Bahan Bacaan
Building On Our Heritage, Looking To Our Future
Conference Statement: http://bit.ly/10isNkj
Konferensi Promosi Kesehatan yang ke-8 telah dilaksanakan pada 10-14 Juni 2013 di Helsinki, Finlandia. Pertemuan ini bertujuan untuk membangun budaya yang kaya akan ide, aksi, dan bukti yang dasarnya terinspirasi oleh the Alma Ata Declaration on Primary Health Care (1978) dan the Ottawa Charter for Health Promotion (1986). Pertemuan ini berusaha mengidentifikasi aksi intersektoral dan kebijakan kesehatan publik sebagai elemen utama untuk promosi kesehatan, pencapaian kesetaraan kesehatan, dan realisasi hak asasi manusia.
Silahkan kunjungi presentasi acara ini melalui link berikut dan videonya pada link berikut
Universal Health Coverage In Turkey: Enhancement of Equity
Turki berhasil mengenalkan perubahan sistem kesehatan dan menyediakan hak kesehatan bagi setiap warga negaranya dengan mencapai perlindungan kesehatan (universal health coverage), dimana langkah tersebut dapat mengurangi ketidakadilan dalam pembiayaan, akses pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Kami menelusur reformasi sistem keshatan dengan bukti fakta-fakta tahun 2003-2013, yang mana bertepatan dengan program transformasi kesehtan/Health Transformation Program (HTP). HTP mempercepat penyebarluasan cakupan asuransi kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan untuk seluruh warga Turki khususnya bagi warga miskin untuk mencapai cakupan kesehatan semesta (universal health coverage). Selengkapnya silahkan
TOR Semiloka sehari
Teknologi Telematika sebagai Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia RS
dan Memperkuat pelayanan kesehatan di daerah sulit dan terpencil
Ruang Theater, Gedung Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM
Yogyakarta, 17 Juli 2013
Pengantar
Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangannya, daerah sulit (terpencil, tertinggal dan perbatasan) menjadi kurang diminati oleh berbagai kalangan profesional sebagai tempat tinggal dan bekerja, tidak terkecuali profesional bidang kesehatan. Salah satu faktor kurang diminati termasuk kesulitan mendapatkan pendidikan dan pelatihan tambahan dan dukungan ilmu pengetahuan.
Untuk itu, Indonesia membutuhkan inovasi dalam mendekatkan tenaga kesehatan di rumah sakit atau puskesmas daerah sulit ke pengembangan ilmu tepat guna. Teknologi tele-informatika sangat tepat untuk dioptimalkan dalam rangka mencapai tujuan ini, sebab penggunaan teknologi ini sudah sangat meluas di kalangan masyarakat. Untuk level RS dan Dinas Kesehatan, Pusdatin Kemenkes telah memasang teknologi komunikasi satelit di berbagai daerah terpencil. Jaringan ini di Papua dipergunakan untuk pelatihan oleh PKMK bekerja sama dengan KINERJA.
Dengan teknologi mutakhir telematika ini dapat dilakukan usaha untuk mendekatkan tenaga kesehatan di rumahsakit di kabupaten dengan sumber ilmu pengetahuan dan ketrampilan medik. Sistem ini dapat dipergunakan antara lain untuk: Tele-training dan e-library; Tele-medicine; dan Tele-conference
Tele-training sering dipergunakan oleh pelatih di daerah yang lebih maju untuk memberikan training di tempat yang sulit. Dengan tele-training pelatihan dapat dilakukan secara lebih rendah biaya, tidak tergantung pada jarak, dan lebih fleksibel waktunya. Untuk memudahkan kepustakaan juga ada e-library.
Di negara maju, misal di Swedia, teknologi telemedicine sudah dikenal luas dan dimanfaatkan secara luas. Di Indonesia, teknologi ini dalam bentuk sederhana sudah mulai dipergunakan dalam chain hospital, program sister hospital, dan berbagai kegiatan kerjasama antara daerah maju dan belum berkembang.
Tujuan
Seminar ini akan membahas mengenai Potensi dan Pengelolaan sistem IT untuk mengembangkan RS di daerah sulit dan melebarkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Secara khusus seminar ini akan membahas:
- Membahas pengalaman PKMK menggunakan teknologi telekomunikasi di Papua dan NTT ;
- Memahami teknologi VSAT dan sistem jaringan Pusdatin dan Telkom untuk pengembangan.
