Arsip Audio Streaming Kelompok Riset Kebijakan
11 Januari 2013 |
|
26 Desember 2012 |
|
22 Oktober 2012 |
|
16 Oktober 2012 |
11 Januari 2013 |
|
26 Desember 2012 |
|
22 Oktober 2012 |
|
16 Oktober 2012 |
21 Desember 2012 |
|
8 Desember 2012 |
|
10 November 2012 |
|
25 Oktober 2012 |
|
1 Oktober 2012 |
|
31 Juli 2012 |
|
24 Juli 2012 |
|
30 Juni 2012 |
|
29 Juni 2012 |
|
20 Juni 2012 |
|
13 Juni 2012 |
Dalam Rangka Continuing Medical Education
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Menyelenggarakan acara
13 Februari 2013
Di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada telah sukes menyelenggarakan kegiatan Open Lecture & Workshop DHIS 2 - OpenMRS dalam rangka Continuing Medical Education. Silakan klik pada judul topik di tabel jadwal kegiatan untuk mengunduh materi yang dipresentasikan.
Silakan klik pada tombol berikut untuk mengunduh aplikasinya:
Rabu, 13 Februari 2013 |
||
Waktu |
Agenda |
Lokasi |
09.00 – 11.00 |
Open Lecture
|
Ruang Kuliah Lt.2 Gdg. Pascasarjana |
11.00 – 12.00 |
Preliminary Workshop DHIS2 |
Ruang 302 IKM |
12.00 – 13.30 |
Lunch |
|
13.30 – 17.00 |
Continuing Workshop on DHIS2 and OpenMRS
|
Ruang 302 IKM |
Hasil Reportase dari kegiatan tersebut dapat anda simak pada halaman berikut
Diskusi Bulanan tahun 2013
Pembahasan Artikel Kebijakan dan Manajemen
Kelompok Kerja Kebijakan dan Manajemen Fakultas Kedokteran UGM
(Pukul 12.00 - 13.30 WIB)
Perkembangan topik dan metode penelitian manajemen berjalan dengan sangat pesat. Perkembangan ini perlu diikuti dengan cara melakukan pembahasan terhadap artike-artikel kebijakan dan manajemen. Kegiatan ini sangat penting untuk pengembangan kapasitas para dosen, peneliti, dan konsultan yang tergabung pada kelompok kerja Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM serta peminat lain. Kegiatan dilakukan sebulan sekali pada hari Kamis, di pertengahan bulan berjalan. Kegiatan akan dipancarkan melalui audiostreaming sehingga para peserta yang berada di luar Yogyakarta dapat mengikutinya.
Diskusi Bulanan PKMK 14 Februari 2013 |
|||
Topik |
Konsep-konsep terkait |
Makalah yang ditelaah |
Fasilitator |
Knowledge-brokering
|
Tacit knowledge, Knowledge Translation |
Ward, V.L., dkk. (2009). Knowledge brokering: Exploring the process of transferring knowledge into action. BMC Health Services Research 9:12 (16 January 2009). |
|
|
Arsip Video Presentasi
Sedang berlangsung Workshop mengenai "Mitigasi Perubahan Cuaca dan Kebijakan Adaptasi di sektor kesehatan". ("Climate Change Mitigation and Adaptation Policies - in the health sector"). Workshop diselenggarakan pada tanggal 21-25 januari 2013.
Kegiatan dilangsungkan di Unit Epidemiology and global health research, Umeå University, Umeå, Sweden. Pembaca web site ini dapat mengikuti acara ini melalui laporan harian mulai hari Selasa minggu depan.
