Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terbukti Tingkatkan Produktivitas Perusahaan

Untuk terus mendukung komitmen pemerintah menggalakan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja, PT DiGiSi Indonesia di Tanjungpinang kembali menggelar pelatihan bertajuk tugas dan fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Acara tersebut ditaja DiGiSi Training Center Batam bekerjasama dengan Disnakertrans Kota Batam dan dihadiri utusan beberapa perusahaan yang ada di Batam, seperti PT Bahtera Bahari Shipyard (BBS), PT Panca Utama Sejati (PUS), dan PT Explora Prima (EP).

"Sekitar 25 peserta mengikuti pembinaan ini dengan santai tapi tetap serius. Instrukturnya pegawai pengawas ketenagakerjaan Disnakertrans Kota Batam," ujar Marthinus Arlyus Lodo, Direktur PT DiGiSi Indonesia, Rabu (14/9).

Dikatakan Marthinus, dasar hukum pembentukan P2K3 di perusahaan adalah Permenaker RI nomor PER.04/MEN/1987 tentang panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja.

Ditekankan pada pasal 2 lanjut Marthinus, tempat kerja yang memperkerjakan 100 orang atau lebih, proses dan instalasi yang
memiliki resiko besar terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan, dan penyinaran radioaktif, pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.

"Keanggotaan P2K3 adalah wakil pengusaha dan pekerja sesuai tugas dan fungsi masing-masing," jelasnya.

Selain itu, kata Marthinus, perusahaan juga harus memiliki sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007 yang merupakan standar persyaratan internasional.

Marthinus berjanji, akan menggelar pelatihan P2K3 rutin setiap bulan. Pihaknya juga akan terus kerjasama dengan Disnakertrans Batam, Bintan, dan Karimun untuk terus menggalakan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua pekerja.

"Antusias para pengusaha dan manajemen perusahaan semakin tinggi, karena sudah terbukti dapat meningkatkan produktivitas perusahaan," pungkasnya. (cca/bpos)

http://batampos.co.id/

 

BPJS Kesehatan: Iuran Bulanan Kini Diberlakukan untuk Satu Keluarga

14septBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengubah pola pembayaran iuran bulanan bagi pesertanya. Jika sebelumnya satu virtual account (VA) untuk satu orang, kini satu VA diberlakukan untuk sekeluarga.

"Dengan demikian tagihan iuran akan dikenakan berdasarkan jumlah orang yang ada dalam kartu keluarga (KK), bukan perseorangan lagi," kata Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan,Bayu Wahyudi, di Jakarta, Rabu (14/9).

Dijelaskan, aturan yang diterapkan mulai 1 September 2016 itu hanya untuk peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-JIS) kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) atau lebih dikenal sebagai peserta mandiri.

"Perubahan pola pembayaran ini dilakukan untuk memudahkan peserta agar iuran anggota keluarga yang tak ada yang terlewatkan. Sehingga kartunya bisa digunakan saat tiba-tiba jatuh sakit," ucap Bayu menegaskan.

Bayu mengakui, angka kepatuhan pembayaran bagi peserta mandiri sangat rendah, dibawah 50 persen. Dari 19 juta peserta mandiri diperoleh pendapatan dari iuran sebesar Rp4 triliun, namun pengeluaran untuk kelompok tersebut mencapai Rp16 triliun.

"Jika kondisi ini dibiarkan, maka BPJS Kesehatan bisa kolaps karena anggarannya defisit terus. Karena prinsip asuransi itu gotong royong, maka mereka yang sehat diminta ikut membantu yang sakit," tuturnya.

Ditambahkan, meski pembayaran iuran hanya dikenakan pada 1 VA pada pelaksanaannya akan dipecah secara sistem pada masing-masing nomor peserta keluarganya. Sehingga saat berobat tetap menggunakan kartu dengan namanya sendiri.

"Waktu berobat, anak tetap menggunakan kartunya sendiri. Bukan pakai kartu orangtuanya," ujarnya.

