajuan pesat teknologi kesehatan digital, termasuk kecerdasan buatan (AI), telemedicine, kesehatan seluler, dan analitik data, mengubah layanan kesehatan di seluruh dunia. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan akses ke perawatan, terutama dalam pengaturan sumber daya yang terbatas. Transformasi ini memerlukan evolusi yang sesuai dalam keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan dari seluruh tenaga kesehatan, dari spesialis di pusat kota hingga petugas kesehatan masyarakat (community health worker/ CHW/ kader) di daerah terpencil.

Kader memainkan peran penting dalam memberikan layanan kesehatan primer dan pencegahan, telah terbukti sangat diperlukan, terutama selama kondisi darurat kesehatan masyarakat seperti pandemi COVID-19. Memberdayakan kader dengan alat dan pengetahuan digital sangat penting untuk memperluas jangkauan sistem perawatan kesehatan dan mencapai cakupan kesehatan universal (UHC). Selain itu, memastikan bahwa semua petugas kesehatan diperlengkapi untuk memanfaatkan teknologi untuk perawatan yang berpusat pada pasien, pengembangan profesional, dan pengambilan keputusan berbasis data sangat penting untuk memaksimalkan dampak dari inovasi ini.

Munculnya model bahasa besar (large language model/ LLM) dan alat AI lainnya menghadirkan peluang unik untuk tidak hanya merevolusi pelatihan tenaga kesehatan tetapi juga untuk meningkatkan standar perawatan secara keseluruhan dengan mendemokratisasi akses ke pengetahuan khusus dan sistem dukungan keputusan (decision support system). Dengan memanfaatkan AI, kita berpotensi membekali petugas kesehatan di semua tingkatan dengan alat yang meningkatkan keterampilan mereka, meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan mereka, dan memungkinkan mereka memberikan perawatan yang lebih konsisten dan berkualitas tinggi, bahkan dalam pengaturan yang terbatas sumber daya.

Empowering Digital Competency in Health Workforce for Resilient Health Systems

Teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI) terus membentuk kembali layanan kesehatan, ada kebutuhan mendesak bagi tenaga kerja kesehatan untuk tidak hanya mengimbangi tetapi juga diberdayakan dengan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk memanfaatkan alat ini untuk pemberian layanan kesehatan yang lebih baik. Sistem kesehatan harus merangkul inovasi dan mempersiapkan tenaga kerja untuk masa depan dimana alat digital memainkan peran penting dalam menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dan pemberian layanan kesehatan sehari-hari.

Konferensi Aliansi Aksi Asia-Pasifik tentang Sumber Daya Manusia untuk Kesehatan (AAAH) ke-13, yang diadakan di Laos, mengeksplorasi tema, “Membangun Tenaga Kerja Kesehatan yang Tangguh dan Mempersiapkan Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat di Masa Depan.” Konferensi diakhiri dengan prinsip penting bahwa kompetensi yang dipasangkan dengan komitmen (C + C = R) adalah dasar dari tenaga kerja kesehatan yang tangguh. Para peserta menekankan perlunya perubahan sistemik untuk mempersiapkan tenaga kesehatan secara efektif menghadapi keadaan darurat kesehatan masyarakat di seluruh kawasan Asia-Pasifik.

Empat pendorong utama diidentifikasi sebagai penting untuk transformasi sistem kesehatan: berbasis data, berbasis digital, berbasis kompetensi, dan berbasis komunitas.  Faktor-faktor ini, yang disebut sebagai model 2D dan 2C, menyoroti perlunya sistem kesehatan untuk mengintegrasikan data, alat digital, kompetensi, dan keterlibatan masyarakat untuk mendorong perubahan yang efektif. Dengan teknologi digital seperti AI yang semakin terintegrasi ke dalam sistem perawatan kesehatan, ada dorongan kuat untuk solusi yang meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan, terutama dalam pengaturan perawatan kesehatan primer.

Peluang yang signifikan terletak pada meningkatnya kehadiran tenaga kesehatan yang masih berada di awal karir, karena mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital. Keakraban mereka dengan alat digital menghadirkan peluang dan tantangan ganda. Pelatihan dan persiapannya harus berkembang agar selaras dengan transformasi digital perawatan kesehatan, memastikan mereka dilengkapi untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan rutin dan darurat.

Namun, pemberian layanan kesehatan di perkotaan dan pedesaan menghadapi tantangan unik dalam hal beradaptasi dengan solusi kesehatan digital. Konteks ini memerlukan alat digital yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap komunitas. Faktor kunci dalam mencapai kesetaraan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani, adalah memberdayakan tenaga kesehatan dengan literasi digital yang memungkinkan mereka untuk memahami dan secara efektif menggunakan alat digital dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

Saat membangun sistem kesehatan yang tangguh, pelatihan berbasis kompetensi menjadi penting untuk memastikan petugas kesehatan siap merespons keadaan darurat secara efektif. Ini sangat penting untuk penyampaian perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan efisien. Pelatihan yang menekankan keterampilan teknis dan kompetensi digital akan memastikan bahwa tenaga kesehatan mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan memenuhi tuntutan sektor kesehatan yang terus berkembang.

Dengan berinvestasi dalam kompetensi digital petugas kesehatan, kita tidak hanya mengatasi kesenjangan pengetahuan tetapi juga memastikan pemberian layanan kesehatan berkualitas tinggi dan adil. Pendekatan ini sangat penting untuk membangun tenaga kesehatan yang tangguh, mencapai Cakupan Kesehatan Universal (UHC), dan secara efektif menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat dalam menghadapi transisi demografis.

Majelis Kesehatan Dunia (WHA) telah mengadopsi beberapa resolusi yang berfokus pada kesehatan digital dan pengembangan tenaga kerja, seperti Strategi Global Kesehatan Digital 2020 dan Strategi Pendidikan Tenaga Kesehatan Kesehatan 2021. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan WHO untuk mencapai cakupan kesehatan universal (UHC) dengan memperkuat HWF melalui pendidikan berbasis teknologi dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.

