Health System Research Symposium
Beijing, 31 Oktober-3 November 2012

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Oleh: Tiara Marthias

Akhirnya simposium global Health System Research akan berakhir hari ini. Beberapa point yang telah diangkat melalui simposium ini sangat beragam dan merupakan pekerjaan rumah yang akan dibawa oleh para peserta dan oleh pekerja di dunia kesehatan pada umumnya.

Point-point tersebut adalah:

  1. Masih terdapat jalan yang cukup panjang ke Universal Health Coverage (UHC), terutama untuk negara-negara berkembang
  2. Tanpa pendekatan yang equitable, outcome kesehatan tidak akan membaik, karena populasi yang paling rentanlah yang menjadi korban tidak berhasilnya suatu sistem kesehatan
  3. Universal Health Coverage tidak hanya sekedar permasalahan cakupan asuransi atau jaminan kesehatan, tapi juga kualitas pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat diakses oleh semua populasi –baik kaya maupun miskin—.
  4. Salah satu slogan yang perlu diingat adalah: " Health care is a human right...!! "
  5. Terdapat kemajuan yang berbeda-beda antar negara, dapat dilihat dari berbagai temuan equity dan health expenditure
  6. Pentingnya komitmen politik dalam pencapaian UHC, karena tanpa dukungan politik, maka penelitian-penelitian ini tidak akan dapat ditranslasikan menjadi kebijakan yang diharapkan dapat membuat perubahan nyata di lapangan
  7. Semua aktor (termasuk peneliti, development partner, donor, pemerintah dan penyedia pelayanan) harus berada dalam satu kapal yang tujuannya adalah mencapai Universal Health Coverage

Hari terakhir simposium global Health System Research akan ditutup dengan Plenary Session yang berjudul:
Post-2015 development goals: Framing the issues, prioritizing health and using the evidence

Sesi ini akan disiarkan live melalui webcast pada pukul 13.30 – 15.00 WIB
(webcast dapat ditonton di web: http://www.hsr-symposium.org/index.php/programme-)

Health System Research Symposium

Beijing, 31 Oktober-3 November 2012

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Laporan Hari III - 2 November 2012

beijinghari3Health System Research Symposium, Beijing (2/11/12)Simposium Global Health System Research telah memasuki hari ketiga. Besok (3 November 2012), symposium akan berakhir. Namun, masih banyak topik menarik yang diangkat. Hari ini, misalnya, sesi yang berjudul "Universal health coverage: Easier said than done?" yang menyajikan pengalaman dari beberapa negara seputar universal health coverage (UHC), termasuk dari Indonesia.

 

 

Pembicara dan moderator sesi ini adalah:  

Chair : Hong Wang, Senior Program Officer, Bill and Melinda Gates Foundation, USA

Speakers:

  1. David Collins, Director, Finance and Accounting, Management Sciences for Health, USA
    'What will it cost to scale up basic packages of primary healthcare services to cover everybody?'
  2. Zina Jarrah, Senior Technical Officer, Management Sciences for Health, USA 
    'Is it cheaper to treat child pneumonia, diarrhoea and malaria in the community? Some answers from Malawi and Rwanda'
  3. Dyah Erti Mustikawati, NTP Manager, Ministry of Health, Indonesia
    'Achieving universal health coverage after donors leave: What are the funding options and challenges? Lessons from Indonesia'
  4. F. Sabine Musange, Lecturer, National University of Rwanda, School of Public Health, Rwanda
    'Universal health insurance: Some implementation challenges and solutions from Rwanda'

Beberapa point menarik dari sesi ini adalah pertama bahwa OOP (out-of pocket payment) masih sangat tinggi di negara-negara yang diteliti kedua, Subsidi pemerintah tidak serta-merta bisa ditranslasikan ke dalam pengurangan OOP dari kantong masyarakat sendiri, karena investasi yang dimasukkan oleh pemerintah (melalui APBN untuk kesehatan, misalnya) belum tentu seefektif yang diharapkan. Selain itu, banyak sekali dana/subsidi ini akan masuk sebagai dana program atau pembangunan infrastruktur. Misalnya, apabila pemerintah menaikkan subsidi/jaminan sosial sebesar US$ 10/kapita, hasil yang akan ditunjukkan tidak akan berupa penurunan OOP sebesar US$ 10, tapi lebih kecil, karena alasan di atas. Ketiga, Indonesia masih dalam proses memetakan lagi dan menggabungkan jaminan kesehatan yang ada di Indonesia, namun menurut mandat presiden, maka UHC harus dilaksanakan pada tahun 2014 nanti.