Date |
Time |
Activity |
Presentation by |
Monday |
10:00 – 12:00 |
CC-MAP in short Decision making structures for the health sector • The case of Indonesia Policies for climate change mitigation and adaptation in the health sector, including policies for eHealth • The case of Indonesia |
Dr Maria Nilsson
Prof Hari Kusnanto |
13:00 – 16:00 |
Impacts from climate change on human health in Sweden and Indonesia The environmental plan of Västerbotten County Council - An overview and presentation of chosen strategies |
Dr Joacim Rocklöv and Coordinator Susanne Bergström |
|
Tuesday |
10:00 – 12:00 |
The regional energy- and climate strategy of the County Administrative Board of västerbotten Climate change and eHealth: a strategy for health sector mitigation and adaptation followed by a discussion |
Coordinator Tina Holmlund
Dr Åsa Holmner and |
13:00 – 16:00 |
Cardiac echo consultation on distance Telemedicine in Northern Sweden |
Kurt Boman, Mona Olofsson |
|
Wednesday |
10.00 – 12.00 |
Discussion on experiences developing eHealth identifying key points for policy development |
|
13:00 – 15:00 |
Remote on-call doctors and consultations Check -up |
Johan Skönevik and |
|
Thursday |
09.00 – 16.00 |
Excursion, social activity |
|
Friday |
10.00 – 12.00 |
Demonstration Norrland University Hospital |
|
13:00 – 15:00 |
Concluding discussion |
Dalam Rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2013
Fakultas Kedokteran UGM
Komisariat Kagama FK UGM
Kelompok Kerja MDG
Bekerjasama
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
Menyelenggarakan Semiloka Mengenai :
Hari I : Ruang Senat, Lt2 KPTU FK UGM Yogyakarta
Hari II : Kunjungan Lapangan di Dinas Kesehatan Kab. Kulon Progo
Jumat-Sabtu, 8-9 Maret 2013
Situasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia memprihatinkan, kematian ibu dan kematian bayi tidak menurun, justru meningkat di berbagai propinsi dan kabupaten/kota. Mengapa kita tidak awas pada kematian yang meningkat? Apa yang kurang tepat selama ini? Apakah kesehatan ibu dan anak bukan merupakan isu penting? Dengan latar belakang seperti itu, terlihat bahwa selama ini sistem monitoring kinerja program KIA menggunakan angka "rates" bukan angka "absolut". Angka rates ini merupakan hasil dari berbagai survei, dan survei yang menggunakan metode berbeda akan membuahkan hasil yang berbeda pula.
Dengan hanya mengandalkan data survei yang berupa rates, program KIA menjadi tidak riil karena hanya berhadapan dengan gambaran angka, tidak sempat membayangkan bahwa yang mati itu adalah manusia nyata. Mengkonkritkan program KIA menjadi penting karena selama ini sistem kesehatan dan segala programnya jarang yang berani menggunakan penurunan kematian ibu dan kematian bayi sebagai tujuan terukur. Kita tidak tahu bagaimana menghubungkan penurunan kematian ibu dan kematian bayi dengan program. Akibatnya dalam pelaksanaan program KIA tidak ada pacuan (peningkatan adrenalin) untuk para pelaku kegiatan.
Di Propinsi DIY dan Propinsi NTT, dilakukan kegiatan dengan menggunakan data absolut untuk meningkatkan adrenalin para pelaku kegiatan. Di NTT program dilakukan sejak tahun 2010 dengan bertumpu pada program Sister Hospital, sementara di DIY dilakukan pada tahun 2012 dengan menggunakan model surveilans respon dan peningkatan perhatian pada kejadian nyata kematian ibu dan kematian bayi. Kedua propinsi ini juga menata sistem rujukan dengan mengembangkan manual rujukan KIA.