Melalui inisiatif ini, WHA bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kerja perawatan kesehatan di seluruh dunia siap menghadapi tuntutan perawatan kesehatan modern, dengan fokus utama pada literasi digital, penggunaan AI yang etis, dan kolaborasi antarprofesional. Komitmen WHA menyoroti peran penting teknologi kesehatan dalam membentuk masa depan pendidikan perawatan kesehatan dan pada akhirnya meningkatkan hasil perawatan pasien secara global. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

  1. Memperkuat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
    Pelatihan tenaga kesehatan penting untuk terus berkembangnya permintaan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani. Dengan memanfaatkan teknologi kesehatan, program pendidikan dapat menjangkau lebih banyak siswa dan memberikan pelatihan yang lebih terstandar di berbagai pengaturan. Investasi dalam literasi kesehatan digital bagi pendidik dan siswa didorong untuk memastikan kedua kelompok dapat secara efektif menggunakan alat dan data digital dalam pengambilan keputusan klinis.
  1. Mempromosikan Platform Kesehatan Digital dan E-Learning
    Platform pembelajaran digital dianjurkan untuk memungkinkan pendidikan jarak jauh dan memperluas akses ke pelatihan bagi tenaga kesehatan di daerah dengan sumber daya rendah dan terpencil. Platform digital juga mendukung pembelajaran seumur hidup dan pengembangan profesional yang berkelanjutan, memungkinkan tenaga kesehatan untuk tetap up-to-date dengan pengetahuan dan teknologi medis baru.
  1. Memajukan Pembelajaran Berbasis Simulasi dan Pengalaman
    Integrasi pelatihan berbasis simulasi, virtual reality (VR), dan augmented reality (AR) dalam pendidikan tenaga kesehatan meningkatkan keterampilan praktis dan meningkatkan kompetensi. Integrasi etika AI ke dalam kurikulum tenaga kesehatan, mempersiapkan para penyedia layanan di masa depan menavigasi tantangan etika yang ditimbulkan oleh inovasi kesehatan digital.
  1. Memastikan Penggunaan AI dan Big Data yang Etis dalam Pendidikan
    Menyadari kebangkitan AI dalam pendidikan, kerangka kerja etis dipromosikan untuk penggunaannya, memastikan privasi data dan transparansi dalam alat pendidikan berbasis AI. Penggunaan AI untuk pembelajaran adaptif dan pelatihan yang dipersonalisasi didorong sambil menekankan perlunya tata kelola yang etis.
  1. Membangun Model Pendidikan Interprofesional dan Kolaboratif
    Pendidikan interprofesional adalah kolaborasi lintas disiplin ilmu kesehatan yang berbeda yang menumbuhkan kerja tim dan keterampilan komunikasi. Dengan menggunakan platform digital kolaboratif, tenaga kesehatan dari berbagai bidang dapat berlatih bersama, mensimulasikan skenario dunia nyata dimana kerja tim interdisipliner sangat penting. Kemitraan global dapat menekankan pendekatan kolaboratif, yang sangat penting untuk mengelola kebutuhan pasien yang kompleks.
  1. Peningkatan Kapasitas untuk Retensi dan Ketahanan Tenaga Kesehatan
    Dengan kekurangan tenaga kerja yang sedang berlangsung di sektor kesehatan di banyak negara, maka menggunakan teknologi untuk pengembangan kapasitas dan retensi sangat penting. Melalui kesempatan belajar berkelanjutan, pelatihan telemedicine, dan pendampingan digital, petugas kesehatan lebih cenderung untuk tetap termotivasi dan merasa didukung dalam menjalankan peran mereka.
  1. Mengembangkan Pedoman dan Standar Pendidikan Kesehatan Digital
    Standar internasional untuk pendidikan kesehatan digital memastikan bahwa pembelajaran yang didukung teknologi memenuhi tolok ukur berkualitas tinggi. Ini melibatkan kerja sama dengan tenaga kesehatan, lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk mengembangkan pedoman penggunaan alat kesehatan digital dalam pendidikan.

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

 

Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global

Innovative technology for mitigating megatrend impact on global health in ASEAN region

Professor Dennis Caroll (Chulalongkorn University School fo Global Health) memaparkan sejumlah trend global yang akan mempengaruhi sistem kesehatan karena beban yang berbeda. Sebagai contoh, populasi yang menua (aging population) tanpa didukung oleh angka kelahiran yang cukup sehingga diprakirakan pada 2050 hanya akan ada 1,5 anggota keluarga per 1 orang lansia. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempertahankan tradisi mengurus lansia di rumah, dan di sisi lain meningkatnya kebutuhan untuk layanan geriatri. Mampukah sistem kesehatan di negara kita mempersiapkan tenaga kesehatan yang layanan yang memadai untuk lansia di fasilitas kesehatan?

Isu lain adalah urbanisasi, yang artinya semakin meningkatnya kebutuhan akan sistem pelayanan kesehatan urban yang kuat, dan juga kesiapan untuk menangani penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup urban, yaitu penyakit-penyakit gangguan metabolik. Isu berikutnya adalah dampak dari perubahan iklim yang bukan hanya mempengaruhi kesehatan (akibat suhu ekstrim, banjir, kualitas air, kualitas udara) namun juga kemampuan ketahanan pangan karena kemampuan lahan untuk menghasilkan macronutrient yang dibutuhkan akan semakin turun seiring dengan naiknya suhu.
Bagaimana AI dapat membantu?

Di kawasan ASEAN, megatren ini sangat berdampak pada sistem dan hasil kesehatan. Negara-negara di kawasan ini mengalami bencana terkait iklim yang parah, seperti banjir dan gelombang panas, yang membebani layanan kesehatan dan memperburuk kondisi kesehatan. Ketegangan geopolitik dan kesenjangan ekonomi berkontribusi pada ketidaksetaraan akses ke perawatan kesehatan, terutama di daerah yang kurang terlayani. Negara-negara di ASEAN menghadapi tantangan yang terkait dengan megatren ini, dengan dampak signifikan pada infrastruktur kesehatan dan kesejahteraan penduduknya.

Mengatasi megatren global ini sangat penting untuk mengurangi efek buruknya terhadap kesehatan. Dengan terlibat secara proaktif dengan tantangan ini, kita dapat meningkatkan sistem kesehatan, mempromosikan kesetaraan kesehatan, dan mengelola risiko yang terkait dengan megatren ini dengan lebih baik. Memastikan bahwa sistem kesehatan tangguh dan merata sangat penting untuk meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan dan mengatasi kesenjangan.

Teknologi inovatif memainkan peran penting dalam mengatasi dampak megatren global terhadap kesehatan. Telemedicine, misalnya, menawarkan akses jarak jauh ke layanan kesehatan, yang sangat bermanfaat bagi penduduk pedesaan dan kurang terlayani. Teknologi perawatan jarak jauh, seperti pemantauan jarak jauh dan aplikasi kesehatan seluler, memungkinkan pengelolaan kondisi kronis secara berkelanjutan dan mengurangi kebutuhan untuk kunjungan langsung. Kecerdasan Buatan (AI) juga mengubah perawatan kesehatan dengan menganalisis kumpulan data besar untuk memprediksi wabah penyakit, mempersonalisasi rencana perawatan, dan mengoptimalkan alokasi sumber daya. Pengobatan yang dipersonalisasi, melalui kemajuan dalam genomik dan analitik data, memungkinkan pendekatan pengobatan yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan kesehatan individu secara lebih efektif. Selain itu, teknologi dapat menjembatani kesenjangan dalam akses perawatan kesehatan, memberikan solusi bagi komunitas yang terpinggirkan dan kurang terlayani, seperti melalui unit kesehatan keliling dan layanan telehealth.