Pendekatan Lucy Gilson (penyusun buku Methodology Reader untuk Health System and Policy Research-HSPR) dibahas di simposium ini dalam sesi yang berjudul "Teaching health policy and systems research: Current approaches and challenges".

Chair : David Peters, Professor, Associate Chair, Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health, USA

Speakers:

  1. Lucy Gilson, Professor, University of Cape Town, South Africa
    'Approaches and challenges in specialized health policy and system research courses : The experience from University of Cape Town'
    Discussant : Asha George, Assistant Professor, Johns Hopkins University, United States
  2. Dina Balabanova, Senior Lecturer, London School of Hygiene and Tropical Medicine, United Kingdom 
    'Approaches and challenges in teaching health policy and systems research (HPSR) in programmes without a specialized HPSR course : The experience from the London School of Hygiene and Tropical Medicine'
    Discussant: Göran Tomson, Head Health Systems Policy, Karolinska Institutet, Sweden
  3. Freddie Ssengooba, Senior Lecturer, Makerere University School of Public Health, Uganda 
    'Gaps, opportunities and challenges to starting new programmes and courses in health policy and systems research: The view from Makerere UUniversity College of Health Sciences'
    Discussant: Qingyue Meng, Executive Director, China Center for Health Development Studies and Dean of School of Public Health, Peking University, Chin

Sesi ini sangat menarik, karena selain pandangan dari Lucy Gilson (Cape Town University), juga ada pandangan dari Johns Hopkins University. Johns Hopkins juga telah mulai mengembangkan kurikulum seputar Health System and Policy Research (HSPR). HPSR secara relatif adalah ilmu yang masih terus berkembang, sehingga banyak pertanyaan menarik seputar pengembangan kurikulum untuk HPSR ini, seperti :

  • Apa yang seharusnya kita (sebagai pengajar) harapkan dari mahasiswa?
  • Apakah metode penelitian yang digunakan HPSR harus se-rigid penelitian biologis, misalnya Randomized Control Trial?
  • Jika HPSR melibatkan penelitian yang menggabungkan antara metode kualitatif, kuantitatif, mixed method, serta participatory action research dalam menjawab pertanyaan penelitian seputar kebijakan kesehatan dan sistem kesehatan, apakah universitas perlu mengajakan mata kuliah khusus untuk metodologi HPSR?

Berikut ini beberapa permasalahan yang juga muncul saat pengembangan HPSR terjadi di beberapa universitas adalah pertama, tidak adanya dana, kurangnya minat dari pihak fakultas. Kedua, kurangnya textbook yang memadai. Ketiga, kompetisi dari fakultas/ bagian lain. Menarik untuk melihat pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh Johns Hopkins University. Silahkan kunjungi website-nya: www.jhu.edu. Banyak sekali perkembangan yang terus terjadi di dunia pendidikan untuk penelitian sistem dan kebijakan kesehatan. Hal ini penting bagi semua institusi pendidikan (dan mahasiswanya) untuk terus mengikuti perkembangan ini.


 "Conceptualising and measuring progress towards universal coverage: A perspective from researchers at a national and regional leve

Chair: Marie-Gloriose Ingabire, Senior Program Specialist, International Development Research Centre, Canada

Speaker:

  1. Diane Mcintyre, Professor, University of Cape Town, South Africa
    'Confronting the confusion: Unpacking diverse conceptualizations of universal coverage'
  2. Ravindra Rannan-Eliya, Director, Institute for Health Policy, Sri Lanka
    'Translating concepts into metrics : An approach to assessing a health system's status from a universal-coverage perspective'
  3. Chiu-Wan Ng, Associate Professor, University of Malaya, Malaysia
    'Proof of principle : Applying universal coverage concepts and measurement framework to African and Asian countries'
  4. Felicia Knaul, Director, Harvard Global Equity Initiative, USA
    'The quest for universal effective health coverage: Applications to the Latin America and Caribbean region'