- Membahas sistem tele-training dan telemedicine yang membutuhkan struktur, dana, tenaga ahli, dan kegiatan yang terkoordinasi;
- Mengembangkan telehealth dan telemedicine lebih lanjut untuk RS di daerah sulit
Peserta
Partisipan yang diharapkan:
- Manajer RS dan Kepala Dinas Kesehatan
- Pimpinan Pusdatin dan Kemenkes
- Perencana dan pembuat kebijakan di pusat maupun daerah
- Dosen-dosen yang tertarik pengembangan teknologi jarak-jauh
- Perwakilan NGO asing yang memiliki program peningkatan kapasitas RS di Indonesia
- Konsultan manajemen rumah sakit
- Peneliti di perguruan tinggi
- Mahasiswa S2 Manajemen/Administrasi RS
- Pemerhati masalah kesehatan
Agenda
Waktu |
Acara |
Pembicara/Fasilitator |
08.00 – 08.30 |
Registrasi ulang |
|
08.30 – 09.00 |
Pembukaan: “Era Tele-Health dimulai” |
Prof. Laksono Trisnantoro
Wakil Dekan III FK UGM
Pusdatin/Sekjen Kemenkes |
09.00 – 10.30 |
Panel 1: Pengalaman dan Kebutuhan |
|
|
Pengalaman FK UGM di NTT: Pengalaman FK UGM melakukan kegiatan tele-training di 4 Kabupaten/Kota di Papua menggunakan VSAT Pusdatin dan Speedy. Pengalaman RS Harapan Kita dengan RSD Kefa di NTT |
Dr. Siti Zaenab MKes
Dr. Ig. Praptorahardjo dan dan Eunice Pricilla S (melalui teleconference)
Direktur RS Harapan Kita dan Dr. Sutikno SpOG Moderator: |
|
Pembahas: Kebutuhan RS di daerah sulit untuk menggunakan telehealth dan telemedicine (dari aspek klinis dan non klinis) Kebutuhan Puskesmas dan Dinas Kesehatan |
Direktur RSUD Bajawa
Kadinkes Kabupaten Jayapura (melalui teleconference) |
|
Diskusi |
|
10.30 – 10.45 |
Coffee Break |
|
10.45 – 12.15 |
Panel 2: Hardware dan Software sebagai pendorong |
|
|
Aspek Teknologi:
|
Kepala Pusdatin
Nasrulhadi (melalui teleconference dari Papua)
Aryanto Nugroho |
|
|
|
|
Diskusi |
|
12.15 – 13.00 |
Makan Siang |
|
13.00 - 15.00
15.00 – 15.15 |
Diskusi Ide dan Kemungkinan Teknis Pelaksanaan: Arah pengembangan ke depan dan pengembangan web sebagai platform pengembangan. Program: Pengembangan Puskesmas dan RS untuk tele-training dan telemedicine.
Penutupan |
Pengembangan Sistem untuk tele-training dan tele-medicine.
|
Global Health Vision trough Health Systems and Policy
Dr. Amrizal M Nur
Ditulis oleh Faozi Kurniawan, 25 Juni 2013
Challenges in Global Health
Dr. Amrizal dari UNU Malaysia menyampaikan paparan mengenai apa yang menjadi tantangan bagi kesehatan global menjelang berakhirnya isu kesehatan dunia dalam Millenium Development Goals (MDGs). Meskipun banyak yang belum tercapai dalam MDGs, namun perlu ditentukan agenda selanjutnya untuk kesehatan global atau kesehatan dunia. Langkah ini diambil untuk melihat kebersamaan dunia dalam menangani kesehatan di dunia. Situasi terkini dari situasi Global Health yaitu keberadaan pembiayaan kesehatan, mencapai universal coverage untuk kesehatan, efisensi penggunaan sumber daya, dan efektivitas percampuran penyakit kronis. Hal-hal inilah yang mempengaruhi global health.
Situasi tantangan abad 21
Tantangan situasi abad 21 mendatang akan lebih berat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait tantangan abad 21 yaitu berbagai macam kualitas pelayanan kesehatan yang dihasilkan, peningkatan biaya pelayanan kesehatan, kurangnya informasi bagi pembuatan kebijakan yang efektif, cakupan yang rendah pada pelayanan kesehatan, dan keinginan informasi konsumen. Tantangan tersebut menjadi hal yang diperhatikan bagi negara-negara berkembang agar lebih waspada dan mempersiapkan diri.