Namun, untuk dapat memanfaatkan teknologi untuk kesehatan di kawasan ASEAN menghadirkan beberapa tantangan. Beberapa diantaranya keterbatasan infrastruktur dan masalah konektivitas di daerah pedesaan dapat menghambat penerapan teknologi kesehatan yang efektif. Variabilitas literasi digital diantara populasi yang berbeda dan bahkan antar tenaga kesehatan sendiri juga berdampak pada adopsi dan penggunaan solusi teknologi. Selain itu, memastikan privasi data dan menavigasi masalah kerangka peraturan yang memadai bisa jadi rumit dan membutuhkan sumber daya yang intensif. Ada juga risiko bahwa kemajuan teknologi dapat memperburuk ketidaksetaraan kesehatan yang ada jika tidak diterapkan dengan penekanan pada inklusivitas.

Breaking the malnutrition cycle

Dunia menghadapi beban ganda malnutrisi, yang mencakup kekurangan gizi (stunting) dan kelebihan gizi (obesitas) di samping penyakit tidak menular (PTM) terkait. Meskipun terjadi kemajuan dalam mengurangi angka stunting sebesar 44% secara global antara 1990 dan 2022, tantangan tetap ada bagi lebih dari 71 juta anak di seluruh Asia Selatan dan Asia Timur Pasifik. Demikian pula, obesitas dan PTM meningkat tajam, didorong oleh transisi dalam sistem pangan dan perilaku diet, menambah beban perawatan kesehatan dan ekonomi.

Upaya bersama dalam mengatasi tantangan ini yaitu melalui strategi yang komprehensif dan terintegrasi menghadirkan peluang unik untuk meningkatkan hasil kesehatan dan ekonomi. Sesi ini menggabungkan pelajaran dari upaya pengurangan stunting dengan wawasan tentang mengatasi obesitas dan PTM melalui transformasi sistem pangan. Sesi ini memperkenalkan pembaruan terhadap Kerangka Investasi untuk Gizi (Bank Dunia, 2024) dan menyoroti apa dan bagaimana negara-negara menyampaikan rekomendasinya dalam skala besar. 

Terdapat pelajaran lokal dari Asia dan Pasifik tentang pentingnya integrasi sisi penawaran intervensi gizi berdampak tinggi dalam pemberian layanan dan pembiayaan perawatan kesehatan primer (PHC); memperkuat permintaan untuk intervensi dan layanan gizi; dan meningkatkan tata kelola multisektoral, akuntabilitas, dan manajemen keuangan publik, dengan kesehatan sebagai intinya. Ini akan mengeluarkan keharusan bagi para pemangku kepentingan untuk memperbarui komitmen kebijakan dan keuangan pada KTT Nutrisi untuk Pertumbuhan Paris (Maret 2025) dan pada saat yang sama mengeksplorasi sumber pembiayaan baru dan inovatif dengan memasukkan nutrisi dalam cakupan kesehatan universal dan program jaring pengaman adaptif, menggunakan kembali subsidi pertanian untuk diet sehat, dan lain-lain.

Buku ini membekali peserta dengan pengetahuan dan alat untuk terlibat secara efektif dalam dialog kebijakan, mendukung desain proyek, dan meningkatkan upaya implementasi untuk mengatasi obesitas dan PTM melalui pendekatan sistem pangan. Pengalaman-pengalaman ini dirangkum di dalam buku Kerangka Investasi untuk Gizi.

download PDF


Aging, long term care and the care economy for Elderly

Seiring pergeseran demografis menuju populasi yang menua semakin cepat di seluruh kawasan Asia Timur & Pasifik, Asia Selatan, dan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi pemberdayaan etis dan adil bagi individu lansia yang rentan melalui pengembangan kebijakan inovatif dan layanan perawatan jangka panjang. Meningkatnya lanjut usia di seluruh wilayah bukan hanya menyoroti permintaan mendesak akan perawatan komprehensif melainkan juga menekankan peran penting mereka dalam memperkaya struktur ekonomi dan sosial komunitas mereka. Dalam rangka memanfaatkan kontribusi mereka secara efektif, penting untuk menerapkan kebijakan inklusif yang memanfaatkan teknologi baru, meningkatkan akses perawatan kesehatan, dan memperkuat sistem pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

Meningkatnya permintaan akan perawatan lansia telah menarik perhatian pada berbagai tantangan, termasuk kekurangan tenaga kerja dan keterbatasan infrastruktur, di samping implikasi ekonomi dari populasi yang menua. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Thailand dan negara-negara lain di kawasan ini telah membuat langkah signifikan dengan mengembangkan sistem perawatan jangka panjang yang efektif yang didukung oleh skema pembiayaan, kebijakan inklusif, dan teknologi inovatif yang memfasilitasi perawatan universal atau berbasis komunitas. Upaya ini menunjukkan pelajaran berharga bagi orang lain di wilayah yang masih dalam tahap awal perencanaan.

Munculnya ekonomi perawatan (care economy) menghadirkan tantangan dan peluang; Sementara meningkatnya permintaan untuk perawatan lansia memerlukan sistem perawatan jangka panjang yang berkelanjutan yang didukung oleh para profesional terlatih, hal ini juga membuka jalan untuk penciptaan lapangan pekerjaan, terutama bagi wanita yang sering mendominasi peran pengasuhan. Dengan berfokus pada ekonomi perawatan, negara-negara dapat mengatasi berbagai tujuan: meningkatkan kualitas perawatan untuk lansia, meningkatkan profesionalisme peran pengasuhan, menciptakan peluang ekonomi, dan memastikan keberlanjutan layanan perawatan jangka panjang. Melalui dialog dan kolaborasi lintas regional, acara ini bertujuan untuk mengatasi keharusan ganda untuk meningkatkan perawatan bagi lansia dan menciptakan peluang ekonomi dengan memperluas ekonomi perawatan. Dengan menyatukan para ahli dan pembuat kebijakan, acara ini akan mendorong pertukaran praktik terbaik dan mempromosikan inovasi dalam sistem perawatan jangka panjang dan pengembangan tenaga kerja.

Download PDF

 

Unboxing Innovations for NCDs Prevention

Sesi ini mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan kesehatan di komunitas yang kurang terlayani. Dengan menyoroti contoh aplikasi yang sukses dan mendorong diskusi tentang mengatasi tantangan implementasi, diskusi ini bertujuan untuk mendorong lahirnya solusi inovatif dan mengadvokasi peningkatan investasi dalam inisiatif berbasis teknologi.

Terdapat dua fokus dalam sesi ini yaitu (1) Pentahapan untuk Implementasi Skala Besar, yaitu strategi untuk memperluas teknologi kesehatan untuk menjangkau populasi yang lebih luas secara efektif, dan (2) Evaluasi untuk Efektivitas dan Efektivitas Biaya (termasuk SROI/social return on investment) yaitu metode untuk menjustifikasi dan memobilisasi pembiayaan untuk teknologi promosi kesehatan dengan menilai dampak dan nilainya.

Contoh yang digunakan adalah pemanfaatan AI untuk deteksi untuk kanker payudara di negara bagian yg miskin di India (Punjab) yang dimulai sejak 2017 (prototype) hingga akhirnya di-roll out (2023) bukan hanya di negara bagian tersebut tetapi juga di seluruh India.

