Mitigasi Perubahan Cuaca dan Kebijakan Adaptasi di sektor kesehatan

Sedang berlangsung Workshop mengenai "Mitigasi Perubahan Cuaca dan Kebijakan Adaptasi di sektor kesehatan". ("Climate Change Mitigation and Adaptation Policies - in the health sector"). Workshop diselenggarakan pada tanggal 21-25 januari 2013.

Kegiatan dilangsungkan di Unit Epidemiology and global health research, Umeå University, Umeå, Sweden. Pembaca web site ini dapat mengikuti acara ini melalui laporan harian mulai hari Selasa minggu depan.

Jadualnya adalah:
 

Date

Time

Activity

Presentation by

Monday

10:00 – 12:00  

CC-MAP in short

Decision making structures for the health sector

• The case of Indonesia
• The case of Sweden

Policies for climate change mitigation and adaptation in the health sector, including policies for eHealth

• The case of Indonesia
• The case of Sweden

Dr Maria Nilsson

 


Prof Laksono Trisnantoro
Dr Maria Nilsson

 

 

Prof Hari Kusnanto
Dr Maria Nilsson

13:00 – 16:00

Impacts from climate change on human                 health in Sweden and Indonesia

The environmental plan of Västerbotten County Council - An overview and presentation of chosen strategies

Dr Joacim Rocklöv and
Prof Hari Kusnanto

Coordinator Susanne Bergström

Tuesday

10:00 – 12:00

The regional energy- and climate strategy of the County Administrative Board of västerbotten

Climate change and eHealth: a strategy for health sector mitigation and adaptation followed by a discussion

Coordinator Tina Holmlund

 

Dr Åsa Holmner and
Dr Lutfan Lazuardi

13:00 – 16:00

Cardiac echo consultation on distance Telemedicine in Northern Sweden

Kurt Boman, Mona Olofsson
Thomas Molen and Göran Algers 

Wednesday

10.00 – 12.00

Discussion on experiences developing eHealth identifying key points for policy development

13:00 – 15:00

Remote on-call doctors and consultations Check -up

Johan Skönevik and
Leif Nyström

Thursday

09.00 – 16.00

Excursion, social activity

Friday

10.00 – 12.00  

Demonstration

Norrland University Hospital

13:00 – 15:00

Concluding discussion

TOR ASM 2013 KIA

Dalam Rangka Annual Scientific Meeting (ASM) 2013
Fakultas Kedokteran UGM

Komisariat Kagama FK UGM

Kelompok Kerja MDG
Bekerjasama

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
Menyelenggarakan Semiloka Mengenai :

Penggunaan Data Kematian "Absolut" Untuk Meningkatkan Kinerja
program MDG4 dan MDG5 di Level Kabupaten/kota

Hari I : Ruang Senat, Lt2 KPTU FK UGM Yogyakarta
Hari II : Kunjungan Lapangan di Dinas Kesehatan Kab. Kulon Progo

Jumat-Sabtu, 8-9 Maret 2013

 PENGANTAR

Situasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia memprihatinkan, kematian ibu dan kematian bayi tidak menurun, justru meningkat di berbagai propinsi dan kabupaten/kota. Mengapa kita tidak awas pada kematian yang meningkat? Apa yang kurang tepat selama ini? Apakah kesehatan ibu dan anak bukan merupakan isu penting? Dengan latar belakang seperti itu, terlihat bahwa selama ini sistem monitoring kinerja program KIA menggunakan angka "rates" bukan angka "absolut". Angka rates ini merupakan hasil dari berbagai survei, dan survei yang menggunakan metode berbeda akan membuahkan hasil yang berbeda pula.

Dengan hanya mengandalkan data survei yang berupa rates, program KIA menjadi tidak riil karena hanya berhadapan dengan gambaran angka, tidak sempat membayangkan bahwa yang mati itu adalah manusia nyata. Mengkonkritkan program KIA menjadi penting karena selama ini sistem kesehatan dan segala programnya jarang yang berani menggunakan penurunan kematian ibu dan kematian bayi sebagai tujuan terukur. Kita tidak tahu bagaimana menghubungkan penurunan kematian ibu dan kematian bayi dengan program. Akibatnya dalam pelaksanaan program KIA tidak ada pacuan (peningkatan adrenalin) untuk para pelaku kegiatan.

Di Propinsi DIY dan Propinsi NTT, dilakukan kegiatan dengan menggunakan data absolut untuk meningkatkan adrenalin para pelaku kegiatan. Di NTT program dilakukan sejak tahun 2010 dengan bertumpu pada program Sister Hospital, sementara di DIY dilakukan pada tahun 2012 dengan menggunakan model surveilans respon dan peningkatan perhatian pada kejadian nyata kematian ibu dan kematian bayi. Kedua propinsi ini juga menata sistem rujukan dengan mengembangkan manual rujukan KIA.