Jika ada peserta mandiri yang tidak mampu secara ekonomi menerapkan 1 VA ini, Bayu mengatakan, pihaknya akan membantu menghubungi dinas sosial setempat untuk didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan kelompok penerima biaya iuran (PBI) baik menggunakan anggaran pusat maupun daerah.

"Program JKN ini diharapkan memberi manfaat bagi seluruh warga Indonesia. Bagi yang mampu diminta bayar sendiri, tapi yang tidak mampu akan ditanggung pemerintah," ujarnya.

Ditanyakan jika ada anak yang sudah bekerja dan jaminan kesehatannya ditanggung kantor, Bayu menegaskan, tidak akan terjadi pembayaran iuran ganda. Karena nomor yang dipergunakan sebagainpeserta berasal dari kartu tanda penduduk.

"Jika nomornya sudah terdaftar, maka tidak bisa didaftarkan lagi. Nomor KTP itu berlaku selamanya. Kecuali orang tersebut punya KTP dengan nomor yang berbeda," katanya.

Pembayaran iuran secara kolektif untuk satu keluarga, menurut Bayu, tak hanya lebih praktis tetapi juga lebih hemat. Karena hanya dikenakan satu kali biaya administrasi per satu kali transaksi.

Karena untuk pembayaran melalui channel pembayaran swasta seperti Indomaret, Alfamart, Pegadaian, kantor pos dan JNE dikenakan biaya administrasi sebesar Rp2.500 per transaksi pembayaran.

"Jika sebelumnya 4 kartu kena biaya administrasi Rp10 ribu, sekarang jadi lebih hemat. Cukup membayar Rp2.500 untuk 4 kartu," ujarnya.

Status aktivasi peserta sebelum pembayaran September 2016 disesuaikan dengan status aktivasi pada masing-masing peserta sebelumnya. Sedangkankan status peserta yang telah membayar iuran pada September 2016 akan aktif untuk seluruh anggota keluarga.

Untuk peserta yang terdaftar dalam autodebet, Bayu meminta untuk segera memperbaharui datanya. Batas waktu perubahan data ditunggu hingga 25 Oktober 2016.

"Bila sampai batas itu peserta tidak memperbaharui data anggota keluarga lainnya, maka pada November 2016 secara otomatis proses autodebet akan dihentikan," katanya.

Pembayaran iuran satu keluarga ini bebas administrasi di seluruh channel perbankan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan seperti BRI, BNI, BTN, dan Mandiri baik melalui ATM, teller, internet banking, SMS/Mobile Banking.

Untuk memastikan pembayaran VA Keluarga sudah mencakup seluruh anggota keluarga, maka dapat dilakukan pengecekan secara mandiri di website BPJS Kesehatan menu Cek Iuran, atau datang ke Kantor Cabang BPJS Kesehatan setempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. (TW)

 

Vaksin DBD Telah Disetujui BPOM

Vaksin dengue tetravalen milik Sanofi Pasteur telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Vaksin tersebut untuk melindungi individu yang tinggal di daerah endemik terhadap keempat serotipe dengue.

Persetujuan vaksin dengue di Indonesia merupakan pendaftaran kedua di Asia, dan ketujuh di dunia. Vaksin dengue milik Sanofi Pasteur telah disetujui di beberapa negara seperti Meksiko, Brazil, El Salvador, Costa Rica, Filipina, dan Paraguay.

"Kami menyambut baik persetujuan vaksin dengue di Indonesia yang tepat waktu," kata Prof Dr Sri Rezeki S Hadinegoro, Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), dalam keterangan pers diterima Selasa (13/9).

Prof Sri menambahkan dengue merupakan penyakit hiperendemik di Indonesia. Sampai April 2016, terdapat lebih dari 80.000 kasus dengue yang tercatat, ini berarti terjadi 39% lonjakan pada periode yang sama pada 2015. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban dengue tertinggi di dunia, dimana beban yang ditimbulkan mencapai lebih dari US$ 323 juta per tahun.