Untuk menghadapi tantangan kesehatan global, apa saja yang harus diperhatikan? Salah satunya bagaimana pemberlakuan kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan merupakan arah yang menentukan suatu lembaga, institusi, organisasi, pelayanan dan pendanaan pada sistem pelayanan kesehatan (Gill Walt, 1994).
Tujuan sistem kesehatan sendiri yaitu:
- Ketersediaan akses
- Efisensi
- Kualitas
- Keadilan dan pemerataan.
Dr. Amrizal menyatakan bahwa empat hal tersebut yang mampu menjawab tantangan pada sistem kesehatan yang bisa kita lakukan.
Pertama; Permasalahan Effisensi
Ketidakefisienan secara jelas dapat dilihat pada banyak sistem kesehatan sekarang. Hal-hal yang menjadi tantangan ke depan yang perlu diperhatikan yaitu penggunaan yang tidak efektif dan ketidakjelasan pelayanan, kelebihan pada peresepan obat, kelebihan penggunaan atas prosedur medis dan teknologi, penggunaan yang tidak efisien pada mekanisme pembayaran terhadap provider.
Kedua: Permasalahan Kualitas Pelayanan.
Tantangan ini banyak bermunculan di negara-negara berkembang. Berbagai macam kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh banyak negara. Hal ini menimbulkan akibat pada kepuasan dan keselamatan pasien. Karena memang hal ini berhubungan dengan banyak hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan seperti; kurangnya kapasitas sumber daya, staf kesehatan yang sedikit sehingga bekerjanya di luar batas waktu, pengawasan di luar jangkauan (akreditasi).
Ketiga: Permasalahan pada akses pelayanan kesehatan.
Permasalahan ini muncul di banyak negara. Hal ini banyak disebabkan oleh wilayah geografis yang biasanya dibedakan antara perkotaan, pedesaan dan wilayah terpencil atau sulit dijangkau. Akibat yang kedua yaitu pada kondisi sosial. Ini disebabkan karena kemiskinan yang muncul karena ketidakmampuan dalam membayar pelayanan kesehatan dan tidak adanya perlindungan keuangan akibat pelayanan kesehatan.
Keempat: Permasalahan pada keadilandan pemerataan pelayanan kesehatan.
Permasalahan ini muncul karena ketidakadilan pada sistem. Ketidakadilan disini mungkin disebabkan karena kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang sama. Ketidakadilan ini banyak terjadi di negara-negara berkembang. Gambaran yang nyata mengenai ketidakdilan ini seperti distribusi yang tidak merata pada sumber daya kesehatan, fasilitas kesehatan terpusat di perkotaan, bagi tenaga kesehatan di pedesaan tidak dapat insentif yang mencukupi termasuk insentif dokter dan perawat dan di beberapa negara kesehatan dijadikan sebagai alat politik.
Berapa banyak uang dalam Sistem Kesehatan?
Pengeluaran kesehatan tahun 2010 pada Gross Domestic Product (GDP) dala m prosentase, USA masih tertinggi dengan nilai 17,9 persen, Malaysia 4,4 persen, Thailand 3,9 persen dan Indonesia kurang dari angka di atas. Perhitungan Total Health Expenditure (THE) terhadap GDP digambarkan Indonesia 2,2 persen, Malaysia 4,4 persen, dan Thailand 3,7 persen dan untuk ukuran Global mencapai 9,7 persen.
Universal Coverage
Hal terakhir yang menarik dipresentasikan oleh DR. Amrizal M Nurya yaitu mengenai Universal coverage (UC). UC merupakan akses perlindungan terhadap masyarakat untuk pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang sesuai dengan biaya yang dapat diterima. Tantangan ke depan UC adalah bagaimana menyatukan hal-hal berikut menjadi satu tujuan dalan UC. Hal-hal tersebut antara lain: teknologi, fasilitas kesehatan, pembiayaan, sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, dan dukungan politik. Keenam hal tersebut sangat penting diperhatikan untuk mengamankan UC. Terutama dalam pembiayaan kesehatan. Tantangan yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan seperti rendahnya cakupan, tidak efisien, mekanisme pembayaran pada pelayanan kesehatan yang buruk. Tantangan dalam pembiayaan kesehatan tersebut harus diminimalisir untuk mengurangi beban adminstrasi yang tinggi, mengurangi kecurangan yang ada dalam pelayanan kesehatan, membuat lebih efisien mekanisme pembayaran terhadap rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk membuat Universal Coverage atau Social Security dapat berkesinambungan.