 

  TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Umum:

Merumuskan model penggunaan data absolut untuk meningkatkan kepedulian dan memacu "adrenalin" pelaku kegiatan KIA, dan mengenalkan manual rujukan KIA di level kabupaten/kota

Tujuan Khusus:

  1. Membahas pengalaman NTT dalam menggunakan data absolut kematian Ibu dan kematian Bayi melalui program Sister Hospital (tahun 2010 – 2012), dan penerapan manual rujukan KIA
  2. Membahas pengalaman DIY dalam menggunakan data absolut kematian Ibu dan kematian Bayi di tahun 2012 menggunakan model surveilans respon, dan penerapan manual rujukan KIA
  3. Membahas keuntungan dan kerugian menggunakan data absolut dalam konteks penghitungan rates.

Hasil yang diharapkan:

  1. Tersedianya model program KIA yang berbasis surveilans respon dengan menggunakan data absolut
  2. Penyebaran manual rujukan KIA
  3. Peningkatan keinginan pemerintah kabupaten, propinsi, dan Kementerian Kesehatan untuk menggunakan prinsip surveilans respons kematian dan manual rujukan.

  JADUAL ACARA :
 

Jumat, 8 Maret 2013
 

Waktu

Kegiatan

Narasumber

08.00-08.30

Registrasi

Panitia

08.30-09.00

Pembukaan

 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

 

dr. Ova Emilia, SpOG, M.Med, Ph.D

 

Sesi I (09.00-11.40)

Moderator: dr.Sitti Noor Zaenab, M.Kes

09.00-09.40

Penggunaan angka “absolut” untuk penilaian kinerja Kematian Ibu dan Kematian Bayi.

Penerapan Manual Rujukan KIA di kabupaten/kota





Kepala Dinas Kesehatan Prov. NTT







Kepala Dinas Kesehatan Prov. DIY

09.40-10.40

Pengalaman Dinkes Kab. Ende dan Dinkes Kab. Kulon Progo dalam penyusunan dan penerapan Manual Rujukan KIA, beserta dampaknya pada penurunan kematian ibu dan kematian bayi:

  1. Progress penyusunan dan penerapan Manual Rujukan KIA
  2. Trend kematian ibu dan kematian bayi 5 tahun terakhir (2008-2012), dilihat dari angka “absolut” dan angka “rates”
  3. Komparasi manfaat pemakaian angka “absolute” angka “rates”
     









Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ende NTT







Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kulon Progo DIY

10.40-11.40

Diskusi

 

11.40–13.00

Istirahat, Makan Siang, Sholat/Jumatan

 

 

Sesi II (13.00-16.00)

Moderator: dr. Ova Emilia, SpOG, M.Med, Ph.D

13.00-14.00

 

Pengalaman RSUD Bajawa dan RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam menangani kasus rujukan KIA dari hulu sampai hilir:

  1. Pengelolaan (secara teknis medis) kasus rujukan KIA, yang masuk ke RSUD maupun yang dirujuk keluar dari RSUD
  2. Hasil analisis kasus-kasus rujukan KIA, 3-5 tahun terakhir
  3. Hasil analisis kasus kematian ibu dan kematian bayi, 3-5 tahun terakhir (persentase avoidable/nonavoidable)
  4. Peran RSUD dalam mendukung MDG 4 dan MDG 5
     












Direktur RSUD Bajawa NTT








Direktur RSUD Panembahan Senapati Bantul DIY

14.00-15.00

Pembahasan

 



DirJen Gizi dan KIA KemenKes RI







Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (pakar manajemen kesehatan)

Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc (pakar epidemiologi)

Prof. Dr. dr. Endang Basuki, MPH (pakar KIA)

15.00-16.00

Diskusi

 

16.00-16.15

Kesimpulan dan Rekomendasi

dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

16.15-16.30

Penutupan

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

16.30-17.00

Coffe Break sore

Panitia

Sabtu, 9 Maret 2013

07.30-08.00

Registrasi

Panitia

08.00

Berangkat ke Kulon Progo

 

09.30-09.45

Pengantar Kunjungan Lapangan

Prof. dr.Laksono Trisnantoro., M.Sc, Ph.D

09.45-10.00

Pemaparan Kepala Dinas Kesehatan Kab.Kulon Progo

dr. Bambang Haryatno, M.Kes

dr Lis indaryati

10.00-11.00

Diskusi

dr. Kisworo Dwi Setyowireni, Sp.A (K)

11.00-12.00

Penyusunan RTL untuk kab/kota masing-masing peserta

dr.Kisworo Dwi Setyowireni, Sp.A (K)

12.00-12.30

Kesimpulan & Penutup 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro., MSc, Ph.D

12.30-13.30

ISHOMA

 

13.30

Kembali ke PKMK FK UGM

 


Yang diharapkan hadir

• Pimpinan Kementerian Kesehatan
• Pimpnan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota
• Pimpinan Bagian IKM, Obsgin, Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran
• Pemerhati dan konsultan manajemen program KIA
• Mahasiswa Pascasarjana

 

  PENDAFTARAN

Diharapkan peserta dapat mendaftarkan secara kelompok . Biaya pendaftaran adalah:

1 orang Rp 250.000,-
2 orang Rp 400.000,-
3 orang Rp 500.000,-
4 orang Rp 600.000,-
> 4 orang : penambahan Rp. 150.000,- per orang

Biaya Kunjungan Lapangan : Rp. 100.000 per orang (max 30 orang)