Beberapa point menarik dari presentasi panel ini adalah pertama, langkah pertama dalam mencapai dan mengukur universal health coverage adalah menentukan definisi UHC itu sendiri. Kedua, karena definisi UHC seharusnya berbeda antar negara. Misal, jika hanya menggunakan indikator cakupan jaminan kesehatan (tanpa melihat kualitas atau cakupan pelayanan), maka Bangladesh dapat terlihat lebih bagus daripada Sri Lanka. Ketiga, definisi ini masih dalam pengembangan, dan beberapa aspek yang perlu diingat adalah memasukkan kualitas pelayanan dan dampak dalam definisi itu (Tiara M).

Plenary sessions live webcast starting Wednesday, 31 October at 17:30 CST (Beijing local time)
Click here.
Starting 1 November, archived webcast plenary sessions Click here.

 

Health System Research Symposium

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Laporan Hari II - 1 November 2012

fotobeijing2Sesi hari ke-2 Health System Research Symposium, BeijingHealth System Research Global Symposium hari kedua dibuka dengan berbagai sesi menarik yang disajikan oleh peneliti dan aktor kesehatan terkemuka. Beberapa sesi yang diadakan pagi ini antara lain :

Pertama, China's major health policies: Trends, impacts and implications. Chair dalam sesi ini ialah Yuanli Liu, Senior Lecturer on International Health, Harvard University School of Public Health, China. Kedua, Targeting the poor for health interventions in Africa: Experiences and lessons from three African countries. Chair dalam sesi ini ialaj Rob Baltussen, Associate Professor, Radboud University Nijmegen Medical Centre, Netherlands. Ketiga, Improving access to health care in low-income countries. Pembicara dalam acara ini adalah Chair : M. Mahmud Khan, Professor, University of South Carolina, USA. Keempat, sesi An application of innovative methodologies towards evidence-based policy-making. Chair sesi ini ialah Lilibeth David, Director IV, Department of Health, Philippines. Kelima, Testing methodologies to assess the health systems impact of disease control programmes, pembicara dalam sesi ini Bart Criel, Researcher, Institute of Tropical Medicine Antwerp, Belgium

Salah satu sesi berjudul 'Bridging the vertical-horizontal divid e: the diagonal approach to health system strengthening', Chair : Daniel Kress, Deputy Director and Chief Economist, Bill and Melinda Gates Foundation. Speakers :

  1. Rifat Atun, Professor of International Health Management, Imperial College London, United Kingdom dengan tema diskusi 'Interaction of targeted health programmes with health system functions : Evidence from country case studies'.
  2. William Hsiao, K.T. Li Professor of Economics, Harvard University, USA dengan pokok bahasan 'Bridging the vertical-horizontal divide to health systems strengthening : Theoretical underpinnings, a conceptual framework and its applications'.
  3. Winnie Yip, Professor of Health Policy and Economics, Department of Public Health, Oxford University, United Kingdom dengan tema diskusi 'Integrating tuberculosis-control programmes with China's healthcare reform to achieve universal health coverage : A pilot experiment in rural China'
  4. Till Bärnighausen, Harvard School of Public Health and Africa Centre for Health and Population Studies, USA dengan tema diskusi 'Successes and obstacles in cross-referral and integration of two vertically-structured healthcare delivery programmes : The case of HIV antiretroviral treatment and tuberculosis treatment in rural KwaZulu-Natal, South Africa'.

Beberapa poin menarik dari sesi panel ini antara lain pertama, sistem kesehatan tidak hanya sesederhana vertikal atau horisontal. Kedua, integrasi program/intervensi dari program donor ke negara-negara berkembang tidak berhasil. Alasannya, karena pendekatan yang dipakai sejauh ini adalah secara vertikal atau horisontal. Pendekatan ini seringkali tidak sesuai dengan sistem kesehatan yang ada, dan tidak cukup tailored (sederhana) untuk masing-masing negara. Ketiga, program donor seharusnya menggunakan pendekatan yang bisa menjembatani kesenjangan yang ada di masyarakat. Esenjangan itu misalnya social benefit yang hanya membayarkan untuk pasien rawat inap. Namun, untuk kasus seperti TB, justru pasien rawat jalan yang harus diutamakan dan diidentifikasi secara dini. Kesenjangan seperti inilah yang membuat banyak intervensi (seperti DOTS-TB) tidak berhasil di negara-negara berkembang.

