Plenary 3 Evidenced Based Approached: Epidemiological Value in Advancing Public Health Policy
4 Oktober 2018
Dr Siyan Yi adalah seorang peneliti senior dari University of Singapore dan sebagai pembicara pertama dalam sesi plenary ini. Topik yang dibawakan terkait data quality in developing countries. Beberapa isu penting pada negara-negara berkembang antara lain terkait dengan ketersediaan dan aksesibilitas terhadap data. Dalam laporan internasional hanya 25 % populasi terdata dimana hanya 34 negara yang memiliki manajemen pendataan yang baik.
Dengan masalah ini, maka WHO berinisiatif untuk memperbaiki kualitas data dengan target hingga 2020. Beberapa perbaikan untuk meningkatkan kualitas data dengan menyusun berdasarkan kesesuaian/jenis data, mengorganisaikan, dan dengan penggunaan biaya murah. Sasaran data based ditargetkan pada registrasi sistem vital, seperti kelahiran, kematian, kesakitan, representasi dari populasi, keadilan kesehatan, dan lain - lain. Dr. Yi menutup dengan menegaskan bahwa data seharusnya menjadi isu utama yang perlu distandarkan dan dimonitor setiap saat.
DR. dr. Hariadi Wibisono sebagai ketua asosiasi epidemiologi se - Indonesia, memberikan materi terkait advancing surveillance system. Di awal paparan, Hari memetakan jenis masalah, tantangan, dan jalan keluar terhadap masalah - masalah yang terjadi berdasarkan ilmu surveilans. Seperti penanganan malaria, hal penting yang perlu dipertimbangkan seperti wilayah dan resistensi obat, kesadaran masyarakat, keterbatasan akses ke fasilitas, peningkatan factor risiko, dan sebagainya.
Dicontohkan lainnya seperti penanganan filariasis memiliki tantangan seperti transmisi penilaian dengan survey serta penetapan daerah endemik dan non endemik. Juga ditambahkan contoh pada intervensi penyakit ebola dan polio. Untuk itu Hari menyatakan bahwa sistem surveilans sangat penting ditingkatkan oleh negara berkembang.
Dr Ridwan Amiruddin, merupakan ketua Persakmi dan ketua ahli epidemiologi se- Sulawesi Selatan, memberikan materi tentang Cause and effect association: the key of effective public health policy.
Beberapa temuan penelitian yang bisa dijadikan dasar dalam penentuan intervensi. Seperti pada contoh kebijakan pengendalian tembakau. Sudah banyak bukti - bukti penelitian yang menunjukkan banyaknya masalah terkait dengan asap rokok, salah satu yang paling besar adalah kanker paru. Sehingga yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendukung rekomendasi berdasarkan bukti-bukti nyata yang tentunya dipengaruhi oleh biaya, isu, serta bantuan dari pihak luar.
Pembeicara terakhir, Prof Virasakdi Chongsuvivatwong, berbicara tentang health service big data. Seluruhrumah sakti telah melakukan pendokumentasian tanpa menggunakan kertas melainkan system computer, dimana data besar terkumpul dalam satu sistem. Namun di lain sisi, kendala terkait dengan data yang memiliki struktur berbeda - beda sehingga terkadang penggunaan masih sangat minim.
Isu lain yang dihadapi adalah privasi data, di Amerika sendiri memiliki 16 variabel yang tidak boleh disebar ke khalayak, namun di negara - negara berkembang di Asia Tenggara hal ini belum menjadi fokus dari pemerintah. Beberapa masukan untuk kendala data yang dihadapi adalah dengan mengembangkan data variabel yang penting saja, menggunakan analisis sederhana (rata-rata, median, SD, IQR), dan membuat kluster analisis.
Reporter:
Faisal Mansur & Muhammad Asrullah
Link Terkait