Fasilitas : Konsumsi selama meeting dan sertifikat ber-SKP IDI

Pendaftaran dilakukan ke:
Hendriana Anggi
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM (sayap utara) Lt. 2
Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp : 0274 - 549425
HP    : 081227938882
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

TOR ASM 2013 Residen

Dalam Rangka Annual Scientific Meeting 2013
Fakultas Kedokteran UGM

Komisariat Kagama FK UGM

Kelompok Kerja Manajemen Pendidikan Tinggi Kedokteran
bekerjasama dengan

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
Menyelenggarakan Semiloka Mengenai :

Tata Kelola Pendidikan Residen Dalam Konteks Hubungan
Fakultas Kedokteran dengan Rumahsakit Pendidikan

Ruang Seminar Gedung Administrasi Pusat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Senin, 4 Maret 2013

 PENGANTAR

Hubungan FK dan RS Pendidikan Utama dan Jaringan RS Pendidikan

Hubungan RS Pendidikan dengan fakultas kedokteran mempunyai berbagai variasi, yaitu :

  • Tipe 1. FK tidak mempunyai RS Pendidikan sendiri. Contoh: Harvard Medical School dan University of Melbourne tidak mempunyai rumahsakit pendidikan sendiri.
  • Tipe 2. FK mempunyai RS sendiri, misal Groningen University
  • Tipe 3. Mempunyai sendiri tapi masih bekerjasama dengan jaringan. Contoh adalah UGM yang saat ini sedang mengembangkan rumahsakit pendidikan sendiri.

 

Dengan didirikannya RS Pendidikan oleh fakultas kedokteran maka timbul pertanyaan tentang bagaimana implikasinya terhadap Bagian-bagian klinik di fakultas kedokteran. Saat ini yang terjadi adalah, Bagian Klinik Fakultas Kedokteran, misal Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM mempunyai hubungan secara historis dengan SMF Kesehatan Anak RS Dr. Sardjito. Ada kemungkinan Kepala Bagian IKA FK UGM menjadi Kepala SMF RS Sardjito (Lihat Gambar 1).

gbresiden1

Gambar 1. Skema hubungan Bagian Klinik dengan SMF RS Pendidikan

Dalam hal ini secara historis Bagian Klinik FK bekerja bersama SMF RS Pendidikan. Situasi ini sudah terjadi bertahun-tahun. Namun ketika terjadi perkembangan baru, seperti adanya RS Akademik dan kenyataan yang semakin sulit dipungkiri bahwa RS Pendidikan dan FK merupakan dua lembaga yang terpisah, maka perlu pemikiran baru. Salah satu pemikiran baru adalah: Bagian Klinik di FK merupakan gabungan dari berbagai SMF RS pendidikan dan jaringannya (Lihat Gambar 2).

gb2baru

Gambar 2. Alternatif skema hubungan Bagian Klinik dengan SMF RS RS Pendidikan

Model kedua ini menujukkan bahwa anggota Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UGM dapat terdiri dari:

  1. SMF Kesehatan Anak RS. Dr. Sardjito.
  2. SMF Kesehatan Anak RS Akademik UGM
  3. SMF Kesehatan Anak RS Suradji Klaten
  4. SMF Kesehatan Anak RSD Banyumas
  5. dan berbagai RS pendidikan jaringan lainnya

Hubungan ini sangat penting dalam pengembangan RS Pendidikan karena rumahsakit ini yang seharusnya menjadi "wakil" Indonesia dalam kompetisi pelayanan kesehatan internasional.

Pengembangan Residen

Dalam konteks hubungan RS Pendidikan dengan fakultas kedokteran, status Residen dalam kegiatan di RS Pendidikan belum jelas; apakah sebagai siswa atau pekerja professional. Secara de-jure, residen adalah bagian dari peserta didik di FK UGM. Sementara itu de-facto Residen adalah bagian dari SMF di RS Sardjito dan melayani masyarakat. Dalam hal ini belum ada kontrak perorangan antara RS Pendidikan dan residen, menyangkut pelayanan klinik, hukum, dan hak serta kewajibannya. Pengembangan hak dan kewajiban.

Tata kelola residen yang belum baik saat ini menyebabkan berbagai efek samping yang berat, antara lain; residen harus membayar dana pendidikan yang dapat besar jumlahnya, hubungan antara residen yunior dan residen senior belum tertata sehingga terjadinya praktek-praktek bullying (menindas yang lemah) masih ada di berbagai tempat; mutu pelayanan rumahsakit menjadi sulit dikembangkan.

Dalam konteks BPJS, residen dibutuhkan untuk mendukung pelayanan sebagaimana para residen di berbagai negara di dunia. Di Amerika Serikat, dana untuk pengembangan residen diambilkan dari jaminan kesehatan. Hal ini menjadi penting, namun sensitive karena akan menyangkut system remunerasi bagi residen. Sebagai tenaga medik yang memberikan jasa pelayanan kepada pasien, residen berhak mendapatkan insentif. Akan tetapi selama ini belum ada system insentif yang jelas untuk residen. Sebagian dana diberikan kepada SMF atau dokter pendidik klinis senior yang mengawasi.