Keempat, ketiadaan bukti atau penelitian mengenai dampak donor terhadap penigkatan cakupan intervensi-intervensi lain tidak berarti donor tidak dibutuhkan lagi. Absence of evidence is not evidence of absence. Kelima, William Hsiao, health economist ternama, mengedepankan teori ekonomi yang kemudian dipakai sebagai dasar program diagonal. Teori yang dipakai oleh program diagonal ini masih terus akan berkembang dan mencari bentuk. Keenam, agar cakupan suatu intervensi dapat meningkat, program harus melihat bahwa secara diagonal banyak aspek yang bermain dan menentukan keberhasilan program. Misalnya untuk pasien, financing & persuasion adalah dua faktor yang dapat meningkatkan demand dari sisi pasien. Sementara untuk penyedia pelayanan kesehatan, selain financing, masih ada payment, organization, serta regulation. Program yang hanya menyasar sisi horisontal (yaitu pasien/demand side) akan kehilangan kesuksesannya karena tidak bermain dalam sistem kesehatan tersebut. Ketujuh, program perbaikan DOTS-TB di China menunjukkan keberhasilan karena menyadari bahwa program yang selama ini berjalan tidak dapat menutup kesenjangan antara pendekatan vertikal dan horisontal.

REMINDER : Plenary Session pukul 9.30-11.00 WIB akan ditayangkan langsung melalui webcast.
Silahkan kunjungi: www.hsr-symposium.org

Plenary session ini akan diberikan oleh peneliti dan aktor kesehatan terkemuka seperti Tim Evans, Sir Mark Walport, dan Judith Rodin. Topik yang akan diangkat adalah seputar universal health coverage serta riset seputar sistem kesehatan yang dapat digunakan untuk mengarah pada UHC di negara-negara berkembang.

 

Health System Research Symposium
Beijing, 31 Oktober-3 November 2012

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Laporan Hari I - 31 Oktober 2012

securedownloadSuasana registrasi Health System Researh Symposium, Beijing (31/10/2012)Health System Research Symposium ke-2 yang diadakan pada tanggal 31 Oktober – 3 November 2012 ini ditujukan untuk mengevaluasi kemajuan, berbagi pengalaman dan membuat agenda penelitian untuk mempercepat terwujudnya Universal Health Coverage (UHC) secara global. Kurang lebih 1.700 peserta berasal dari bermacam kalangan, mulai dari para peneliti, pembuat kebijakan, donor, konsultan teknis, civil society, serta pemangku kepentingan lain di seputar sistem kesehatan. Simposium ini akan membahas berbagai topik seputar riset sistem kesehatan, dan dialog-dialog di dalamnya diharapkan akan mengarah pada implementasi dan riset yang lebih sustain serta bagaimana hasil riset tersebut digunakan dalam membuat kebijakan kesehatan.

Hari pertama simposium dimulai dengan Satellite Sessions yang diberikan oleh berbagai institusi riset dan akademik, serta lembaga non-pemerintah. Daftar lengkap sesi satelit yang dipresentasikan hari ini dapat dilihat di link berikut.

Satellite Sessions:

Salah satu sesi satelit yang diangkat hari ini disampaikan oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine dengan tema "Innovation and integration: new evidence on measurement, cost-efficiencies and health impact of integrated service delivery". Dengan adanya berbagai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh proyek-proyek dan inisiatif yang berbeda, efektivitas serta kualitas pelayanan menjadi aspek yang sangat penting untuk dievaluasi. Sesi ini khususnya mengangkat proyek integrasi pelayanan HIV dan kesehatan reproduksi di Afrika.

Riset ini sangat menarik karena riset ini berusaha mengkuantifikasi efektivitas serta seberapa jauh integrasi pelayanan HIV & reproduksi telah berhasil di level primer. Riset ini mengembangkan indeks integrasi yang dibuat berdasarkan beberapa indikator, yaitu: integrasi fisik, intergrasi temporal, integrasi penyedia jasa dan integrasi fungsional. Keempat indikator integrasi ini diharapkan dapat menunjukkan level keberhasilan integrasi proyek.