Untuk melakukan penskalaan suatu inovasi diperlukan beberapa kunci pentahapan:

  • Adequate performance testing (pilot testing harus dilakukan untuk intended population)
  • Real world field study
  • Prospective blinded study by independent parties (khususnya untuk menilai cost effectiveness and sustainability)
  • Regulatory clearances untuk memastikan perbaikan akses (affordability, acceptability and availability): pemerintah harus memastikan safety-nya dan memastikan ada referensi regulasi (termasuk dari negara-negara maju) untuk diadopsi menjadi regulasi nasional

Sementara untuk efisiensi dan efektivitas biaya, beberapa metode penapisan teknologi (Health Technology Assessment / HTA) dapat digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai: apakah untuk meminimalisasi biaya, atau untuk memastikan bahwa lebih banyak benefit diperoleh dengan biaya yang sama.
Untuk sektor kesehatan, pertimbangan mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan return adalah dengan menggunakan perspektif social return on investment (SROI) yang melihat manfaat tidak hanya manfaat ekonomi tetapi juga manfaat sosial (untuk manusia) dan lingkungan. Thailand melakukan SROI untuk sekitar 7 project promosi Kesehatan yang mereka lakukan.

Diskusi 1: Kasus Penggunaan Teknologi Inovatif pada Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penggunaan teknologi inovatif dalam intervensi klinis dan kesehatan masyarakat semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh pesatnya perkembangan sektor teknologi. Teknologi ini telah terbukti tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga hemat biaya di berbagai bidang penyakit, terutama dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemantauan PTM.

PTM menyumbang lebih dari 74% kematian global, hal tersebut menimbulkan tantangan besar untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 3.4. Sehingga dalam upaya  mengelola beban kesehatan yang terkait dengan PTM secara efektif dan mencapai cakupan kesehatan universal, muncul kebutuhan mendesak untuk seperangkat alat dan intervensi baru.

Manajemen PTM memerlukan pemantauan berkelanjutan dan teratur dan perawatan jangka panjang. Teknologi inovatif menawarkan paket solusi yang kuat untuk meningkatkan pengelolaan PTM. Misalnya, data pemantauan nyata/ dekat waktu dapat membantu profesional kesehatan dalam melacak kondisi pasien dan menginformasikan keputusan manajemen klinis. Selain itu, alat digital dapat membantu pasien mengatasi hambatan untuk mengakses perawatan kesehatan; telemedicine, misalnya, memungkinkan konsultasi jarak jauh.

Namun, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam adopsi teknologi medis di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan hasil pasien dan mengurangi biaya perawatan kesehatan, penting untuk mempercepat pemanfaatan teknologi terbaru dalam mengelola PTM. Mengatasi kesenjangan ini tidak hanya akan meningkatkan hasil pasien tetapi juga berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan di seluruh masyarakat.

Diskusi 2: Bagaimana kita akan membiayai kolaborasi Selatan-Selatan di bidang teknologi dan PTM?

Kesenjangan tetap akan ada diantara negara dan wilayah terkait pemanfaatan teknologi dalam penanganan PTM. Kesenjangan ini dapat dikaitkan dengan kesiapan dan kesiapan sistem kesehatan, kapasitas tenaga kesehatan nasional, komitmen politik, dan ketersediaan rencana kesehatan digital yang kuat. Akibatnya, terdapat kebutuhan mendesak untuk mobilisasi sumber daya diantara mitra regional untuk berinvestasi dalam teknologi yang mengatasi PTM secara efektif.

Menurut WHO dan  International Telecommunication Union (ITU), investasi sederhana tambahan sebesar US $ 0,24 per pasien per tahun dalam telemedicine, pesan seluler, dan chatbot dapat menyelamatkan lebih dari 2 juta nyawa dan mendapatkan sekitar 5 juta tahun kehidupan dalam dekade berikutnya. Hal ini menggarisbawahi kasus yang menarik untuk berinvestasi dalam teknologi di PTM, karena investasi kecil akan menghasilkan pengembalian yang substansial atas hasil kesehatan dan ekonomi.

Namun, mengamankan investasi yang diperlukan saja tidak cukup. Salah satu inisiatif strategis di bawah Strategi Global WHO tentang Kesehatan Digital 2020-2025 yaitu menekankan pentingnya kolaborasi global. Kolaborasi antara entitas pemerintah, sektor swasta seperti industri teknologi, organisasi masyarakat sipil dan sektor filantropi dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya untuk memfasilitasi penerapan teknologi dalam manajemen PTM. Ini juga akan mengarah pada penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan menghasilkan rencana strategis berbasis bukti.

Dalam rangka membuka jalan ke depan bagi Global South dalam memanfaatkan teknologi digital untuk manajemen PTM, penting untuk memulai diskusi yang berfokus pada pembiayaan kolaborasi multi-sektoral. Mengatasi kesenjangan ini melalui upaya terkoordinasi tidak hanya akan meningkatkan pemberian layanan kesehatan tetapi juga memastikan bahwa kemajuan teknologi bermanfaat bagi populasi yang membutuhkan di seluruh wilayah.

Towards UHC coverage: Innovative Technology for early screening and management of diabetes

Sesi ini terdiri dari dua panel yang membahas pengalaman di Hong Kong dan Korea Selatan. Para pembicara berasal dari Chinese University of Hong Kong (Prof Ronald Ma), Seoul National University (Prof Young Mi-Cha)  dan filantropi (the Hong Kong Jockey Club Charities Trust). 

Sesi 1 – Mengubah Perawatan Diabetes: Peran Pemantauan Glukosa Berkelanjutan dan Perangkat wearable

Sekitar 537 juta orang dewasa secara global hidup dengan diabetes, angka yang diproyeksikan akan melonjak 46% menjadi 783 juta pada tahun 2045. Tren yang mengkhawatirkan menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan strategi manajemen yang efektif. Integrasi AI dan teknologi kesehatan digital, seperti CGM (alat pemantau glukosa) dan perangkat IoT (internet of things) yang dapat dikenakan merevolusi perawatan diabetes melalui dua perubahan paradigma utama.

  1. Mengubah Praktik Pemantauan Glukosa: CGM mengubah cara kadar glukosa dipantau dengan memberikan data yang berkelanjutan dan real-time. Ini memperkenalkan metrik time in range (TIR), menawarkan penilaian kontrol glikemik yang lebih komprehensif dibandingkan dengan metode pemantauan intermiten. Hal ini juga memfasilitasi tindakan cepat untuk memperbaiki glukosa abnormal.
  2. Pemanfaatan Big Data dan Analitik AI: Data besar yang dihasilkan oleh perangkat CGM dianalisis dengan data besar dan algoritma AI, yang berpotensi mengungkap wawasan tentang bagaimana faktor-faktor seperti diet, aktivitas fisik, emosi, obat-obatan, pola tidur, dan periode istirahat memengaruhi kadar glukosa. Ini memungkinkan manajemen diabetes yang dipersonalisasi dan proaktif.