"Persetujuan atas vaksin dengue memberikan kita akses terhadap cara pencegahan yang inovatif untuk mengendalikan penyebaran lebih jauh dari penyakit yang berbahaya ini dan memperkuat strategi pengendalian dengue Indonesia di masa yang akan datang," ujar dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) menerbitkan position paper atas vaksin dengue pada 29 Juli 2016 yang isinya merekomendasikan negara-negara endemik untuk mempertimbangkan pengenalan vaksin dengue milik Sanofi Pasteur. Ini sebagai bagian dari pencegahan penyakit yang terintegrasi, termasuk di dalamnya pengendalian vektor dan mobilisasi masyarakat. WHO telah menetapkan tujuan untuk mengurangi angka kematian akibat DBD pada negara-negara endemik sebesar 50% dan morbiditas sebesar 25% pada tahun 2020.

Dr Anh Wartel, Medical Affairs, Sanofi Pasteur Asia & Japan Pacific mengatakan dengue menjadi gambaran masalah kesehatan masyarakat yang serius dan terus berkembang di banyak negara di Asia dengan hubungan yang signifikan antara manusia dengan beban ekonomi.

Persetujuan di Indonesia baru-baru ini, negara kedua di Asia, merupakan bukti bahwa pihaknya bergerak cepat untuk membuat dengue sebagai penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi pada negara-negara dengan beban penyakit yang tinggi.

"Hal ini penting karena 70% dari populasi dunia yang berisiko terkena dengue berada di wilayah Asia, dan penyedia pelayanan kesehatan di Indonesia sekarang memiliki akses terhadap alat pencegahan klinis pertama yang dapat melindungi manusia lebih baik melawan ancaman kesehatan masyarakat ini," tegas dia.

http://www.beritasatu.com/

 

Mengenal zika dan pencegahannya di Indonesia

Pada awal tahun 2016, The Eijkman Institute for Molecular Biology atau Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyampaikan hasil temuannya yang cukup menggegerkan. Lembaga itu telah mendapati satu kasus Zika di Sumatra dan memperkirakan bahwa virus itu tampaknya telah menyebar "untuk sementara waktu" di Indonesia.

Virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk ini telah menimbulkan kekhawatiran di sebagian benua Amerika. Virus yang memiliki gejala mirip dengan demam berdarah ini diyakini menyebabkan microcephaly, yakni bayi lahir dengan ukuran kepala dan otak yang kecil atau abnormal.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan seorang laki-laki berusia 27 tahun yang tinggal di provinsi Jambi dan tidak pernah bepergian ke luar negeri, diketahui telah positif mengidap virus zika, pada awal semester 2015. Institut itu menemukan kasus tersebut ketika mempelajari wabah demam berdarah di Jambi.

Tim peneliti menyisihkan contoh/spesimen yang menyebabkan gejala-gejala demam berdarah seperti demam dan ruam, yang setelah diuji ternyata bukan merupakan virus demam berdarah. Penelitian lebih lanjut pun dilakukan.

Deputi Direktur Eijkman Institute, Dr Herawati Sudoyo PhD mengatakan dari 103 spesimen yang diperiksa dan terbukti negatif demam berdarah, pihaknya mendapati satu yang positif zika.

Temuan ini cukup mengejutkan mengingat virus ini biasanya menjadi endemik kawasan Afrika dan area pasifik. Virus ini terbilang jarang muncul di kawasan Asia Tenggara.

Namun kini hal itu terbantahkan dengan fakta bahwa virus zika memang benar-benar telah menyebar di kawasan Asia Tenggara.

Di Singapura, pihak otoritas di sana telah mengonfirmasi bahwa hingga awal September 2016, sebanyak 283 orang telah tertular virus zika. Demikian pula di Vietnam dan Malaysia, beberapa orang dinyatakan tertular virus tersebut.

Kenyataan tersebut tentu membuat masyarakat Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan agar tidak ada warga yang terinfeksi virus ini.

Tentang zika

Virus zika adalah virus yang proses penularannya melalui media nyamuk Aedes aegypti. Masih satu famili dengan virus lain seperti virus penyebab penyakit demam berdarah, penyakit kuning, dan penyakit chikungunya.