Hasil yang diperoleh ialah level keberhasilan integrasi berbeda-beda antar pusat pelayanan kesehatan di Uganda dan Kenya (tempat di mana penelitian ini dilakukan). Indikator yang diciptakan ini menunjukkan kesesuaian dengan kesan yang didapat oleh para ahli atau pekerja kesehatan yang ditempatkan di pusat pelayanan kesehatan tersebut. Sehingga, indikator ini menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan integrasi suatu inisiatif.

Hal lain yang menarik adalah, ternyata efektivitas pelayanan tidak hanya bergantung pada apakah suatu pusat pelayanan dapat memberikan beberapa fungsi sekaligus, tapi juga pada persepsi masyarakat. Misalnya, penggunaan pusat pelayanan HIV yang telah terintegrasi dengan jenis pelayanan lain ternyata lebih efektif. Dan bukan hanya karena masyarakat dapat mengakses beberapa jenis pelayanan sekaligus, tapi juga karena stigma yang diterima oleh pasien HIV berkurang, karena pusat pelayanan kesehatan tersebut bukan lagi merupakan pusat terapi HIV. Sehingga orang lain tidak serta-merta mengetahui tujuan pasien tersebut datang ke pusat pelayanan kesehatan tersebut. Proyek dan penelitian ini masih terus berlangsung, dan silahkan kunjungi website Integra Initiative untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

Sesi satelit lainnya diberikan oleh USAID, dengan tema "Getting real" through NGO partnerships with policy-makers and researchers to test innovative, scalable solutions to implementation challenges: community health systems research on reaching neglected populations in LAC, Africa and Asia". Sesi ini memperkenalkan lebih jauh bagaimana beberapa program USAID telah berjalan di berbagai negara. Sesi ini juga memaparkan pendekatan yang digunakan USAID yaitu operations research serta lebih mengintegrasikan proyek USAID dengan NGOs dalam jenis riset ini.

Alasan USAID untuk lebih mendekatkan diri dengan NGO antara lain; pertama, program dapat efektif jika menggunakan keahlian yang sudah tersedia di negara tersebut. Kedua, NGO adalah pihak yang berada di dunianya (real world), sehingga diharapkan lebih dapat membantu perluasan suatu intervensi dengan solusi yang praktis. Ketiga, mendorong kerjasama dengan komunitas local melalui NGO, sehingga intervensi menjadi lebih kerkesinambungan serta masyarakat juga merasa memiliki inisiatif tersebut.

Case Study 1:

Salah satu case study (yang merupakan operations research) yang diangkat dalam sesi ini adalah CHS dari Ekuador. Permasalahan yang ada adalah terfragmentasinya sistem kesehatan di level provinsi, dan tidak berhubungan dengan komunitas dalam pemberian intervensi KIA. Solusi yang inovatif dilakukan melalui jaringan/micronetwork yang terdiri dari professional obstetric dan pediatri, dan memberikan pelatihan serta pelayanan KIA. Pelatihan diberikan ke dukukn beranak serta komunitas dan kader kesehatan. Pertanyaan penelitian: Apakah pendekatan micronetwork ini dapat meningkatkan caupan pelayanan ksehatan ibu dan anak di Ekuador?

Hasil awal penelitian:

  1. Micronetwork KIA ini dapat meningkatkan keterlibatan dukun beranak, sehingga status rujukan ibu hamil meningkat
  2. Pengetahuan dukun beranak mengenai persalinan yang bersih dan aman meningkat, serta keikutsertaan masyarakat dalam sistem rujukan menunjukkan perbaikan

Case Study 2:

Hellen Kelles Group, Nepal. Permasalahannya ialah malnutrisi yang terjadi terus-menerus, terutama pada anak balita, ibu menyusui serta ibu hamil. Solusi/ intervensi melalui integrasi program nutrisi dengan menggabungkan kebijakan Kementerian Agrikultur dengan Kementerian Kesehatan. Pertanyaan penelitiannya yaitu apakah integrasi program perbaikan agrikultur dapat meningkatkan status nutrisi dan outcome kehamilan? Hasil penelitian ini adalah terdapat perbaikan nutrisi di kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan lesson learned dari beberapa operational research yang telah dilakukan oleh USAID meliputi : methods, interest -> other funding sources, national influence, local research capacity dan dokumentasi. Sementara tantangan yang harus dihadapi diantaranya :