Reportase Shared Goals 1-Day 2
Health Promotion Policies and Guidelines in ASEAN Economic Community
WaranyaTeokul-Thai Health Promotion Foundation
Ditulis oleh: Dwijo Susilo, 25 Juni 2013
Waranya memulai presentasi dengan memperkenalkan Thai Health Promotion Foundation (Thai Health) sebagai institusi pemerintahan yang independen yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri sebagai ketua, Menteri Kesehatan sebagai wakil pertama, dan Ahli Promosi Kesehatan sebagai wakil kedua. Thai health beranggotakan sembilan Kementrian terkait dan para ahli independen. Pendanaan Thai Health bersumber dari 2 persen pajak tembakau dan pajak alkohol (USD 120 milyar di tahun 2012).
Waranya selanjutnya menjelaskan model tiga kekuatan yang dipergunakan untuk meningkatkan promosi kesehatan di Thailand, yaitu pengetahuan, kebijakan, dan sosial. Ketiga kekuatan ini saling bersinergi meningkatkan kapasitas individu dan organisasi, inovasi sosial, pemberdayaan masyarakat, lingkungan yang mendukung, dan komunikasi untuk mobilisasi.
Program Thai health dikembangkan dengan menggandeng partner strategis melalui mekanisme bantuan pendanaan. Partner strategis diajak membuat proposal yang didasarkan pada isu utama promosi kesehatan. Propsal akan di-review oleh panel khusus untuk memastikan bahwa program yang akan dikembangkan sesuai dengan arah kebijakan, strategi dan situasi terkini. Partner strategis yang lolos seleksi akan menandatangani kontrak untuk implementasi program yang diajukan.
Waranya kemudian menekankan bahwa dalam mengimplementasikan program-programnya, Thai health menggunakan pendekatan-pendekatan kerja yang meliputi populasi, area dan setting. Populasi dikelompokkan dalam usia pekerja, anak dan remaja, perempuan, orang tua, dan mereka yang tidak beruntung (miskin). Area difokuskan untuk memperkuat keluarga dan komunitas. Setting ditujukan untuk menciptakan dan meningkatkan kebahagiaan organisasi baik pemerintah, swasta maupun sekolah. Pendekatan program kerja didasarkan pada dua hal, yaitu risiko kesehatan (alkohol, tembakau dan kecelakaan) dan health behaviour (makanan).
Thai health memiliki 14 program kerja yang menjadi prioritas, yaitu pengendalian tembakau, pengendalian alkohol, pencegahan kecelakaan, pencegahan risiko kesehatan yang ringan, grup populasi khusus, komunitas sehat, promosi kesehatan untuk anak dan remaja, tempat kerja yang bahagia, aktivitas fisik dan sponsor olah raga, pengetahuan kesehatan dan pemasaran sosial, bantuan pendanaan, orientasi pelayanan kesehatan untuk promosi kesehatan, sistem pendukung untuk promosi kesehatan, dan keamanan pangan.
Waranya menutup presentasinya dengan mengemukakan ancaman potensial terhadap komunitas ekonomi ASEAN, yaitu keamanan pangan, produk tembakau (harga rokok murah, tambahan aroma pada rokok dengan target perokok pemula), perdagangan alkohol, dan pekerja migran illegal.
“MDGs, Development, and Global Health-Beyond 2015”
Prof. Anthony B. Zwi
Faculty of Art and Social Sciences
The University of New South Wales
25 Juni 2013
Trend dan perkembangan terkini seputar MDGs
Pada awal presentasinya, Prof. Anthony memaparkan beberapa isu terkait MDGs yang sedang hangat dibicarakan baru-baru ini.
Beberapa isu terkait MDGs tersebut antara lain:
- Biaya layanan kesehatan
- Populasi lanjut usia yang bertambah besar
- Pola penyakit yang berkembang saat ini
- Peningkatan prevalensi penyakit kronis dan gangguan mental
- Mulai meningkatnya pemahaman seputar determinan sosial masalah kesehatan terutama inequality (namun baru disertai aksi yang terbatas).