Beberapa riset mengembangkan kecurigaan adanya kemungkinan penyebaran virus ini di luar media nyamuk, seperti melalui proses tranfusi darah dan hubungan seks. Meski dugaan ini belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Organisasi kesehatan dunia WHO mencatat, virus ini pertama ini diidentifikasi pada tahun 1947 di negara Uganda. Temuan pertama kali dari kasus virus zika justru didapatkan dari kasus demam yang muncul pada kera asli endemik Uganda.

Kemudian virus ini menjangkiti manusia dan pernah menyerang sejumlah populasi manusia di kawasan Afrika secara meluas pada tahun 1954.

Kasus pertama dari penyakit yang disebabkan oleh virus zika di luar Afrika terjadi di Yap Island, sebuah pulau di kawasan Pasifik Mikronesia pada tahun 2007. Semenjak itu, kasus zika beberapa kali muncul dalam frekuensi yang tidak kuat di kawasan Pasifik, bahkan kini hingga Asia Tenggara.

WHO mengkhawatirkan virus zika menyebar jauh dan cepat dan menimbulkan konsekuensi yang parah, sehingga Badan Kesehatan Dunia itu mendorong berbagai upaya untuk membasmi nyamuk yang menyebarkan virus zika selagi mencari pengobatan atau vaksin untuk menghentikan virus tersebut.

Dalam laman resmi Kementerian Kesehatan RI, disebutkan bahwa bahaya terbesar dari serangan virus zika justru muncul pada ibu hamil, karena ibu hamil yang positif memiliki virus tersebut kemungkinan bisa menularkan virus tersebut pada janin dalam kandungannya. Dan virus akan menyerang jaringan otot dan sistem saraf termasuk sistem saraf pusat di otak dari janin.

Hubungan infeksi virus zika pada ibu hamil dengan kejadian cacat microchepaly (ukuran otak yang kecil) pada bayi yang dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat.

Temuan di Brazil yang diketahui sebagai salah satu kota di Amerika Latin dengan kasus zika yang tinggi pada tahun 2015, terjadi peningkatan signifikan kasus bayi yang lahir dengan cacat microchepaly atau microchephalus.

Mengenai gejala penularan virus ini, sejumlah pakar kesehatan melihat adanya banyak kesamaan gejala antara demam berdarah dengan demam zika. Keduanya sama-sama diawali dengan demam yang naik turun serta rasa linu hebat pada persendian dan tulang. Kadang juga disertai mual, pusing, rasa tidak nyaman di perut dan disertai rasa lemah dan lesu yang hebat.

Keluhan infeksi virus zika yang membedakan dengan penyakit demam berdarah, antara lain demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya pada suhu 38 derajat celcius. Cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi.

Selain itu, muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam melebar dengan benjolan tipis yang timbul. Kadang ruam meluas dan membentuk semacam ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan menonjol. Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.

Dalam sejumlah kasus, kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.

Meski demikian, sejauh ini jarang ada kasus kematian yang muncul karena infeksi virus zika. Penyakit yang memang masih dalam riset sejauh ini tidak menandakan sebagai penyakit berbahaya kecuali adanya masalah gangguan sendi, sakit kepala hebat, dan ruam yang membuat kulit terasa kurang nyaman dan gatal.

Penanganan paling efektif menurut Dr Herawati Sudoyo PhD adalah dengan meningkatkan asupan vitamin C, E, B, dan A dalam tubuh untuk memicu sistem kekebalan tubuh membentuk perlawanan alami terhadap virus zika.

Dunia medis sampai saat ini masih belum menemukan obat yang khusus untuk menyembuhkan virus zika.

Upaya Pencegahan

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek membenarkan bahwa ada masyarakat yang terjangkit virus zika, setidaknya berdasarkan laporan pada pertengahan 2015, bahwa seorang yang terjangkit virus zika berada di Jambi. Penderita zika tersebut berasal dari suku Anak Dalam.

Menkes mengatakan dirinya belum mengetahui pasti berapa banyak warga yang sudah terjangkit virus zika. Namun ia memastikan jumlahnya tak mencapai puluhan atau ratusan orang seperti yang terjadi di Singapura.