Tujuan Umum:
Merumuskan model penggunaan data absolut untuk meningkatkan kepedulian dan memacu "adrenalin" pelaku kegiatan KIA, dan mengenalkan manual rujukan KIA di level kabupaten/kota
Tujuan Khusus:
Hasil yang diharapkan:
Waktu |
Kegiatan |
Narasumber |
|
08.00-08.30 |
Registrasi |
Panitia |
|
08.30-09.00 |
Pembukaan |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D
dr. Ova Emilia, SpOG, M.Med, Ph.D |
|
|
Sesi I (09.00-11.40) |
Moderator: dr.Sitti Noor Zaenab, M.Kes |
|
09.00-09.40 |
Penggunaan angka “absolut” untuk penilaian kinerja Kematian Ibu dan Kematian Bayi. Penerapan Manual Rujukan KIA di kabupaten/kota |
Kepala Dinas Kesehatan Prov. NTT |
|
09.40-10.40 |
Pengalaman Dinkes Kab. Ende dan Dinkes Kab. Kulon Progo dalam penyusunan dan penerapan Manual Rujukan KIA, beserta dampaknya pada penurunan kematian ibu dan kematian bayi:
|
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ende NTT |
|
10.40-11.40 |
Diskusi |
|
|
11.40–13.00 |
Istirahat, Makan Siang, Sholat/Jumatan |
|
|
|
Sesi II (13.00-16.00) |
Moderator: dr. Ova Emilia, SpOG, M.Med, Ph.D |
|
13.00-14.00 |
Pengalaman RSUD Bajawa dan RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam menangani kasus rujukan KIA dari hulu sampai hilir:
|
|
|
14.00-15.00 |
Pembahasan
|
DirJen Gizi dan KIA KemenKes RI Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (pakar manajemen kesehatan) Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc (pakar epidemiologi) Prof. Dr. dr. Endang Basuki, MPH (pakar KIA) |
|
15.00-16.00 |
Diskusi |
|
|
16.00-16.15 |
Kesimpulan dan Rekomendasi |
||
16.15-16.30 |
Penutupan |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D |
|
16.30-17.00 |
Coffe Break sore |
Panitia |
|
Sabtu, 9 Maret 2013 |
|||
07.30-08.00 |
Registrasi |
Panitia |
|
08.00 |
Berangkat ke Kulon Progo |
|
|
09.30-09.45 |
Pengantar Kunjungan Lapangan |
||
09.45-10.00 |
Pemaparan Kepala Dinas Kesehatan Kab.Kulon Progo |
||
10.00-11.00 |
Diskusi |
dr. Kisworo Dwi Setyowireni, Sp.A (K) |
|
11.00-12.00 |
Penyusunan RTL untuk kab/kota masing-masing peserta |
dr.Kisworo Dwi Setyowireni, Sp.A (K) |
|
12.00-12.30 |
Kesimpulan & Penutup |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro., MSc, Ph.D |
|
12.30-13.30 |
ISHOMA |
|
|
13.30 |
Kembali ke PKMK FK UGM |
|
• Pimpinan Kementerian Kesehatan
• Pimpnan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota
• Pimpinan Bagian IKM, Obsgin, Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran
• Pemerhati dan konsultan manajemen program KIA
• Mahasiswa Pascasarjana
Diharapkan peserta dapat mendaftarkan secara kelompok . Biaya pendaftaran adalah:
1 orang Rp 250.000,-
2 orang Rp 400.000,-
3 orang Rp 500.000,-
4 orang Rp 600.000,-
> 4 orang : penambahan Rp. 150.000,- per orang
Biaya Kunjungan Lapangan : Rp. 100.000 per orang (max 30 orang)
Fasilitas : Konsumsi selama meeting dan sertifikat ber-SKP IDI
Pendaftaran dilakukan ke:
Hendriana Anggi
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM (sayap utara) Lt. 2
Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp : 0274 - 549425
HP : 081227938882
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Dalam Rangka Annual Scientific Meeting 2013
Fakultas Kedokteran UGM
Komisariat Kagama FK UGM
Kelompok Kerja Manajemen Pendidikan Tinggi Kedokteran
bekerjasama dengan
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
Menyelenggarakan Semiloka Mengenai :
Ruang Seminar Gedung Administrasi Pusat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Senin, 4 Maret 2013
Hubungan FK dan RS Pendidikan Utama dan Jaringan RS Pendidikan
Hubungan RS Pendidikan dengan fakultas kedokteran mempunyai berbagai variasi, yaitu :
Dengan didirikannya RS Pendidikan oleh fakultas kedokteran maka timbul pertanyaan tentang bagaimana implikasinya terhadap Bagian-bagian klinik di fakultas kedokteran. Saat ini yang terjadi adalah, Bagian Klinik Fakultas Kedokteran, misal Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM mempunyai hubungan secara historis dengan SMF Kesehatan Anak RS Dr. Sardjito. Ada kemungkinan Kepala Bagian IKA FK UGM menjadi Kepala SMF RS Sardjito (Lihat Gambar 1).