Di masa mendatang diharapkan ada perubahan dimana residen akan mendapatkan pendapatan dari komponen jasa pelayanan yang berasal dari Jamkesmas/BPJS atau masyarakat umum. Pembayaran ini akan diatur alam system remunerasi. Dapat dibayangkan bahwa system baru untuk mebyar residen ini merupakan hal yang kontroversial.

 

  TUJUAN KEGIATAN
 

  1. Membahas hasl positif dan negative dua model hubungan fakultas kedokteran dengan rumahsakit pendidikan
  2. Membahas pengamatan situasi pendidikan residen saat ini.
  3. Membahas jenjang keahlian residen dan remunerasinya.

Hasil yang diharapkan:

  1. Pemikiran baru mengenai hubungan antara fakultas kedokteran dengan rumahsakit pendidikan
  2. Model penjenjangan keahlian residen
  3. Draft model remunerasi residen dan sumber pembiayaannya.

Siapa yang diharapkan hadir :

•  Pimpinan fakultas kedokteran
•  Pimpinan RS pendidikan
•  Kepala-kepala SMF
•  Kepala PPDS
•  Anggota Bakordik
•  Pemerhati manajemen pendidikan tinggi kedokteran-kesehatan
•  Residen

 JADWAL ACARA

Senin, 4 Maret 2013

Petunjuk menyaksikan video dengan slide materi :

  1. Silahkan download slide materi terlebih dahulu yang ada di kolom narasumber
  2. Buka materi presentasi pada saat melihat rekaman video

Waktu

Kegiatan

Narasumber

08.00 – 08.30

Registrasi

 

08.30 – 09.00

Pembukaan

Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Pengabdian Masyarakat dan Penelitian FK UGM

Wakil Direkrut RSUP Dr. Sardjito: Dr. Herry Budi Waluyo, MMR

09.00 – 10.00

Sesi I :

Hubungan FK dan RS Pendidikan serta Pengelolaan Residen

Pengalaman Observasi di Brown University

 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

 

 

Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.K.K

10.00 – 10.30

Coffee Break

 

10.30 – 11.15

Sesi II:

Kompetensi Residen dalam Kaitannya dengan hak dan kewajiban Residen

Moderator : Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A (K)

 

Dr. dr. P. Sudiharto, Sp.BS

11.15 – 12.30

Sesi III :
Pengalaman Pembayaran untuk Residen :

Pembayaran untuk residen dalam berbagai program inovasi FK UGM di Aceh dan NTT

 

Pembayaran untuk residen di RS Karyadi Semarang


Moderator: Dr. dr. Sri Mulatsih, Sp.A (K)


 

 

 

dr. Hasta Yoga SpJ

 

 

 

 

 

 

 

dr. Rukmono SpOG dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

 

 

 

 

 

Drs. Maskur, M.Kes Direktur Keuangan RSUP Dr. Kariadi Semarang

12.30 – 13.30

Lunch Break

 

13.30 – 14.30

Diskusi kelompok:

Remunerasi untuk residen, dana Jamkesmas/BPJS, dan hubungannya dengan SMF .

Topik:

  1. Bagaimana status, tugas dan tanggung jawab residen serta hubungannya dengan pembagian jasa pelayanan untuk residen. Hal ini menjadi kunci untuk peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan rumahsakit pendidikan. Diharapkan diskusi kelompok dapat mengusulkan draft system remunerasi residen yang terkait dengan jasa untuk anggota SMF lain dan keperluan SMF.
     
  2. Clinical Appointment, Privilege, dan redential untuk residen Sebagai tenaga pelayanan di rumahsakit pendidikan, penanganan residen sebaiknya sama dengan dokter spesialis dimana ada proses credentialing, pemberikan clinical priviledge dan appointment. Diskusi kelompok diharapkan dapat mengembangkan isu ini sehingga menjadi draft untuk pengembangan lebih lanjut.

 

 

 

Fasilitator : 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

 

 

 

 

dr. Sri Mulatsih, Sp.A

14.30 – 15.00

Coffee Break

 

15.00 – 16.00

Pleno 

Penutup : Berbagai scenario yang mungkin terjadi di masa mendatang dalam pengelolaan residen di Indonesia

Pengembangan Lebih Lanjut

Pembahasan oleh : 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

 

 

ASM 2013 Retensi Dokter

Dalam Rangka Annual Scientific Meeting 2013
Fakultas Kedokteran UGM

Komisariat Kagama FK UGM

Kelompok Kerja Leadership dan Kebijakan SDM Kesehatan
bekerjasama dengan

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
menyelenggarakan Semiloka mengenai :

Kebijakan Retensi Bagi Dokter dan Dokter Spesialis
Agar Kerasan di Daerah Sulit
dan
Kemungkinan Membentuk Asosiasi Dokter di Daerah Sulit

Ruang Senat FK UGM, Yogyakarta,
Rabu dan Kamis, 6 dan 7 Maret 2013

 PENGANTAR
 

Dalam era BPJS, kebijakan untuk menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan di daerah terpencil merupakan satu keharusan. Tanpa ada akses, pencapaian Unversa Coveraga hanya berlaku di atas kertas.