Aplikasi teknologi ini memberikan wawasan tentang cara menggunakan data yang dipersonalisasi untuk memberdayakan perubahan perilaku dan mempersonalisasi pengobatan yang bertujuan mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.

Sesi 2 – Mendorong Transformasi Sistem Kesehatan melalui Skrining Dini dan Manajemen Terpadu Berbasis Data untuk Diabetes

Meningkatnya prevalensi global penyakit tidak menular menghadirkan tantangan signifikan bagi sistem kesehatan yang berusaha mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Beberapa PTM meningkatkan risiko kematian akibat komplikasi kardiovaskular, ginjal, diabetes dan kanker sebesar 1,3 hingga 3 kali lipat. Peringkat ke-8 di antara semua kondisi yang berkontribusi pada DALYs, diabetes memerlukan deteksi dini dan manajemen yang efektif untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.

Menyadari perlunya model skrining dan intervensi yang komprehensif di tingkat perawatan primer, sebuah proyek percontohan dimulai di bawah dukungan The Hong Kong Jockey Club Charities Trust untuk mengembangkan model pencegahan dan perawatan presisi bertingkat risiko yang memanfaatkan penanda biogenetik dan algoritma data besar. Inisiatif ini melengkapi Program Joint Asia Diabetes Evaluation (JADE) berbasis web yang menggunakan teknologi terintegrasi untuk menyediakan skrining dan penilaian diabetes komprehensif yang terstruktur, mendukung pengumpulan dan analisis data yang berkelanjutan, mempromosikan pengambilan keputusan berbasis bukti untuk meningkatkan outcome pasien. Model pencegahan presisi (precision prevention) menggunakan risiko bertingkat  berbasis komunitas akan mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk intervensi multikomponen untuk mengurangi kejadian dan perkembangan menuju diabetes dan komplikasinya.

Inovasi teknologi menawarkan solusi yang potensial untuk meningkatkan perawatan diabetes. Teknologi berbasis data telah mengubah sistem perawatan kesehatan Hong Kong dengan memperkuat kesehatan primer dan mengoptimalkan alokasi sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Mengingat potensi penerapan yang luas dan pelajaran yang dipetik, solusi inovatif dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan kesehatan yang mendesak.

Namun tentu saja teknologi ini juga menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah mengedukasi pasien dan keluarganya, sehingga diperlukan eksposure yang lebih besar untuk manfaat dari CGM dan IoT dalam manajemen diabetes. Kedua, pendidikan tenaga kesehatan perlu dipersiapkan untuk dapat menggunakan dan mengoptimalisasi penggunaan peralatan ini. Ketiga, industri perlu dilibatkan untuk negosiasi biaya produksi. Keempat, pemerintah perlu dipastikan memberi dukungan regulasi dan kebijakan yang kondusif termasuk memastikan pembiayaan (termasuk bila alat ini menjadi bagian dari paket manfaat sistem asuransi sosial). Kelima, filantropi dapat dilibatkan pada inisiasi awal untuk melakukan investasi yang diperlukan terutama pada tahap awal.

Global Health 2050: Leveraging technological advances to halve premature deaths by 2050

Sesi ini diselenggarakan oleh JICA, Institute of Philanthropies dan Lancet Commission on Investing in Health.

The Lancet membentuk Komisi Investasi dalam Kesehatan (CIH) pada 2012 untuk menandai peringatan 20 tahun penerbitan Laporan Pembangunan Dunia 1993 Bank Dunia, “Berinvestasi dalam Kesehatan.” Komisi ini diketuai oleh Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan AS dan Presiden Emeritus Universitas Harvard, dan diketuai bersama oleh Dean Jamison di University of Washington.

The Lancet menerbitkan laporan pertama CIH pada 2013, berjudul “Kesehatan Global 2035: dunia yang menyatu dalam satu generasi”. Meningkatnya ketegangan geopolitik, tantangan terhadap globalisasi, konflik kekerasan, perubahan iklim, penuaan populasi, dan, yang paling signifikan, pandemi COVID-19 telah menentukan tahun-tahun setelah publikasi laporan kedua. Mengingat pada 2023 menandai peringatan sepuluh tahun CIH 1.0, dan lanskap pembangunan global telah banyak berubah selama dekade terakhir ini, The Lancet mengundang CIH untuk mengembangkan laporan CIH 3.0 untuk menilai keadaan kesehatan global di dunia pasca-COVID. Mereka meluncurkan laporan, “Kesehatan global 2050: jalan menuju pengurangan separuh kematian dini pada pertengahan abad” pada Oktober 2024 di KTT Kesehatan Dunia di Berlin.

Salah satu kesimpulan utama dari laporan ini yaitu mengurangi separuh probabilitas kematian dini (didefinisikan sebagai kematian sebelum usia 70 tahun) pada tahun 2050, atau “50 kali 50” dapat dilakukan, sebagian besar karena ketersediaan teknologi mutakhir yang akhir-akhir ini dikembangkan. Saat ini ada 1498 kandidat obat, vaksin, dan diagnostik dalam jalur pengembangan produk untuk penyakit yang terabaikan (neglected diseases), penyakit menular yang baru muncul (emerging infectious diseases), dan kesehatan ibu. Diperkirakan bahwa berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk memajukan kandidat ini akan menghasilkan 453 peluncuran produk antara 2023 dan 2044 di bawah skenario kasus dasar yang konservatif. Dengan koordinasi yang lebih baik, jumlah produk yang lebih besar dapat diluncurkan. Biaya tambahan di luar pengeluaran saat ini untuk penelitian dan pengembangan, akan menjadi $1,4–7 miliar per tahun, tergantung pada kompleksitas kandidat produk yang diluncurkan. Penghematan biaya yang substansial dapat dicapai—sekitar $9 miliar dari 2023 hingga 2044—jika efisiensi ekosistem diterapkan (e.g. kecerdasan buatan dan desain uji klinis cerdas).

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

 

Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif

Data driven decision making for health: leveraging claims data

Sejumlah besar data secara rutin dikumpulkan oleh sistem kesehatan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah saat ini. Hal yang paling relevan adalah adanya database yang berisi informasi yang ditangkap sebagai bagian dari episode pemanfaatan yang sering tersedia dari penyelesaian klaim, atau sebagai bagian dari sistem informasi manajemen kesehatan. Data ini merupakan sumber informasi real-time yang berpotensi kuat untuk digunakan sebagai perencanaan kesehatan populasi tetapi seringkali tidak dieksploitasi sebanyak mungkin untuk menginformasikan pembuatan kebijakan.

Ada beberapa karakteristik data ini yang membedakannya dari sumber informasi kesehatan yang lebih tradisional, misalnya, data ini umumnya tidak mewakili populasi karena hanya mampu menangkap informasi secara terbatas hanya dari sebagian dari mereka yang memiliki cakupan atau terbatas pada mereka yang menggunakan layanan. Selain itu, ini sering kali merupakan ‘data besar’: besar, kompleks, dan relatif jarang, membuatnya lebih mudah diterima dengan prediktif daripada analitik kausal.