- Peran sektor swasta dalam sistem kesehatan
- Kemitraan sektor swasta dengan pemerintah dan masyarakat
- Penajaman peran pemerintah secara spesifik dalam sistem kesehatan
- Upaya untuk meningkatkan peran filantropis dari sektor swasta atau pribadi
- Perspektif untuk memandang masalah terkait kesehatan satu per satu
- Berkurangnya peran WHO yang diiringi dengan meningkatnya peran Bank Dunia dan lembaga lainnya.
Demi mempermudah pembahasan, Prof. Anthony memaparkan kembali uraian pembentukan MDGs. MDGs merupakan kesepakatan internasional yang dihasilkan dari pertemuan Millenium Summit 2000. MDGs ditandatangani oleh perwakilan yang berasal lebih dari 200 negara di seluruh dunia. Saat ini MDGs telah dievaluasi kembali oleh berbagai pihak dengan tujuan penyusunan tujuan pembangunan dunia ke depan.
Hal yang dapat dipelajari dari MDGs yang masing berlangsung
Tiga poin penting yang dapat dipelajari dari MDGs yang masih berlangsung antara lain: terdapat kemungkinan untuk menyepakati tujuan pembangunan global ke depan, permasalahan kesehatan sangat diperhatikan dan dinilai penting, serta bantuan yang diberikan dapat difokuskan pada koordinasi dan penentuan prioritas.
Secara spesifik, beberapa isu yang menjadi fokus perhatian diantaranya :
- Terbatasnya perhatian pada proses dan konteks yang ada
- Beberapa poin MDGs kurang sensitif terhadap kebutuhan dan prioritas yang dimiliki masing-masing negara
- Masalah distribusi sering kali menjadi faktor yang menyertai
- Kurangnya koordinasi antar sektor sebagai hasil dari belum adanya pengakuan untuk “berbagi agenda” di antara sektor-sektor terkait
- Masih sedikitnya perhatian terhadap hak asasi manusia
- Belum adanya fokus yang nyata pada aspek keberlangsungan
- Masalah terkait institusi dan struktur institusi tersebut
Fitur apa yang diharapkan tercakup dalam MDGs yang akan datang?
Aspek kontekstual dan keberlangsungan (sustainability) menjadi pokok bahasan yang penting dalam penyusunan tujuan pembangunan kesehatan ke depan. Pembagian peran antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta diharapkan dapat menjadi salah satu poin yang dapat dibahas lebih lanjut sebagai penguatan sistem kesehatan. Koordinasi dan penentuan prioritas masalah kesehatan antar negara dapat meningkatkan sensitivitas tujuan pembangunan terhadap kebutuhan yang dimiliki masing-masing negara.
Diskusi
Salah satu isu penting yang mendapat perhatian besat dari peserta mengenai efek dari perdagangan bebas terhadap MDGs. Prof. Anthony menjelaskan bahwa perdagangan bebas kemungkinan dapat menciptakan inequity. Beberapa negara dapat menanggulangi hal ini dan memanfaatkan kesempatan perdagangan bebas untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya, namun beberapa negara lain justru semakin mengalami social injustice dan inequity. Berdasarkan analisis Prof. Anthony, market atau pasar lebih baik tidak diletakkan dalam posisi dominan. Kerja sama dengan masyarakat, pemerintah dan sektor swasta lebih perlu ditekankan untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama inilah yang nantinya akan berperan dalam mengimbangi kondisi pasar yang cenderung sulit diprediksi.
Reportase Shared Vision II
Universal Health Coverage: Sharing within the ASEAN Economic Community
Dr. Peerapol Suthiwisesak, Sekretaris Jenderal National Health Security Office, Thailand.
Ditulis oleh: dwijo, 24 Juni 2013
Dr. Peerapol memulai presentasinya dengan mengangkat isu jumlah penduduk ASEAN yang mencapai sekitar 598,9 juta atau 8,6% dari populasi dunia dengan status ekonomi antar Negara bervariasi mulai dari USD 760 per kapita hingga USD 40,000 per kapita pada tahun 2012. Hanya empat Negara di ASEAN yang sudah mencapai UHC, yaitu Brunei, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Beberapa Negara sedang dalam proses menuju UHC, yaitu Viet Nam di 2014, Pilipina di tahun 2016 dan Indonesia di tahun 2019.