Gambar 1. Skema hubungan Bagian Klinik dengan SMF RS Pendidikan
Dalam hal ini secara historis Bagian Klinik FK bekerja bersama SMF RS Pendidikan. Situasi ini sudah terjadi bertahun-tahun. Namun ketika terjadi perkembangan baru, seperti adanya RS Akademik dan kenyataan yang semakin sulit dipungkiri bahwa RS Pendidikan dan FK merupakan dua lembaga yang terpisah, maka perlu pemikiran baru. Salah satu pemikiran baru adalah: Bagian Klinik di FK merupakan gabungan dari berbagai SMF RS pendidikan dan jaringannya (Lihat Gambar 2).
Gambar 2. Alternatif skema hubungan Bagian Klinik dengan SMF RS RS Pendidikan
Model kedua ini menujukkan bahwa anggota Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM dapat terdiri dari:
Hubungan ini sangat penting dalam pengembangan RS Pendidikan karena rumahsakit ini yang seharusnya menjadi "wakil" Indonesia dalam kompetisi pelayanan kesehatan internasional.
Pengembangan Residen
Dalam konteks hubungan RS Pendidikan dengan fakultas kedokteran, status Residen dalam kegiatan di RS Pendidikan belum jelas; apakah sebagai siswa atau pekerja professional. Secara de-jure, residen adalah bagian dari peserta didik di FK UGM. Sementara itu de-facto Residen adalah bagian dari SMF di RS Sardjito dan melayani masyarakat. Dalam hal ini belum ada kontrak perorangan antara RS Pendidikan dan residen, menyangkut pelayanan klinik, hukum, dan hak serta kewajibannya. Pengembangan hak dan kewajiban.
Tata kelola residen yang belum baik saat ini menyebabkan berbagai efek samping yang berat, antara lain; residen harus membayar dana pendidikan yang dapat besar jumlahnya, hubungan antara residen yunior dan residen senior belum tertata sehingga terjadinya praktek-praktek bullying (menindas yang lemah) masih ada di berbagai tempat; mutu pelayanan rumahsakit menjadi sulit dikembangkan.
Dalam konteks BPJS, residen dibutuhkan untuk mendukung pelayanan sebagaimana para residen di berbagai negara di dunia. Di Amerika Serikat, dana untuk pengembangan residen diambilkan dari jaminan kesehatan. Hal ini menjadi penting, namun sensitive karena akan menyangkut system remunerasi bagi residen. Sebagai tenaga medik yang memberikan jasa pelayanan kepada pasien, residen berhak mendapatkan insentif. Akan tetapi selama ini belum ada system insentif yang jelas untuk residen. Sebagian dana diberikan kepada SMF atau dokter pendidik klinis senior yang mengawasi.
Di masa mendatang diharapkan ada perubahan dimana residen akan mendapatkan pendapatan dari komponen jasa pelayanan yang berasal dari Jamkesmas/BPJS atau masyarakat umum. Pembayaran ini akan diatur alam system remunerasi. Dapat dibayangkan bahwa system baru untuk mebyar residen ini merupakan hal yang kontroversial.