Meski demikian, Kementerian Kesehatan tak akan lengah meski tidak banyak masyarakat yang terjangkit Zika.

Menkes mengatakan pemerintah akan tetap waspada karena Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sudah menetapkan status waspada terhadap penyebaran virus tersebut.

"Memang belum terbukti apakah zika benar menyebabkan microcephaly, tapi sudah ada warning. Tidak ada upaya pencegahan terhadap virus zika yang benar-benar definitif selain menjaga kebersihan agar tak ada nyamuk," ujarnya.

Namun ia memastikan bahwa sejumlah petugas kantor kesehatan pelabuhan dan bandar udara dikerahkan untuk melakukan screening terhadap mereka yang menderita demam.

Sementara itu, Kementerian Perhubungan melakukan upaya pencegahan penyebaran virus zika di seluruh pelabuhan dan bandara internasional, karena virus tersebut kini sedang merebak di Kawasan Asia Tenggara.

Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Hubungan Internasional dan Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Dewa Made Sastrawan mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan instansi terkait untuk bersiaga mencegah dan meminimalkan dampak dan penyebaran virus zika

Unit-unit kesehatan di pelabuhan-pelabuhan umum dan penyeberangan di Batam serta bandara internasional utama Indonesia telah memasang perlengkapan pendeteksi suhu badan (mass thermal scanner) untuk memonitor suhu badan para penumpang dari Singapura dan Malaysia dengan batas toleransi berbadan sehat dengan suhu badan paling tinggi 38 derajat Celcius.

"Para penumpang yang datang dari Singapura dan Malaysia di pelabuhan-pelabuhan di Batam dan bandara internasional utama diwajibkan untuk melakukan pengisian formulir kewaspadaan kesehatan atau Health Alert Card (HAC) guna memonitor kondisi kesehatan para penumpang dengan asal embarkasi Singapura dan Malaysia," katanya.

Tidak hanya pemerintah, masyarakat pun diharapkan untuk ikut berperan dalam mencegah penyebaran virus zika tersebut, setidaknya dengan menerapkan perilaku hidup sehat, serta mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang menjadi sarana penularan virus tersebut.

http://www.antaranews.com/

 

BPOM didesak fokus ke pembuatan dan distribusi obat

Sekelompok pria berseragam putih menempelkan selembar stiker bertuliskan 'penyegelan sementara' pada pintu besi sebuah toko obat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (07/09).

Selagi penempelan stiker dilakukan, beberapa pria berseragam putih lainnya sibuk mengangkut belasan kardus dari sejumlah toko obat di pasar tersebut.

Aksi razia Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Polri dan Pemerintah DKI Jakarta itu berujung pada penyegelan enam toko obat. Keenam toko itu didapati menjual obat keras tanpa resep dokter dan obat kedaluwarsa.

"Mereka menjual obat yang kemasannya ada logo bulatan merah dengan huruf K hitam. Obat itu adalah obat keras. Masyarakat jangan membeli obat semacam itu di toko obat karena toko obat tidak diberi kewenangan untuk menjual obat keras, misalnya antibiotik, obat penurun tekanan darah," kata Kepala BPOM DKI Jakarta, Dewi Prawitasari.

Apotek rakyat dan toko obat

Di Pasar Pramuka, ada berbagai kios yang menjual obat. Pada dasarnya, menurut Dewi, kios-kios itu terbagi menjadi dua kategori, apotek rakyat dan toko obat.

Toko obat hanya diijinkan menjual obat dengan kemasan berlogo bulatan hijau dan bulatan biru. Obat dengan bulatan hijau artinya dijual secara bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter, seperti parasetamol.

Adapun obat dengan bulatan biru disebut pula obat bebas terbatas karena, meskipun obat keras, obat itu dapat diakses bebas tanpa resep dokter. Contoh obat dengan bulatan biru adalah sejumlah obat batuk tablet dan sirup.

Akan tetapi, toko obat tidak diperkenankan menjual obat daftar G (gevaarlijk/bahaya) alias obat keras, yang bila digunakan sembarangan bisa meracuni tubuh dan memperparah penyakit.