  1. Ketidaksesuaian antara NGO dengan akademisi, terutama dalam hal metodologi yang digunakan dalam penelitian serta penelitian jenis apa yang bisa diterbitkan di jurnal
  2. Peneliti umumnya tertarik untuk menjawab pertanyaan faktor apa yang berhubungan dengan status kesehatan yang baik. Sementara NGO lebih tertarik dengan apa yang berhasil di lapangan serta dapat meningkatkan cakupan intervensi kesehatan yang benar-benar berhasil untuk memperbaiki status kesehatan
  3. Selalu ada perbedaan antara metodologi praktis yang digunakan oleh NGO dengan yang digunakan oleh akademisi/peneliti yang cenderung lebih bersifat 'gold standard' namun tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan

Sesi ini lebih menekankan peran USAID dan NGO dalam melakukan operational research, dan menyampingkan peran akademisi dalam mengembangkan metodologi penelitian yang ideal. Presenter juga menekankan bahwa penelitian akademik yang ada sekarang cenderung tidak dapat diimplementasikan. Akan menarik sekali untuk terus mengikuti arah yang diambil USAID dalam tahun-tahun ke depan, terutama berbagai grant yang diberikan USAID dalam bentuk operation research, pertanyaan lain yang muncul yaitu apakah penelitian seperti ini yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang? Dan di mana tempat bagi penelitian akademik di dunia social science dan public health

Beberapa presentasi yang diberikan pada saat plenary session di simposium global Health System Research-Beijing dapat diunduh melalui website ini.

Presentasi-presentasi ini akan memberikan gambaran mengenai Universal Health Coverage (UHC) di beberapa negara berkembang dan maju, serta proses untuk mencapai UHC dan tantangan yang dihadapi.

Memang, tidak ada definisi yang mudah untuk Universal Health Coverage, namun mari kita merenungkan kembali definisi Universal Health Coverage yang telah dipatrikan oleh World Health Organization (WHO):

"Everyone in the population has access to appropriate promotive, preventive, curative and rehabilitative health care when they need it and at an affordable cost"

Sehingga pertanyaan untuk kita sebagai orang Indonesia mungkin adalah:

  1. Apakah Indonesia dapat mencapai target UHC pada tahun 2014 nanti?
  2. Apa yang harus kita persiapkan untuk mencapai cakupan pelayanan semesta untuk seluruh rakyat Indonesia? Apakah sekedar menaikkan cakupan jaminan kesehatan atau lebih kompleks lagi: memperbaiki keseluruhan sistem kesehatan terutama pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi?

31 October 2012

17:30-19:00 PLENARY SESSION

Kiril Danishevskiy, Professor, Higher School of Economics, Russian Federation

Balancing the legacy of universal health coverage and the free market: Russia’s challenge

Malebona Precious Matsoso, Director General of Health, South Africa
Universal health coverage in South Africa: challenges and lessons learnt

Wang Longde, Dean of the School of Public Health, Zhejiang University, People’s Republic of China

Universal health coverage in China: Lessons learnt in chronic disease prevention and care

Srinath Reddy, President, Public Health Foundation of India
Will India embrace universal health coverage?

1 November

9:30-11:00 PLENARY SESSION

HE Chen Zhu, Minister of Health of the People’s Republic of China
Towards universal health coverage: Progress and achievements of the health reform in China

2 November 2012

16:30-18:00 Enhancing health system performance through technology

Chair: Jailson De Barros Correia, Director of Science and Technology, Ministry of Health, Brazil

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional
Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 6-8 november 2012 

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari III

Laporan Hari Pertama Konas JEN ke-14 

ftjen1Sesi Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi (6/11/12)Konas JEN ke-14 yang dilaksanakan selama 3 hari mulai 6 sampai dengan 8 November 2012 di Surakarta dilatarbelakangi oleh rekomendasi determinan sosial yang diberikan Komisi Determinan Sosial Kesehatan (CSDH) WHO pada tahun 2008 yang diharapkan menghasilkan sistem kesehatan yang paripurna dan mampu mencapai keadilan dan kesetaraan kesehatan populasi. Dari Konas ini diharapkan dapat dihasilkan suatu rekomendasi intervensi ekonomi dan hukum bagi pembuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan primer.