Hasil yang diharapkan:
Siapa yang diharapkan hadir :
• Pimpinan fakultas kedokteran
• Pimpinan RS pendidikan
• Kepala-kepala SMF
• Kepala PPDS
• Anggota Bakordik
• Pemerhati manajemen pendidikan tinggi kedokteran-kesehatan
• Residen
Senin, 4 Maret 2013
Petunjuk menyaksikan video dengan slide materi :
Waktu |
Kegiatan |
Narasumber |
08.00 – 08.30 |
Registrasi |
|
08.30 – 09.00 |
Pembukaan |
Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Pengabdian Masyarakat dan Penelitian FK UGM Wakil Direkrut RSUP Dr. Sardjito: Dr. Herry Budi Waluyo, MMR |
09.00 – 10.00 |
Sesi I : Hubungan FK dan RS Pendidikan serta Pengelolaan Residen Pengalaman Observasi di Brown University |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D
|
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
|
10.30 – 11.15 |
Sesi II: Kompetensi Residen dalam Kaitannya dengan hak dan kewajiban Residen Moderator : Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A (K) |
|
11.15 – 12.30 |
Sesi III : Pembayaran untuk residen dalam berbagai program inovasi FK UGM di Aceh dan NTT Pembayaran untuk residen di RS Karyadi Semarang Moderator: Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A (K)
|
dr. Rukmono SpOG dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Drs. Maskur, M.Kes Direktur Keuangan RSUP Dr. Kariadi Semarang |
12.30 – 13.30 |
Lunch Break |
|
13.30 – 14.30 |
Diskusi kelompok: Remunerasi untuk residen, dana Jamkesmas/BPJS, dan hubungannya dengan SMF . Topik:
|
Fasilitator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D
|
14.30 – 15.00 |
Coffee Break |
|
15.00 – 16.00 |
Pleno Penutup : Berbagai scenario yang mungkin terjadi di masa mendatang dalam pengelolaan residen di Indonesia Pengembangan Lebih Lanjut |
Pembahasan oleh : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D |
Dalam Rangka Annual Scientific Meeting 2013
Fakultas Kedokteran UGM
Komisariat Kagama FK UGM
Kelompok Kerja Leadership dan Kebijakan SDM Kesehatan
bekerjasama dengan
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
menyelenggarakan Semiloka mengenai :
Ruang Senat FK UGM, Yogyakarta,
Rabu dan Kamis, 6 dan 7 Maret 2013
Dalam era BPJS, kebijakan untuk menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan di daerah terpencil merupakan satu keharusan. Tanpa ada akses, pencapaian Unversa Coveraga hanya berlaku di atas kertas.
Masalah Sumber Daya Manusia kesehatan merupakan factor penghambat besar dalam mengembangkan akses di daerah sulit. Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan dokter dan dokter spesialis di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah kurang diminati. Penyebaran dokter dan dokter spesialis tidak merata, karena sebagian besar bekerja di daerah dengan penduduk yang padat, terutama di Pulau Jawa.
Minat dokter dan dokter spesialis untuk bekerja di daerah terpencil sangat kurang. Jikapun dokter atau dokter spesialis berkenan untuk bekerja di daerah remote tersebut, maka jangka waktu kerjanya pun sangat singkat. Tingkat retensi dokter dan dokter spesialis bekerja di daerah terpencil sangat rendah.
WHO tahun 2010 telah menganjurkan berbagai model pendistribusian tenaga kesehatan ke daerah rural agar dapat diterapkan untuk mengatasi masalah distribusi tenaga kesehatan. Anjuran tersebut dikembangkan berdasarkan berbagai masukan dan evidence yang di dapatkan dari berbagai negara yang mengalami maldistribusi tenaga kesehatan. Berbagai model tersebut diantaranya: memilih mahasiswa/pelajar yang siap ditempatkan di daerah rural, mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan daerah rural, membangun program magang di daerah rural, sampai dengan pengiriman tenaga berbasis tim ke daerah rural.