Obat dengan tanda bulatan merah dengan huruf K hitam itu hanya bisa dijual di apotek atau apotek rakyat, toko obat yang telah dinaikkan statusnya menjadi apotek karena menjual obat resep dokter.

Obat keras bisa diperoleh dengan mudah

Selang 10 menit setelah Kepala BPOM DKI Jakarta, Dewi Prawitasari, menyampaikan keterangan, saya menelusuri sejumlah toko obat di pasar tersebut dan mendapatkan obat penurun hipertensi yang tergolong obat keras, tanpa resep dokter.

Hal itu, menurut Marius Widjajarta selaku Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, membuktikan pengawasan BPOM lemah.
Marius menyebutkan pengawasan terhadap obat mencakup ranah hulu dan hilir.

"Selama ini yang ditangani yang hilir, penertiban terhadap toko obat yang menjual obat ilegal dan obat kadaluwarsa. Tapi pengawasan di bagian hulu, pembuatan obat dan distribusinya, tidak pernah diutak-atik," kata Marius.

BPOM, lanjut Marius, memiliki 'dinamika produksi bahan baku hingga distributor'. Laporan itu seharusnya berisi jumlah obat yang tidak laku, lalu kadaluwarsa, dan dikembalikan ke produsen.

"Laporannya banyak yang tidak ada. Padahal dari situ bisa ketahuan, misalnya satu produsen mengolah bahan baku sebanyak satu kilogram lalu memproduksi seribu kapsul. Kemudian distribusi kapsul itu ke mana saja," kata Marius.

Ketiadaan laporan yang mendeteksi produksi obat dan peredarannya itulah, menurut Marius, membuka banyak celah.

Bukan hanya tugas pemerintah

Namun, pernyataan Marius ditepis Kepala BPOM DKI Jakarta, Dewi Prawitasari. Menurutnya, pengawasan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tugas pelaku usaha dan dari masyarakat.

"Yang namanya distribusi ilegal itu akan selalu ada. Kita selalu mengawasi, tapi kita ajukan ke pengadilan, putusan pengadilan tidak membuat jera. Karena hanya hukuman percobaan dan denda Rp50 juta. Sehingga akan terus-menerus dilakukan," kata Dewi.

Pada 2 September lalu, Polri dan BPOM menemukan 42,48 juta butir obat ilegal berbagai jenis, berikut alat produksinya di sebuah pabrik di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, senilai Rp30 miliar.

Obat ilegal yang ditemukan terdiri dari Tramadol 24,9 juta butir, Trihexyphenidyl 2 juta butir, Carnophen 10,38 juta butir, Somadryl 4 juta butir, dan Dextrometorphan 1,18 juta butir.

Jika disalahgunakan, Tramadol dan Trihexyphenidyl memicu ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun Carnophen dan Somadryl, yang mengandung carisoprodol dan dexthromethorpan, ialah obat batuk yang menimbulkan efek halusinasi pada pengonsumsinya.

http://www.bbc.com/

 

Pertemuan WHO SEARO: Perkuat Komitmen Pengendalian Penyakit Tropis yang Terabaikan

Para menteri kesehatan dari negara-negara anggota badan kesehatan dunia (WHO) kawasan Asia Tenggara kembali memperkuat komitmennya untuk mengendalikan, serta mencapai eliminasi dan eradikasi penyakit-penyakit tropis yang terabaikan.

"Mengingat penyakit tersebut masih membebani masyarakat yang termarginalisasi," kata Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO Kawasan Asia Tenggara dalam pertemuan Komite Regional WHO Kawasan Asia Tenggara.

Dr Poonam mengemukakan, negara-negara di kawasan Asia Tenggara sebenarnya telah mencapai kemajuan besar dalam pengendalian penyakit-penyakit tropis yang terabaikan dalam beberapa tahun terakhir. Misalkan, India yang bisa terbebas dari Frambusia.

Begitu pun dengan penyakit kaki gajah yang telah tereliminasi di Maladewa dan Sri Lanka. Kendati demikian, tetap harus memperkuat upaya bagi pengendalian penyakit-penyakit tropis yang terabaikan.