Masalah Sumber Daya Manusia kesehatan merupakan factor penghambat besar dalam mengembangkan akses di daerah sulit. Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan dokter dan dokter spesialis di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah kurang diminati. Penyebaran dokter dan dokter spesialis tidak merata, karena sebagian besar bekerja di daerah dengan penduduk yang padat, terutama di Pulau Jawa.

Minat dokter dan dokter spesialis untuk bekerja di daerah terpencil sangat kurang. Jikapun dokter atau dokter spesialis berkenan untuk bekerja di daerah remote tersebut, maka jangka waktu kerjanya pun sangat singkat. Tingkat retensi dokter dan dokter spesialis bekerja di daerah terpencil sangat rendah.

WHO tahun 2010 telah menganjurkan berbagai model pendistribusian tenaga kesehatan ke daerah rural agar dapat diterapkan untuk mengatasi masalah distribusi tenaga kesehatan. Anjuran tersebut dikembangkan berdasarkan berbagai masukan dan evidence yang di dapatkan dari berbagai negara yang mengalami maldistribusi tenaga kesehatan. Berbagai model tersebut diantaranya: memilih mahasiswa/pelajar yang siap ditempatkan di daerah rural, mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan daerah rural, membangun program magang di daerah rural, sampai dengan pengiriman tenaga berbasis tim ke daerah rural.

Apakah anjuran tersebut dapat diterapkan di Indonesia? Pada dasarnya Indonesia telah memiliki berbagai model distribusi tenaga kesehatan. Model tersebut sejatinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga di daerah rural. Namun demikian, implementasi dari model tersebut mengalami kendala di lapangan oleh karena adanya beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa tidak harmonisnya kebijakan dan regulasi yang berlaku di lapangan. Hambatan berikutnya adalah adanya standar yang tinggi, yang diterapkan oleh Asosiasi Profesi, untuk pendidikan bagi kelompok profesional tertentu. Kemudian terdapat pula hambatan non teknis, seperti misalnya: mangkirnya tenaga kesehatan, tidak kembalinya tenaga kesehatan ke daerah rural, lambatnya insentif oleh karena sistem komunikasi yang terbatas, dan kurang menariknya kompensasi immaterial bagi tenaga kesehatan di daerah rural.

Faktanya, sampai hari ini tenaga kesehatan di Indonesia masih menumpuk di daerah urban. Mengapa hal ini dapat terjadi? Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia masih menggunakan pendekatan satu kebijakan untuk semua area. Padahal, pada kenyataannya, situasi di daerah DTPK, DBK, dan DKDm sangat berbeda dengan darah lainnya. Daerah DTPK, DBK, dan DKDm memerlukan dukungan kebijakan yang khusus, agar semua regulasi, standar operasional, sampai dengan penilaian kinerja dapat secara spesifik bernuansa daerah DTPK, DBK, dan DKDm. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa rule of the game untuk daerah DTPK, DBK, dan DKDm seharusnya tidak sama dengan daerah yang normal.

Kebijakan untuk pengembangan akses dapat dilakukan melalui pendekatan kebijakan pendidikan kedokteran dan kebijakan di pelayanan. Kedua kebijakan tersebut seharusnya bersifat sinergis. Tujuan kebijakan di atas diharapkan dapat meningkatkan retensi dan rasa krasan/betah/nyaman tenaga dokter di daerah sulit.

Salah satu program inovasi yang dilakukan adalah penerimaan mahasiwa kedokteran Nias pada tahun 2008, serta program Sister Hospital NTT yangh dimulai pada tahun 2010. Kedua program tersebut berusaha untuk menerapkan kebijakan afirmatif dalam penerimaan mahasiswa kedokteran dan spesialis. Pada tahun 2013, kedua program tersebut akan dibahas untuk dipelajari kemungkinan pengembangannya.

Salah satu hal penting dalam kebijakan retensi dokter spesialis adalah perlu dipertimbangkan untuk membentuk asosiasi dokter di daerah sulit. Di Australia, sudah lama ada perhimpunan dokter yang bekerja di daerah sulit. Asosiasi ini mengelola mekanisme kontinyuitas pelayanan, training yang spesifik untuk daerah sulit, sampai dengan mempersiapkan dukungan untuk anggota keluarga. Keberadaan asosiasi ini sangat membantu pemerintah untuk menjaga ketersediaan pelayanan di daerah sulit.