Sesi ini dirancang sebagai workshop agar peserta belajar bagaimana menerapkan konsep inti analitik data ke database klaim perawatan kesehatan untuk analisis kebijakan sistem kesehatan. Sesi ini dirancang untuk memberikan pemahaman tentang manajemen, analisis, dan interpretasi data perawatan kesehatan yang beragam tetapi dengan fokus khusus pada analisis episode pemanfaatan yang secara rutin dikumpulkan untuk menyelesaikan klaim. Peserta dihadapkan pada berbagai topik, termasuk paparan mendalam terhadap konsep analitik dasar; berbagai metodologi berbeda yang digunakan untuk mengumpulkan data; berbagai teknik untuk menganalisis data tersebut dengan tepat; dan panduan tentang bagaimana menyajikan hasil analisis tersebut.

Beberapa latihan analitik yang digunakan adalah menilai lama tinggal untuk episode rawat inap, menghitung tingkat rawat inap yang berpotensi dicegah dari kondisi sensitif rawat jalan, memahami pola pemanfaatan untuk pasien berbiaya tinggi dengan kebutuhan tinggi, menganalisis tingkat persalinan operasi caesar, serta contoh penggunaan data klaim perawatan kesehatan untuk menilai dampak polusi udara dan gelombang panas.

Connecting technology and sustainable financing for human-centred healthcare

AI, analitik big data, dan teknologi lainnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya untuk sistem kesehatan, mengurangi biaya administrasi, meningkatkan intervensi yang targeted dan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang adil dan aman sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.

Bagaimana kita bisa membuat AI adil bagi umat manusia? Apa pertimbangan dan perlindungan etika dan tata kelola untuk memastikan bahwa bahkan orang-orang yang paling terpinggirkan dalam masyarakat dapat menuai manfaat sementara potensi bahaya diminimalkan? Diskusi para panelis mencakup identifikasi dan kerahasiaan pasien, sistem pembayaran otomatis untuk penyedia layanan kesehatan; analitik data untuk mengidentifikasi intervensi hemat biaya, alokasi kesehatan masyarakat dan rencana kesehatan individu, dan deteksi penipuan/ fraud bertenaga AI dalam klaim asuransi kesehatan.

Machine learning dan teknologi digital lainnya dapat membantu pemerintah menyelaraskan investasi kesehatan dengan prioritas nasional untuk mencapai SDGs, termasuk UHC. Hal ini termasuk investasi dalam promosi kesehatan, dan pencegahan dan pengobatan penyakit menular dan tidak menular. Namun, di sisi lain, para panelis menyoroti pentingnya menambahkan pertimbangan etis, peraturan, standar, dan mekanisme tata kelola dalam desain, pengembangan, dan penerapan sistem berbasis AI, termasuk pengawasan peraturan untuk transparansi, keamanan, konsistensi, dan kualitas.

Innovative Technologies to Leverage Health Financing for UHC

Pembiayaan kesehatan adalah salah satu blok bangunan sistem kesehatan dan teknologi kesehatan digital telah mengubah cara bagaimana pembiayaan kesehatan diorganisir. Fungsi pembiayaan kesehatan biasanya termasuk (1) penggalangan pendapatan (sumber dana, termasuk anggaran pemerintah, skema asuransi prabayar wajib atau sukarela, pembayaran langsung oleh pengguna, dan bantuan eksternal), (2) pengumpulan/pooling dana (akumulasi dana prabayar atas nama beberapa atau semua populasi), dan (3) pembelian layanan (pembayaran atau alokasi sumber daya kepada penyedia layanan kesehatan).

Teknologi digital dapat mengubah sifat proses bisnis dan interaksi antar aktor. Teknologi menawarkan potensi efisiensi untuk merampingkan proses dan mengurangi kemungkinan  penipuan/ fraud, meningkatkan pengumpulan pendapatan melalui aplikasi dompet seluler, misalnya, dan berpotensi meningkatkan kesetaraan dengan memperluas akses ke perawatan melalui telehealth, misalnya, jika ditanggung oleh skema asuransi publik. Pembelian strategis dapat memanfaatkan penilaian teknologi kesehatan (Health Technology Assesment/ HTA) dan ketersediaan data dapat memungkinkan keputusan berdasarkan bukti. Pada tingkat individu, teknologi digital untuk kesehatan memungkinkan rumah tangga untuk mengelola uang mereka dengan lebih baik menggunakan teknologi. Namun, ada juga risiko seperti potensi meningkatnya ketidaksetaraan, kebutuhan investasi awal yang besar, dan potensi fragmentasi. Keamanan data dan interoperabilitas sistem adalah perhatian utama dalam penerapan teknologi digital. Tantangan-tantangan ini membutuhkan solusi inovatif yang dapat membuka jalan bagi penggunaan teknologi kesehatan digital untuk pembiayaan kesehatan dan memastikan bahwa pembiayaan untuk kesehatan dapat berkelanjutan, memadai, adil, dan efisien.

Sesi ini membahas isu-isu utama pada penerapan teknologi kesehatan digital di seluruh fungsi pembiayaan kesehatan (pengumpulan, pengumpulan, dan pembelian), yaitu:

  • Penggunaan AI untuk audit atau deteksi penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan dalam pembiayaan kesehatan
  • Penilaian Teknologi Kesehatan (HTA) teknologi kesehatan inovatif
  • Solusi pembayaran cerdas untuk pembiayaan kesehatan bagi pembayar dan penyedia
  • Efisiensi terkait digitalisasi proses

Pembicara termasuk Big Data Institute (Thailand), Asian Development Bank (ADB) dan BPJS Kesehatan (Indonesia).

 

Link Terkait

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

 

Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

Strengthening Health Data Governance: Leadership and Action

Teknologi AI membawa serangkaian risiko dan tantangan yang unik, seperti pengumpulan data yang tidak etis, ancaman keamanan siber, dan memperkuat bias, yang harus ditangani. Tanpa sistem peraturan dan penegakan hukum yang efektif dan kuat, solusi kesehatan AI dapat memiliki akses ke informasi pribadi yang sensitif, membahayakan privasi, keamanan kesehatan, dan merusak kolaborasi. Hal ini mengakibatkan bias, ketidakpercayaan, ketidakakuratan, dan ketidakefektifan dalam sistem kesehatan. Kurangnya mekanisme tata kelola juga berkontribusi pada lambatnya adopsi solusi AI dalam sistem kesehatan. Pemerintah ragu-ragu untuk menyetujui teknologi tanpa bukti keamanan dan efektivitas; pengembang teknologi tidak memiliki jalur yang jelas menuju sertifikasi atau kesesuaian dengan peraturan; dan perusahaan sektor swasta dibiarkan mengembangkan kerangka etika tanpa mandat pemerintah untuk melindungi kebaikan publik.