"Setidaknya satu dari penyakit-penyakit tropis yang terabaikan atau biasa disebut NTDs (neglected tropical diseases) masih menjadi endemik di setiap negara di kawasan Asia Tenggara," ujar Dr Poonam K Singh dalam siaran persnya pada Rabu (7/9).

Ditambahkan, kawasan Asia Tenggara hingga kini masih menanggung beban NTDs terbesar kedua di dunia. Untuk itu, target eliminasi NTDs di Asia Tenggara pada 2020 mencakup kaki gajah, frambusia, kusta dan kkistosomiasis.

"Sedangkan visceral leishmaniasis, atau yang dikenal sebagai penyakit Kala-azar, menjadi target eliminasi tahun 2017," tutur Dr Poonam.

Dijelaskan, seperti program eliminasi atau eradikasi penyakit lain, pada babak akhir menuju eliminasi akan muncul masalah dan tantangan baru yang perlu diatasi dengan hati-hati. Hal itu pentingagar upaya tetap berada pada jalurnya.

Ditegaskan, kunci pencapaian tujuan tersebut adalah bagaimana menjaga komitmen politis dan alokasi sumber daya, memperkuat surveilans. Selain memberdayakan dan melibatkan masyarakat, serta menjaga agar upaya selalu sesuai dengan target yang ditetapkan.

Dr Poonam menyatakan dukungan berkesinambungan WHO terhadap negara-negara yang masih bekerja keras untuk mengangkat beban NTDs. Selain berjanji menyumbangkan para pakar teknis WHO untuk identifikasi hambatan dan menemukan solusi inovatif.

Dijelaskan, Komite Regional adalah badan pembuat keputusan tertinggi bagi WHO Kawasan Asia Tenggara, dan terdiri dari para menteri kesehatan dari 11 negara anggota WHO di kawasan ini, yaitu Bangladesh, Bhutan, Republik Rakyat Demokratis Korea, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor-Leste. (TW)

 

Kendalikan Perkembangan Nyamuk AA Dengan Teknik Wolbachia

9sept2Penyakit demam berdarah denque (DBD) masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Pengendalian DBD dengan teknologi Wolbachia yang dikembangkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) diyakini dapat menekan perkembangan virus DBD dalam tubuh nyamuk aedes aegypti (AA).

"Pengembangan nyamuk ber-Wolbachia di dua kabupaten di Yogyakarta terbukti aman atau memiliki risiko yang dapat diabaikan," kata Ketua Tim Kajian Analisis Risiko Nyamuk Berwolbachia, Damayanti Buchori di Jakarta, Jumat (2/9).

Ditambahkan, pengendalian DBD dengan Wolbachia juga aman ditilik dari empat aspek yaitu ekonomi dan sosio-kultural, pengendalian vektor, ekologi, dan kesehatan masyarakat.

"Eliminate Dengue Project Yogya (EDP-Yogya) yang dimotori oleh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) dan didanai Yayasan Tahija Indonesia kini tengah mengembangkan penelitian pengendalian DBD dengan menggunakan Aedes aegypti dengan Wolbachia," ujarnya.

Ditambahkan, nyamuk dengan wolbachia dalam tubuhnya mampu menghambat penularan virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Sehingga tidak mampu menularkan virus dengue kepada manusia.

"Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 60 persen jenis serangga yang ada di bumi, termasuk kupu-kupu, lebah, dan lalat buah. Bakteri tersebut sayangnya tidak terdapat dalam nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah," ucapnya.

Setelah melewati dua fase penelitian, lima orang tim pakar independen yang terdiri dari ahli berbagai bidang dan 20 anggota tim pengkaji risiko lainnya melakukan kajian risiko sejak April 2016 dengan metodologi analisa statistik kualitatif.

"Kami analisa risiko negatifnya .Misalkan, apakah yang terjadi pada penggunaan nyamuk berwolbachia ini, apa yang akan terjadi, apa akan ada peningkatan resistensi insektisida," tuturnya.