Apakah anjuran tersebut dapat diterapkan di Indonesia? Pada dasarnya Indonesia telah memiliki berbagai model distribusi tenaga kesehatan. Model tersebut sejatinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga di daerah rural. Namun demikian, implementasi dari model tersebut mengalami kendala di lapangan oleh karena adanya beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa tidak harmonisnya kebijakan dan regulasi yang berlaku di lapangan. Hambatan berikutnya adalah adanya standar yang tinggi, yang diterapkan oleh Asosiasi Profesi, untuk pendidikan bagi kelompok profesional tertentu. Kemudian terdapat pula hambatan non teknis, seperti misalnya: mangkirnya tenaga kesehatan, tidak kembalinya tenaga kesehatan ke daerah rural, lambatnya insentif oleh karena sistem komunikasi yang terbatas, dan kurang menariknya kompensasi immaterial bagi tenaga kesehatan di daerah rural.
Faktanya, sampai hari ini tenaga kesehatan di Indonesia masih menumpuk di daerah urban. Mengapa hal ini dapat terjadi? Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia masih menggunakan pendekatan satu kebijakan untuk semua area. Padahal, pada kenyataannya, situasi di daerah DTPK, DBK, dan DKDm sangat berbeda dengan darah lainnya. Daerah DTPK, DBK, dan DKDm memerlukan dukungan kebijakan yang khusus, agar semua regulasi, standar operasional, sampai dengan penilaian kinerja dapat secara spesifik bernuansa daerah DTPK, DBK, dan DKDm. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa rule of the game untuk daerah DTPK, DBK, dan DKDm seharusnya tidak sama dengan daerah yang normal.
Kebijakan untuk pengembangan akses dapat dilakukan melalui pendekatan kebijakan pendidikan kedokteran dan kebijakan di pelayanan. Kedua kebijakan tersebut seharusnya bersifat sinergis. Tujuan kebijakan di atas diharapkan dapat meningkatkan retensi dan rasa krasan/betah/nyaman tenaga dokter di daerah sulit.
Salah satu program inovasi yang dilakukan adalah penerimaan mahasiwa kedokteran Nias pada tahun 2008, serta program Sister Hospital NTT yangh dimulai pada tahun 2010. Kedua program tersebut berusaha untuk menerapkan kebijakan afirmatif dalam penerimaan mahasiswa kedokteran dan spesialis. Pada tahun 2013, kedua program tersebut akan dibahas untuk dipelajari kemungkinan pengembangannya.
Salah satu hal penting dalam kebijakan retensi dokter spesialis adalah perlu dipertimbangkan untuk membentuk asosiasi dokter di daerah sulit. Di Australia, sudah lama ada perhimpunan dokter yang bekerja di daerah sulit. Asosiasi ini mengelola mekanisme kontinyuitas pelayanan, training yang spesifik untuk daerah sulit, sampai dengan mempersiapkan dukungan untuk anggota keluarga. Keberadaan asosiasi ini sangat membantu pemerintah untuk menjaga ketersediaan pelayanan di daerah sulit.
JADWAL KEGIATAN
Petunjuk menyaksikan video dengan slide materi :
Rabu, 6 Maret 2013 |
||
Waktu |
Kegiatan |
Narasumber |
08.00 – 08.30 |
Pendaftaran |
Panitia |
08.30 – 08.45 |
Pembukaan
Pengantar |
Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk |
08.45 – 10.00 |
Sesi I : Pengalaman Kebijakan Retensi Dokter di Berbagai Negara : Mitor dan Bukti dalam Upaya Peningkatan Penyebaran Serta Retensi di Daerah Sulit Pembahasan : Kebijakan Retensi saat ini di Indonesia Moderator: dr. Dwi Handono, M.Kes |
Pembicara : dr. Andreasta Meliala, M.Kes MAS dari FK UGM
Pembahas : |
10.00 – 10.15 |
Coffee Break |
|
10.15 – 11.45 |
Sesi II : Pengalaman di Indonesia : Pengalaman menjadi dokter di daerah terpencil Hasil penelitian mengenai profil tenaga dokter yang bekerja di daerah terpencil Moderator : dr. Dwi Handono, M.Kes |
Pembicara : dr. Siwi Murniati(Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya)