Oleh karena itu, kerangka kerja, tata kelola dan mekanisme regulasi yang kuat serta responsif diperlukan untuk menetapkan keamanan dan efektivitas sistem AI dengan menerapkan standar AI yang bertanggung jawab ke dalam praktik aktual. Penggunaan kotak pasir regulasi  (regulatory sandbox) untuk inovasi yang aman, promosi model AI terbuka, dan penggunaan AI dalam teknologi kepatuhan (compliance) menghadirkan opsi menarik untuk dijelajahi saat membangun ekosistem regulasi untuk AI dalam kesehatan.

Ekosistem yang kuat akan membantu mengurangi risiko, memastikan pondasi AI tetap berakar kuat pada prinsip-prinsip etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta membangun kepercayaan untuk penerimaan jangka panjang dan keberhasilan kemajuan yang didukung AI di sektor kesehatan.

Data is Power! Confronting Data Colonialism, Ownership Issues and Hidden Biases

Di era AI saat ini, data memiliki signifikansi yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai sektor, terutama dalam perawatan kesehatan. Tanpa data yang memadai, pengembangan dan fungsionalitas AI akan sangat terhambat. Oleh karena itu, terbukti bahwa data berfungsi sebagai landasan dasar untuk kemajuan AI dalam perawatan kesehatan.

Data adalah sumber daya penting, dan sama pentingnya untuk kesehatan serta pembangunan seperti yang lain, termasuk energi, mineral, dan bahan baku. Di sektor kesehatan, data sangat penting untuk analisis dan kemajuan dari semua jenis. Data semakin penting karena semakin banyak teknologi dan layanan, dan inovasi yang dibangun di atasnya. Segala sesuatu mulai dari AI generative, uji coba farmasi hingga regulasi yang efektif berpusat pada data. Dengan demikian, kontrol data semakin diperebutkan, baik karena kepentingan komersial, barang publik, atau sebagai fondasi masyarakat demokratis. Kontestasi yang berkembang di semua bidang, termasuk dalam kesehatan populasi dan perawatan kesehatan menciptakan banyak tantangan.  termasuk kesetaraan dan kontroversi etika seperti (1) kolonialisme data, (2) kepemilikan data, dan (3) bias dari ketidaksetaraan dalam pengumpulan, pengelolaan, penggunaan, dan penerapan data.

Kolonialitas digital mengacu pada pelaksanaan kekuasaan yang tidak adil dan tidak setara atas data dan manfaatnya, dimana data dapat dilihat mirip dengan industri ekstraktif lainnya. Seperti halnya emas dan komoditas berharga lainnya, data ditambang di negara-negara berkembang dan dikirim ke negara-negara kaya, dimana data disempurnakan menjadi bentuk kredit dan digunakan untuk kemajuan karir, dieksploitasi secara ekonomi, dan dikendalikan dengan langkah-langkah hukum dan teknis. Secara umum, ini berarti bahwa penggunaan data menguntungkan konglomerat teknologi dan organisasi lain yang berlokasi di utara dunia, dengan sedikit jika ada manfaat yang diperoleh orang-orang yang tubuh, kehidupan, dan pengalamannya terdiri dari sumber daya asli.

Selain itu, dengan mitra pembangunan dan organisasi internasional menjadi pengguna yang paling sering dengan tingkat permintaan yang tinggi dan pemodal utama sistem informasi, muncul kekhawatiran bahwa hal ini dapat menghalangi kebutuhan dan pemanfaatan domestik oleh dan untuk negara-negara ini. Klaim kepemilikan lokal meningkat sebagai masalah, terutama dalam akses dan penerapan data untuk manfaat kesehatan. Di sisi lain, kapasitas lokal dalam pengumpulan, pengelolaan, dan analisis data tetap menjadi ujian untuk masalah kepemilikan lokal.   

Isu penting lainnya adalah pemahaman konteks lokal dalam kasus ahli ilmu data yang secara geografis atau sosio-demografis jauh dari subjek data. Bias yang tidak disengaja (dan terkadang disengaja) terhadap populasi yang rentan dan bias representasi dapat muncul dari situasi seperti itu. Selain itu, pengembangan infrastruktur data canggih seperti pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan dapat lebih fokus pada data yang dapat dibaca mesin sambil mengabaikan bentuk lokal dan data di atas kertas, yang masih digunakan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Untuk mengatasi masalah yang meluas ini, diperlukan strategi yang mempertimbangkan kebutuhan kesehatan domestik dan mengatasi masalah representasi dan kepemilikan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan kegunaan kapasitas lokal data dalam pengumpulan dan penggunaan data untuk memastikan penerapan data berkualitas yang adil dan etis untuk kesehatan. Kualitas dan keseimbangan kumpulan data, inklusi dimensi gender dan aspek sosial-budaya, serta kebijakan publik khusus perlu dipertimbangkan untuk mengatasi bias, terutama terhadap populasi yang rentan.

Meskipun demikian, kompleksitas dan kelimpahan data kesehatan per individu, ditambah dengan dimensi multifaset dari data tersebut, menghadirkan tantangan yang berat. Selain itu, memastikan keamanan kumpulan data yang sangat sensitif ini tetap menjadi perhatian penting.

Kemudian untuk memanfaatkan potensi data kesehatan untuk kepentingan publik dan hasil kesehatan yang lebih baik, sekaligus mengelola risiko, melindungi hak-hak individu, dan memastikan data masyarakat terlindungi dari penyalahgunaan, penting untuk memperkuat tata kelola data kesehatan melalui undang-undang dan peraturan yang lebih kuat, efektif, dan adil.

Sementara beberapa negara mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal ini, pendekatannya bervariasi. Salah satunya bersatu dengan negara lain dan pemangku kepentingan lainnya, hal ini memberikan kesempatan untuk membangun pengalaman dan praktik yang baik, dan membangun tingkat konsensus seputar elemen-elemen penting yang harus ditangani melalui undang-undang dan regulasi nasional.

Untuk mendukung hal ini, Transform Health dan mitra-mitranya, termasuk AeHIN, HELINA, RECAINSA, OECD dan CDC Afrika, telah mendukung pengembangan rancangan model law tentang tata kelola data kesehatan, mengartikulasikan elemen inti, panduan legislatif, dan teks hukum sebagai referensi.

Model law ini didukung oleh kesetaraan dan prinsip-prinsip berbasis hak (didukung oleh lebih dari 150 organisasi dan pemerintah), dan mengambil inspirasi dari tinjauan lanskap legislatif dan peraturan nasional di lebih dari 30 negara, Rekomendasi OECD tentang Tata Kelola Data Kesehatan (dipatuhi oleh 38 negara anggota OECD), serta berbagai instrumen, komitmen, dan praktik terbaik nasional, regional, dan internasional lainnya. Model ini telah dikembangkan melalui proses konsultatif dari bawah ke atas, melibatkan hampir 1000 pemangku kepentingan dari seluruh dunia. Hal ini termasuk tujuh konsultasi multi-pemangku kepentingan regional (diselenggarakan oleh AeHIN, HELINA dan RECAINSA) yang melibatkan 500+ pemangku kepentingan dari 65+ negara untuk menginformasikan draft awal dan periode konsultasi publik tentang draft tersebut, yang mencakup 16 konsultasi nasional, regional dan pemuda, survei yang disebarluaskan secara luas dan wawancara ahli untuk mengumpulkan umpan balik.