Hasil akhir kajian menemukan peluang terjadinya dampak negatif pelepasan nyamuk dapat diabaikan (negligible), kecuali untuk komponen sosial ekonomi karena tim memasukkannya sebagai low risk.

"Hasil riset lapangan ada kegelisahan penduduk, konflik yang terjadi, dan dari faktor sosial ekonomi budaya harus hati-hati. Selain ada konflik masyarakat, ada pula efek negatif media, ada klas action, sehingga kami meletakkan low risk di sosial," katanya.

Namun, menurut Damayanti, teknologi selalu mengandung risiko. Pemanfaatan sains juga terkadang dibatasi pengetahuan manusia itu sendiri. Namun sejauh ini 25 tim analisa telah memperhitungkan seluruhnya.

"Namun kemampuan manusia ada batasnya. Bisa saja terjadi masalah kemudian hari, sehingga membuat analisa dari komponen-komponen tadi berubah," tuturnya. (TW)

 

Virus Zika, Siti Fadilah: Perlu Diselidiki Kemungkinan Adanya Rekayasa

Penyebaran virus zika di kawasan Asia Tenggara perlu diselidiki dengan cermat. Apakah penyebaran tersebut memang terjadi secara alamiah, atau adanya rekayasa oleh pihak tertentu.

Hal itu disampaikan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa (6/9).Menteri kesehatan periode 2004-2009 itu merujuk pada kasus outbreak atau wabah flu babi (swine flu) Meksiko, beberapa tahun lalu.

Kejadian tersebut harus menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara yang ekonominya sedang berkembang.

"Swine flu atau flu babi yang terjadi di Meksiko menimbulkan kerugian ekonomi di negara tersebut. Karena itu, sudah sewajarnya pemerintah Indonesia perlu menganggap serius penyebaran virus zika yang saat ini tengah marak di beberapa negara di Asia Tenggara," tuturnya.

Siti Fadilah mempertanyakan kembali asal muasal penyebaran virus zika tersebut, apakah memang terjadi secara alami atau rekayasa manusia. Hal itu bisa diselidiki secara epidemiologi yang mendalam atau surveilance.

"Perjalanan penyakit ada kronologisnya yang logis sehingga jelas penyebarannya," katanya menegaskan.

Selain mewaspadai dan mengantisipasi penyebarannya di Indonesia, lanjut Siti Fadilah, pemerintah harus memberi perhatian dan perlindungan, terutama pada ibu hamil agar tidak digigit nyamuk pembawa virus zika.

Menurut Siti Fadilah, kasus zika di Asia Tenggara sebenarnya terbilang wajar, karena iklimnya cocok yang mana nyamuk aedes aegepty hidup dan berkembang di daerah tropis.

Nyamuk itu sangat familiar hidup di Indonesia, karena nyamuk tersebut juga pembawa virus demam berdarah dan virus chikungunya.

"Penyebarannya sama dengan demam berdarah. Bayangkan penularannya yang cepat meluas seperti demam berdarah. Perbedaannya, virus zika tidak mematikan. Namun virusnya berbahaya pada ibu hamil. Sementara pada manusia lainnya tidak," ujar Siti Fadilah.

Ia menambahkan, bila menjangkiti ibu hamil maka anak yang dikandung akan lahir dengan kondisi cacat microcephaly yaitu ukuran tempurung kepala dan otak yang jauh lebih kecil dari ukuran normal.

"Dalam beberapa kasus juga, infeksi virus zika dapat menyebabkan Guillain Barre Syndrom, yaitu kelumpuhan syaraf," ujarnya.

Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga pengendalian dan pencegahan penyakit menular di Amerika Serikat, Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka yang membuat sistem kekebalan seseorang menyerang sistem syaraf tepi. Sehingga menyebabkan kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan.

Ia menuturkan saat dirinya menjadi menteri kesehatan, Siti Fadilah bersama jajaran Departemen Kesehatan bergelut mengatasi penularan wabah flu burung kepada manusia pada 2008. Dia juga menutup laboratorium marinir Angkatan Laut Amerika Serikat Namru-2 pada 2009. (TW)