Dr. Peerapol selanjutnya menjelaskan perjalanan UHC di Thailand yang dimulai pada tahun 1970 ketika GNI per kapita USD 390 dengan menggunakan skema pendapatan rendah (low income scheme). Pada tahun 1983 ketika GNI naik menjadi USD 760 per kapita, Thailand memperkenalkan skema asuransi kesehatan berbasis komunitas (community based health insurance scheme). Thailand mencapai UHC ketika GNI per kapita masih dibawah USD 2000. Pada tahun 2012, UHC Thailand mencakup 99% populasi dengan menggunakan 3 skema.
Dr. Peerapol juga menyampaikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan negara ASEAN dalam mencapai UHC sangat beragam, meliputi reformasi keuangan terkait paket manfaat, memperkuat layanan kesehatan dasar, promosi desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Keberagaman ini merupakan asset berharga dimana setiap Negara bisa belajar dari pengalaman Negara lainnya.
Dr. Peerapol menekankan beberapa hal mengenai UHC, yaitu
- UHC dapat dicapai pada tingkat penghasilan masyarakat yang rendah sekalipun karena inti dari UHC adalah akses ke pelayanan kesehatan, bukan hanya sekedar masalah perlindungan keuangan.
- UHC terbukti efektif mengurangi kemiskinan.
- Ketersediaan fiskal dan pembiayaan yang inovatif dimungkinkan apabila para pengambil kebijakan memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian strategis yang didasarkan pada program-program yang cost-effective melalui Health Technology assessment.
- Penelitian kesehatan yang berbasis bukti harus dikembangkan guna menjamin pendanaan yang berkelanjutan serta untuk mengatasi tantangan yang muncul.
Dalam kesimpulannya, Dr. Peerapol menyatakan bahwa UHC tidak hanya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih baik dan merata namun juga dapat mengurangi kemiskinan yang merupakan salah satu target MDGs. (Dwijo)
Universal Health Coverage and Medical Industry
in 3 South East Asia Countries
Prof. Laksono Trisnantoro, M.SC, Ph.D
Ditulis oleh emmy, 24 Juni 2013
Prof Laksono dari Indonesia memaparkan tentang situasi universal coverage dan industri kesehatan di tiga negara yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Pemaparan tersebut seputar perubahan pada pembiayaan kesehatan dan industri kesehatan. Apa saja perubahan yang terjadi ketika itu? Indonesia dan Thailand mengalami perubahan dalam hal pembiayaan kesehatan, dimana pemerintah semakin membiayai pelayanan kesehatan dengan kebijakan universal coverage. Hal yang sebaliknya terjadi di Malaysia, secara persentase dibanding pembiayaan swasta, pemerintah Malaysia berkurang. Mengapa? Ada perubahan dalam hal kepuasaan pelayanan dimana sebagian kelompok masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik dari pelayanan sektor publik. Mereka rela membayar pelayanan swasta.
Isu Kebijakan. Isu Kebijakan yang dibahas dalam topik ini yaitu Bagaimana kebijakan pemerintah untuk mencapai Universal Health Care dan mengelola pelayanan kesehatan sebagai sebuah industri? Analisis dari isu tersebut seperti ini: Universal Coverage memberi tekanan pada Anggaran Pemerintah. Pemerintah Malaysia yang menggunakan model tax-based ini merasakan tekanan besar. Hal serupa terjadi juga di negara-negara Eropa Barat. Dalam hal ini, pelayanan kesehatan di sektor swasta merupakan salah satu katup pengaman untuk mengurangi beban finansial kesehatan publik. Sementara itu, Thailand sebagai negara yang sangat terkemuka dalam universal coverage memberikan tempat untuk pelayanan kesehatan swasta dan pembayaran oleh masyarakat. Hal ini berlaku khususnya untuk kalangan menengah ke atas. Oleh karena itu, memang tetap diperlukan peranan swasta dimana ada kebijakan industri kesehatan yang sebaiknya mendukung pelayanan kesehatan swasta, tetapi harus mempertimbangkan aspek pemerataan. Silahkan untuk mendapatkan powerpointnya.