dr. Nicholas Edwin Handoyo, M.Med.Ed (FK Universitas Nusa Cendana, Kupang) Pembahas : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D Pengalaman FK UGM dalam memberikan afirmatif untuk lulusan SMA di daerah sulit – Pengalaman dengan kebijakan afirmatif untuk Nias |
11.45 – 12.45 |
Lunch Break |
|
12.45 – 13.30 |
Sesi III: Pengalaman untuk mendukung dokter dan dokter spesialis agar kerasan dalam pelayanan : 3a1. Pengembangan sistem pendukung manajemen dan pengembangan SDM dengan teknologi VSAT 3a2. Dukungan pengembangan ilmu : Visi pengembangan ilmu melalui jarak jauh - Program Pengembangan Ilmu FK UGM Moderator : dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS |
Pembicara : dr. Josef Rinta, M.Kes Kepala Dinas Propinsi Papua
Pembahas : Ka. Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Ketua IDI dan Ketua IDAI mengenai Dukungan CME (Continuing Medical Education) dan Pelatihan Jarak Jauh untuk mendukung dokter dan dokter spesialis di daerah terpencil |
13.30 – 14.45 |
3b. Dukungan untuk dokter di daerah sulit untuk peningkatan mutu pelayanan melalui eHealth, teleconference dan tele medicine (Pengalaman di Swedia)
Moderator : dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS |
Pembicara :
Asa Holmner Rocklov dari Umea University (Swedia)
Pembahas : Sekjen PAPDI |
14.45 – 15.00 |
Coffee Break |
|
15.00 – 16.30 |
3c. Dukungan pemerintah Daerah : Insentif financial dan non financial
Moderator : dr. Dwi Handono, M.Kes |
Pembicara: dr Stefanus - Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT
Kepala Dinas kesehatan Kalimantan Timur Pembahas : Ketua IDI |
Kamis, 7 Maret 2013 |
||
08.30 – 09.00 |
Review Hari I |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D Dr. Andreasta Meliata, Dipl.PH, MAS |
09.00 – 10.30 |
Kebutuhan Dokter di Daerah Sulit dan Pembentukan Perkumpulan Dokter di Daerah Sulit Apa saja kebutuhan untuk dokter umum yang bertugas di daerah sulit ? Apa saja kebutuhan untuk dokter spesialis yang bertugas di daerah sulit ? Berapa pendapatan dokter di daerah sulit, Apakah lebih sedikit atau lebih banyak di banding di daerah yang maju ? Moderator : dr. Dwi Handono, M.Kes |
Pembicara : dr. Feirlita Kuswandi dari Eka Hospital Jakarta
|
10.30 – 10.45 |
Coffee Break |
|
10.45 – 12.00 |
Role and function of the Rural Doctors Association of Australia Moderator : dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS |
Teleconference dengan Jenny Johnson, CEO Rural Doctors Association of Australia |
12.00 – 13.00 |
Lunch Break |
|
13.00 – 14.00 |
Diskusi kelompok:
|
Fasilitator Diskusi : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D Dr. Andreasta Meliata, Dipl.PH, MAS |
14.00 – 15.00 |
Diskusi Pleno |
|
15.00 – 15.30 |
Penutupan dan Review hari kedua
|
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D
Prof. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D – Wakil Dekan FK UGM Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama |
Peserta yang diharapkan hadir :
• Pimpinan Kementerian Kesehatan
• Pimpnan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten daerah sulit
• Dokter dan dokter spesialis di daerah sulit
• Residen dari daerah sulit
• Mahasiswa kedokteran
• Pimpinan fakultas kedokteran
• Konsultan system kesehatan
Diharapkan peserta dapat mendaftarkan secara kelompok. Biaya pendaftaran adalah:
1 orang Rp 250.000,-
2 orang Rp 400.000,-
3 orang Rp 500.000,-
4 orang Rp 600.000,-
Fasilitas : Konsumsi selama meeting dan sertifikat ber-SKP IDI
INFO dan PENDAFTARAN :
Hendriana Anggi
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM (sayap utara) Lt. 2
Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp : 0274 - 549425
HP : 081227938882
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.