  TUJUAN KEGIATAN
 

  1. Membahas masalah Akses pelayanan BPJS dengan situasi penyebaran SDM yang tidak merata dan kebijakan retensi dokter dan dokter spesialis
  2. Membahas pengalaman strategi dalam pendidikan dan penempatan tenaga dokter di daerah remote dengan kasus NTT dan Sister Hospital.
  3. Membahas kemungkinan terbentuknya "perkumpulan dokter di daerah sulit" untuk mendukung upaya penyebaran dan peningkatan retensi dokter serta dokter spesialis

  JADWAL KEGIATAN

Petunjuk menyaksikan video dengan slide materi :

  1. Silahkan download slide materi terlebih dahulu yang ada di kolom narasumber
  2. Buka materi presentasi pada saat melihat rekaman video
     

Rabu, 6 Maret 2013

Waktu

Kegiatan

Narasumber

08.00 – 08.30

Pendaftaran

Panitia

08.30 – 08.45

Pembukaan

 

 

Pengantar

Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk
(Dekan Fakultas Kedokteran UGM)

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

08.45 – 10.00

Sesi I :

Pengalaman Kebijakan Retensi Dokter di Berbagai Negara : Mitor dan Bukti dalam Upaya Peningkatan Penyebaran Serta Retensi di Daerah Sulit

Pembahasan : Kebijakan Retensi saat ini di Indonesia

Moderator: dr. Dwi Handono, M.Kes

Pembicara :

dr. Andreasta Meliala, M.Kes MAS dari FK UGM

 

Pembahas :

dr Untung Suseno Kepala Badan PPSDM

10.00 – 10.15

Coffee Break

 

10.15 – 11.45

Sesi II :

Pengalaman di Indonesia :

Pengalaman menjadi dokter di daerah terpencil

Hasil penelitian mengenai profil tenaga dokter yang bekerja di daerah terpencil

Moderator : dr. Dwi Handono, M.Kes




Pembicara :

dr. Siwi Murniati(Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya)

 

 

 

 

 

dr. Nicholas Edwin Handoyo, M.Med.Ed (FK Universitas Nusa Cendana, Kupang)





Pembahas :

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D

Pengalaman FK UGM dalam memberikan afirmatif untuk lulusan SMA di daerah sulit – Pengalaman dengan kebijakan afirmatif untuk Nias

11.45 – 12.45

Lunch Break

 

12.45 – 13.30

Sesi III:

Pengalaman untuk mendukung dokter dan dokter spesialis agar kerasan dalam pelayanan :

3a1. Pengembangan sistem pendukung manajemen dan pengembangan SDM dengan teknologi VSAT

3a2. Dukungan pengembangan ilmu : Visi pengembangan ilmu melalui jarak jauh - Program Pengembangan Ilmu FK UGM

Moderator : dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS






Pembicara :

dr. Josef Rinta, M.Kes Kepala Dinas Propinsi Papua


Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D

Pembahas :

Ka. Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Ketua IDI dan Ketua IDAI mengenai Dukungan CME (Continuing Medical Education) dan Pelatihan Jarak Jauh untuk mendukung dokter dan dokter spesialis di daerah terpencil

13.30 – 14.45

3b. Dukungan untuk dokter di daerah sulit untuk peningkatan mutu pelayanan melalui eHealth, teleconference dan tele medicine (Pengalaman di Swedia)

 

Moderator :

dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS




Pembicara :

dr. Lutfan Lazuardi (SIMKES) 

 

 

 

 

 

 

Asa Holmner Rocklov dari Umea University (Swedia)

 

 

 

 

Pembahas : Sekjen PAPDI

14.45 – 15.00

Coffee Break

 

15.00 – 16.30

3c. Dukungan pemerintah Daerah : Insentif financial dan non financial

 

Moderator :

dr. Dwi Handono, M.Kes



Pembicara:

dr Stefanus - Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT

 

 

 

 

 

 

Kepala Dinas kesehatan Kalimantan Timur

Pembahas : Ketua IDI

Kamis, 7 Maret 2013

08.30 – 09.00

Review Hari I

 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D

Dr. Andreasta Meliata, Dipl.PH, MAS

09.00 – 10.30

Kebutuhan Dokter di Daerah Sulit dan Pembentukan Perkumpulan Dokter di Daerah Sulit

Apa saja kebutuhan untuk dokter umum yang bertugas di daerah sulit ?

Apa saja kebutuhan untuk dokter spesialis yang bertugas di daerah sulit ?

Berapa pendapatan dokter di daerah sulit, Apakah lebih sedikit atau lebih banyak di banding di daerah yang maju ?

Moderator : dr. Dwi Handono, M.Kes

 

 

 

Pembicara : 

dr. Feirlita Kuswandi dari Eka Hospital Jakarta

 

 

 

 

 

 

dr. Yayi Pawitra Gati, Sp.M. Direktur RSUD Ende

10.30 – 10.45

Coffee Break

 

10.45 – 12.00

Role and function of the Rural Doctors Association of Australia

Moderator : dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS

Teleconference dengan Jenny Johnson, CEO Rural Doctors Association of Australia

12.00 – 13.00

Lunch Break

 

13.00 – 14.00

Diskusi kelompok:

  1. Topik 1: Telemedicine, Teleconference, dan Teletraining .
  2. Topik 2: Mengembangkan pola remunerasi dokter di daerah sulit, dengan studi kasus di propinsi NTT.