Konas JEN ke-14 dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan pra-kongres (hari I), seminar dan rapat pengurus (hari II), serta kongres JEN (hari III). Kegiatan pra-kongres pada hari pertama Konas JEN ke-14 dilaksanakan dalam bentuk pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para anggota institusi JEN. Pelatihan terdiri atas 5 topik yang terbagi dalam 3 kelas paralel. Topik-topik tersebut adalah "Pelatihan Penulisan untuk Publikasi Internasional", "Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi", "Metode Survei Cepat pada Populasi Risiko Tinggi", "Penerapan Analisis Multilevel untuk Penelitian Kesehatan", serta "Pelayanan dan Penelitian pada Kelompok Miskin/Kumuh Perkotaan". Salah satu topik terkait kebijakan kesehatan adalah "Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi" yang disampaikan oleh Direktur Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK UGM) Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D.

Berikut materi pendukung yang dapat diunduh :

  1. Analisis Kebijakan
  2. Contoh NCD brief for policy makers 1
  3. Contoh-NCD brief for policy makers 2
  4. Policy Brief berbasis data/hasil penelitian epidemiologis: Studi Kasus KIA
  5. How to Write a Policy Brief (IDRC)
  6. Surveillance and response for maternal death
  7. Analisis Kebijakan dan Policy Brief

Policy brief merupakan dokumen singkat yang menyajikan penemuan dan rekomendasi dari penelitian yang ditujukan kepada audiens non-pakar dan merupakan alat untuk menyampaikan masukan terhadap kebijakan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun suatu policy brief antara lain mempertimbangkan siapa pembaca yang dituju (siapa, bagaimana pemahaman pembaca mengenai topik yang diangkat, dan bagaimana keterbukaan pembaca terhadap pesan yang akan disampaikan), bagaimana policy brief tersebut dapat mengena bagi pembaca (apakah yang menjadi pertanyaan, ketertarikan dan concern pembaca, apa yang dibutuhkan supaya pesan policy brief sampai kepada pembaca), menggunakan kekuatan persuasi (apakah keuntungan bagi pembaca), dan fokus pada satu topik dengan menyampaikan tujuan, poin penting, serta melalui penyampaian yang efektif.

Dalam penjelasannya mengenai penyusunan policy brief, secara lebih mendalam pembicara mengangkat topik policy brief dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA). Ditekankan pentingnya melihat angka absolut kematian ibu dan bayi disamping angka estimasi (rate), dalam menginterpretasi kondisi kesehatan ibu dan dalam menyusun kebijakan terkait hal tersebut terutama di tingkat lokal (kabupaten/kota). Dengan melihat angka absolut diharapkan akan muncul sense of urgency yang lebih kuat. Selain peningkatan angka absolut, faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah pergeseran tempat kematian ibu di masing-masing daerah, sebagai contoh bergesernya kematian ibu di Pulau Jawa dari non fasilitas kesehatan menjadi di rumah sakit. Di mana di antaranya banyak kematian bisa dicegah.

Berdasar hal di atas diharapkan pendekatan surveilans respons dapat digunakan untuk mengurangi angka kematian absolut yang pada akhirnya akan mengurangi angka kematian ibu dan anak (rate). Penggunaan data absolut diharapkan dapat memberikan respons segera dan mengatasi kendala jeda waktu seperti pada penggunaan data estimasi. Respons segera tersebut di antaranya meliputi perbaikan sistem rujukan, perbaikan mutu pelayanan di rumah sakit, dan perbaikan mutu pelayanan di puskesmas dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai penanggung jawab (tingkat lokal). Dalam diskusi ditekankan pula pentingnya komunikasi yang tepat kepada pengambil keputusan. (Rosa)

 