Model law ini berfungsi sebagai titik awal untuk membangun konsensus seputar bidang-bidang inti yang harus ditangani melalui kerangka kerja nasional, sambil menyediakan cetak biru dan sumber daya untuk kerangka kerja global dan perjanjian berbagi data yang sangat dibutuhkan.

Pesan terakhir dari PMAC adalah walaupun AI adalah bagian dari masa depan yang tidak terelakkan,
namun masa depan AI ditentukan oleh manusia, oleh karena itu AI harus diarahkan oleh prinsip-prinsip etika. 

(Reporter: Shita Dewi – PKMK FKKMK UGM)

 

Link Terkait:

  1. Isu seputar pemanfaatan teknologi digital untuk pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif
  2. Isu seputar pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di era teknologi digital
  3. Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan Kesehatan di isu-isu prioritas global
  4. Isu seputar tata kelola dan etika pemanfaatan teknologi digital

 

 

Pembiayaan Kesehatan untuk Tindakan Preventif dan Promotif Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional Kamis, 17 April 2014, Hotel Santika Jakarta

 

  PENGANTAR

Dewasa ini terjadi banyak sekali perubahan – perubahan dalam sistem pembiayaan kesehatan. Namun, apa saja yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan selama 20 tahun terakhir ini? Bagaimana perubahan dari sistem membayar sendiri ke Jaminan? Apakah sudah membaik? Bagaimana dengan daerah-daerah sulit? Ada berbagai hal menarik dalam menanggapi pertanyaan – pertanyaan tersebut :

  1. Anggaran kesehatan yang dikelola langsung oleh Kementerian Kesehtan secara persentase menurun;
  2. Dalam konteks JKN terjadi suatu pembayaran yang berbasis pada Claim yang tidak berdasarkan prinsip pemerataan;
  3. Pembiayaan kesehatan dari donor khususnya Global Fund mempunyai perubahan metode;
  4. Pemerintah daerah tidak banyak mengalokasikan anggaran untuk kesehatan;
  5. Pembiayaan untuk preventif dan promotif masih belum jelas.

Untuk menelusuri perkembangan pembiayaan kesehatan di Indonesia, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM bekerjasama dengan Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia menyelenggarakan Seminar mengenai Pembiayaan di Sektor Kesehatan dengan Penekatan pada Pembiayaan untuk Pelayanan Kesehatan Preventif dan Promotif.

 

  TUJUAN DAN BENTUK ACARA

  1. Membahas reformasi pembiayaan kesehatan dalam beberapa decade terakhir
  2. Membahas berbagai perkembangan terbaru dalam pembiayaan kesehatan
  3. Membahas arah pembiayaan tindakan preventif dan promotif

 

 JADWAL KEGIATAN

Kamis, 17 April 2014

Waktu

Acara

Pembicara

08.00 – 08.30

Registrasi Peserta

 

08.30 – 09.00

Pembukaan dan Pengantar

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

09.00 – 12.00

SESI I :
Reformasi dalam Pembiayaan Kesehatan

Pembicara :

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Phd

Pembahas:

Yani Haryanto

  dr. Donald Pardede

Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan

Wahyu Nugrahaini – Balitbangkes Kemenkes RI

dr. Andi Afdal – Kepala Group MPKP BPJS Kesehatan

12.00 – 12.30

Lanjutan Sesi I dan Diskusi

 

12.30 – 13.30

Lunch Break

 

13.30 – 15.00

SESI II :

  1. Pembiayaan Kesehatan dari Donor Agency
  2. Pembiayaan untuk Kesehatan Ibu dan Anak
  3. Pembiayaan untuk preventif dan promotif di BPJS dan Kementerian Kesehatan. Bagaimana Perencanaannya?

Pembicara :

  Jeffrey Muschell – Global Fund

Faozi Kurniawan – Tim PKMK FK UGM

dr. Donald Pardede – Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan

Pembahas :

Prof. Dr. H. Alimin Maidin, MPH *)

 Dedi Supratman – Sekjen IAKMI

 

15.00 – 16.00

Diskusi Penutup

Bagaimana FKM dan IAKMI dapat memperjuangkan anggaran kesehatan yang lebih memperhatikan promotif dan preventif?

  1. Strategi lintas Kementerian
  2. Strategi di BPJS
  3. Strategi di Kementerian Kesehatan
  4. Strategi di pemerintah daerah

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD

16.00 – 18.00

Rapat Dewan Pembina dan Pengurus Yayasan JKKI untuk persiapan Forum Nasional V di Bandung

 

18.00 – 19.30

ISHOMA

 

19.30 – 21.00

Diskusi Persiapan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan JKN oleh BPJS tahun 2014

Tim PKMK FK UGM beserta dengan perwakilan FKM – FKM

 

 

PESERTA

Peserta terdiri Peneliti Utama dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (1 orang). Dari setiap FKM terpilih akan mendapat biaya transportasi (ekonomi pp), akomodasi selama pertemuan, paket meeting dan sertifikat. Panitia tidak menyediakan lumpsum, diharapkan lumpsum berasal dari universitas masing-masing. Apabila mengirimkan peserta lebih dari 2 orang, diharapkan pembiayaan untuk peserta lain dari instansi masing-masing.

 

  PENDAFTARAN

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM
Sdri. Angelina Yusridar / Hendriana Anggi
Gdg. IKM Sayap Utara Lt. 2, Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp. : +62274 – 549425
Mobile: (Angelina Yusri : +628111 498 442), (Hendriana Anggi : +6281227938882)
Email : [email protected][email protected]
Web : www.kebijakankesehatanindonesia.net 

Postgraduate Forum di Bidang Sistem Kesehatan dan Kebijakan ke-9

Pada tanggal 14-15 September 2015 telah diselenggarakan Postgraduate Forum (PGF) ke-9 di Kuala Lumpur, Malaysia. Forum ini berfokus di bidang sistem kesehatan dan kebijakan serta menjadi ajang berkumpulnya para praktisi kesehatan masyarakat untuk membahas isu-isu terkini di kawasan Asia. Forum ini menjadi kesempatan baik bagi para mahasiswa yang tengah menjalani program S2 atau S3 di bidang kesehatan.

Dalam dua hari tersebut, para peserta memberikan berbagai presentasi oral maupun poster mengenai studi-studi dari negara masing-masing. Forum ini disampaikan dalam bentuk reportase oleh tim PKMK FK UGM bekerjasama dengan minat studi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (KMPK) IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Reportase selengkapnya silahkan klik link berikut:

Hari I   Hari II