Fasilitator Diskusi :

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D

Dr. Andreasta Meliata, Dipl.PH, MAS

14.00 – 15.00

Diskusi Pleno

 

15.00 – 15.30

Penutupan dan Review hari kedua

 



 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D

 






Prof. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D – Wakil Dekan FK UGM Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama

 

Peserta yang diharapkan hadir :

•  Pimpinan Kementerian Kesehatan
•  Pimpnan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten daerah sulit
•  Dokter dan dokter spesialis di daerah sulit
•  Residen dari daerah sulit
•  Mahasiswa kedokteran
•  Pimpinan fakultas kedokteran
•  Konsultan system kesehatan

registrasi  PENDAFTARAN

Diharapkan peserta dapat mendaftarkan secara kelompok. Biaya pendaftaran adalah:

1 orang Rp 250.000,-
2 orang Rp 400.000,-
3 orang Rp 500.000,-
4 orang Rp 600.000,-

Fasilitas : Konsumsi selama meeting dan sertifikat ber-SKP IDI

INFO dan PENDAFTARAN :

Hendriana Anggi
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM (sayap utara) Lt. 2
Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp : 0274 - 549425
HP : 081227938882
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. 

 

 

 

Diskusi hari 2:

Diskusi Hari 2

Di Mana Pengembangan Pengajaran Ilmu Kebijakan dan
Manajemen di Fakultas Kedokteran?

  Pengantar

Dalam usaha meningkatkan efektifitas dan efisiensi system pelayanan kesehatan di Indonesia serta mengelola kegiatan untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat perlu dilakukan pengembangan ilmu kebijakan dan manajemen di fakultas kedokteran. Ada dua dasar ilmu yang saling terkait untuk menjalankan misi ini, yaitu: (1) ilmu kebijakan; dan (2) ilmu manajemen.

Ilmu Kebijakan membahas hubungan antara pemerintah dan swasta, mengkaji distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level pemerintah, mempelajari hubungan antara penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya, membahas ideologi kebijakan, sampai memperdebatkan makna reformasi kesehatan (Litman dan Robin, 1997; Dunn, 1994).

Ilmu Manajemen, menurut (Drucker, 1968) membahas masalah perilaku manusia dan kelembagaan. Di dalamnya ada berbagai ilmu yang terpakai, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan aspek teknis sebuah lembaga. Ilmu manajemen dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi.

Kegiatan Pendidikan

Kegiatan Pendidikan yang dilakukan mencakup pendidikan ilmu kebijakan dan manajemen di level S1, S2, dan S3, Kegiatan secara rinci dilakukan melalui:

  1. S1 Kedokteran: di dalam pendidikan sebelum ko-asistensi.
  2. S2: Program Studi Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
  3. PPDS1: pemberian materi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan untuk residen
  4. Program S3: memberikan kesempatan penelitian di S3.
     

Kegiatan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Fakultas kedokteran perlu mempunyai orientasi penelitian dan konsultasi yang memecahkan masalah kebijakan dan manajemen di sector kesehatan. Diharapkan penelitian dan konsultasi ini dapat dipergunakan oleh para pengambil keputusan dan manajer di Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumahsakit-rumahsakit pemerintah dan swasta; Lembaga Asuransi Kesehatan, Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan, donor-donor luarnegeri, dan anggota DPR/DPRD.

Pengalaman Fakultas Kedokteran UGM

Pengalaman FK UGM dalam pendidikan mahasiswa kedokteran dan residen terkait dengan kebijakan kesehatan.

  1. Blok Sistem Kesehatan
  2. Materi untuk Residen
    •  Effective Clinical Leader - Andreasta Meliala

Pembahas:

• Bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
• Bagian IKM Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Dilanjutkan dengan:

Sesi Diskusi Kelompok:
 

  1. Bagaimana situasi di fakultas kedokteran anda? Jelaskan dengan rinci.
  2. Bagaimana letak pengembangan pengajaran ilmu kebijakan dan manajemen di fakultas kedokteran anda saat ini dan bagaimana di masa mendatang. Di Bagian mana yang menjadi motor? Bagian mana yang dapat aktif ?
  3. Siapa saja staf dosen yang aktif dalam mengembangkan ilmu kebijakan dan manajemen saat ini dan di masa mendatang?
  4. Bagaimana teknik pengembangan dengan menggunakan website?
  5. Darimana dana pengembangannya? Apakah memungkinkan untuk berlangganan?

 

Arsip Agenda Tahun 2013

 

 

Tanggal

Tempat

Agenda

20 Desember 2013

R. 301 IKM FK UGM, Yogyakarta

Diskusi Mengenai: Berbagai Isu Strategis Dalam Sistem Kesehatan di Kabupaten Dalam Era BPJS

Klik Disini

13-16 Desember 2013

Singapore

Health System in Asia: Equity, Governance and Social Impact Conference

Klik Disini

11-13 Desember 2013

Bangkok - Thailand

Regional Meeting to Review Progress in Strengthening Teaching of PH in Medical Shcools in Bangkok

Klik Disini

25 November 2013 

R. Teather Perpustakaan FK UGM Yogyakarta

Seminar Kontroversi SDKI 2012 dan Strategi Penurunan Kematian Ibu dan Bayi

Klik Disini

19-21 November 2013

Cape Town - Afrika Selatan

Laporan Perjalanan untuk mempelajari Consortium for Health Policy and System Analysis in Africa (CHEPSAA)

Klik Disini

13 November 2013

R. Leadership FK UGM

Pelatihan Teknik Penulisan Skrip Video

Klik Disini

6 November 2013

Gedung Granadi Jakarta

Seminar Strategi untuk mencegah Fraud dan Korupsi di Jaminan Kesehatan Nasional:
Apa dan bagaimana peran Pengawas Eksternal Independen dan Perguruan Tinggi?