Seminar Australia Awards-Professional Development Series

Hari ini, tanggal 18 Oktober 2012, sedang berlangsung seminar kesehatan di bawah program : Australia Awards Alumni-Professional Development Series, dengan topik utama "Better Health : Strengthening National Health System". Acara ini dibuka oleh Prof. Ali Ghufron selaku Wakil Menteri Kesehatan, dan juga sebagai alumnus penerima beasiswa Australia Awards. Seminar tahun ini khusus mengangkat topik kesehatan dan mengundang para alumnus yang mengambil studi terkait kesehatan di Australia. Pertemuan ini adalah ajang pengembangan kapasitas untuk para alumnus Australia Awards, serta untuk menjalin koneksi dan kerjasama dengan sesama alumni dan peserta lain.

Seminar satu hari ini menampilkan sembilan presentasi seputar isu kesehatan, termasuk topik Improvement in Service Quality, The Role of Good Quality Data, serta Role of Private Sector. Keynote speech yang disampaikan oleh Prof. Ali Ghufron membahas rencana Universal Health Coverage di Indonesia, serta tantangan yang perlu dijawab oleh para akademisi serta peneliti dalam hubungannya dengan evidence-based policy making di sektor kesehatan. Untuk acara selengkapnya, dapat dilihat disini, dan silahkan kunjungi website www.australiaawardsindo.or.id untuk informasi mengenai seminar dan beasiswa.

Time

Session No

Session Details

0800-0900

Registration

 BAZAAR / INFORMATION TABLES in area outside of the meeting room (for list of participants see last page of this booklet)

0900-0915

Opening
Session

Welcome by MC—Putu Ayu Indrayathi (UMel 2009)

Opening Address by AusAID 

0915-1000

Keynote  Speaker

Major challenges in strengthening national health systems in Indonesia – from the national government’s perspective - Ministry of Health  - Prof Dr Ali Ghufron Mukti, Vice Minister (Q&A inclusive) 

1000-1015

 

Research poster competition announcement by Michael Bracher, Program Manager, Australian Development Scholarships—Indonesia

1015-1045

BREAK

 

1045-1100

 

Introduction to AusAID’s Health System Strengthening Partnership by Ria Febriany Arief, Program Manager, AusAID Health Unit (Q&A inclusive)

1100-1145

 

Research to policy - AusAID’s perspective by Debbie Muirhead, Senior Analyst Health, AusAID Jakarta (Q&A inclusive)

1145-1200

 

AusAID’s Australian Volunteers for International Development program—introducing volunteers in Bali by Emily Serong, First Secretary (Scholarships and Volunteering) AusAID

1200-1300

LUNCH

 

Alumni
Presentations

Theme 1a

Quality Improvement—improvement of services

 1300-1335

 

Dr Hardisman Dasman  (Flinders 2008) - human resources
Yohanes Kambaru Windi (Mel 2008) - services for scavengers
Dr Augustina Situmorang  (ANU 2001)-reproductive health services (Q&A inclusive)

 

Theme 1b

Quality Improvement—the role of good quality data

1335-1410

 

Dewi Anggraini (RMIT 2008) - maternal & neonatal examinations
Lubna Algadrie (USyd 1985) - HIV data
Luh Putu Lila Wulandari (UNSW 2008) - HIV data 
(Q&A inclusive)

Presentations

Theme II

Role of private sector

1410-1445

 

Badrut Tamam  (Flinders 2008) - Rumah Sehat Madani
Grace Monica (UNSW 2011) - International SOS
Maria Omega (UQ 2006)- research & development
(Q&A inclusive)

Presentations

Theme III

Non-communicable disease prevention and control

1445-1500

 

Dr Brahmaputra Marjadi (UNSW 2009) - NCD experiences in less developed countries
(Q&A inclusive)

1500-1530

BREAK

 

1530-1645

Panel Discussion

Turning knowledge into policy to improve health
Moderator—Dwidjo Susilo (UMel 2008)

 

Panelist 1

Brahmaputra Marjadi PhD (UNSW 2009)

 

Panelist 2

Dr Widyastuti Wibisana (WHO National Consultant  for Tobacco Free Initiative)

 

Panelist 3

Tiara Marthias (UMel 2011)

1645-1700

Closing Session

Plenary / Tim Perumus  -  Closing remarks by Suryani