Klik Disini

29-30 Oktober 2013

Gedung Granadi Jakarta & Ruang Senat FK UGM

Seminar Pengembangan Rekomendasi Kebijakan Untuk Penurunan AKI dan AKB

Klik Disini

19 Oktober 2013

-

Pertemuan dan Diskusi Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPY)

Klik Disini

3 Oktober 2013

FK UGM Yogyakarta

Informasi dan Pembentukan Data Based Konsultan Manajemen Kesehatan dalam program
Management and Technical Assistance Facility (MTAF)

Klik Disini

29 September - 2 Oktober 2013 

Royal Ambarrukmo Hotel Jogjakarta

Forum Tingkat Tinggi Pembelajaran Antar Negara untuk Perluasan Cakupan Sektor Informal Menuju Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Klik Disini

26-27 September 2013

FK UGM Yogyakarta

International Symposium on Research, Policy & Action to Reduce the Burden of Non-Communicable Diseases (NCD)

Klik Disini

Pelatihan Tatap Muka Pelatihan Jarak Jauh Equity Kesehatan

TOR

Pelatihan Tatap Muka Pelatihan Jarak Jauh Equity Kesehatan

"Penggunaan Data Survey Sebagai Dasar/Bukti bagi Penulisan
Artikel Ilmiah Kebijakan Kesehatan Yang Berbasis Health Equity"


 

Pendahuluan

Situasi sistem kesehatan di Indonesia saat ini masih mempunyai berbagai tantangan berat. Ada masalah pemerataan pelayanan kesehatan, perencanaan kesehatan yang tidak tepat sasaran, pelaksanaan yang terdesak waktu, belum baiknya kesinambungan dan integrasi antar program kesehatan. Secara geografis masih terdapat ketimpangan antar regional dalam pelayanan kesehatan. Sebagai catatan, di tahun 2014 program BPJS akan berjalan dengan asumsi sudah terjadi pemerataan pelayanan kesehatan.

Sementara itu, kecenderungan regionalisasi dan desentralisasi system kesehatan semakin meningkat. Berbagai peraturan baru mengatur kebijakan regionalisasi dan desentralisasi. Konsekuensinya, kebijakan di pusat dan daerah harus sambung, tidak boleh terfragmentasi.

Di sisi pengambilan kebijakan, masih ada kekurangan pemahaman mengenai kebutuhan penelitian yang dapat meningkatkan efektivitas pengambilan kebijakan. Dalam dekade 2000an ini berbagai kebijakan nasional dan regional tentang kesehatan terlihat ditetapkan tanpa masukan dari hasil penelitian. Bagaimana hasilnya? Kebijakan kesehatan sulit dinilai sebagai efektif, dan evaluasi kebijakan pun belum banyak dilakukan. Sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan; apakah memang tidak diperlukan penelitian kebijakan?

Pertanyaan ini menarik karena masalahnya adalah belum tersedianya peneliti tentang kebijakan kesehatan di nasional dan regional/daerah dalam jumlah yang cukup. Saat ini peneliti kebijakan masih langka. Pusat-pusat penelitian kebijakan kesehatan masih terbatas, dan terutama berada di kota-kota besar di Jawa.

Dengan minimnya tenaga peneliti kebijakan, terjadi suatu situasi dimana tidak ada dorongan untuk melakukan penelitian kebijakan. Celakanya di sisi pengambil kebijakan, masih ada pendapat yang menganggap tidak perlu adanya penelitian kebijakan yang independen. Sejarah mencatat bahwa beberapa kebijakan besar (contoh Askeskin, penurunan angka kematian ibu dan bayi, penggunaan pathways), dilakukan tanpa didahului, dimonitor pelaksanaannya, dan dievaluasi oleh penelitian yang independen. Akibatnya efektivitas kebijakan menjadi buruk dan sulit dinilai.

Dalam suasana ini, dapat dipahami bahwa saat ini terjadi kekurangan peneliti dalam kebijakan kesehatan. Kekurangan ini diperburuk dengan kenyataan bahwa penelitian kebijakan merupakan bentuk penelitian multi disiplin yang belum terbiasa dilakukan oleh peneliti di bidang kesehatan. Banyak ilmu dan konsep yang berasal dari ilmu – ilmu sosial dan politik, serta ekonomi. Fakta lain adalah bahwa dana untuk penelitian kebijakan menjadi tidak terperhatikan. Resultan dari berbagai hal tersebut berakibat burukya itu metode penelitian kebijakan dalam system kesehatan menjadi tidak terperhatikan.

Akan tetapi pada beberapa tahun belakangan ini, WHO dalam kelompok Alliance for Health Policy menyelenggarakan berbagai pertemuan dan penelitian untuk menguatkan metode riset dalam kebijakan kesehatan serta system kesehatan. Di tahun 2012 keluar buku yang diedit oleh Lucy Gilson berjudul Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader. Buku ini member peluang bagi peneliti di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan dalam penelitian kebijakan kesehatan dan system kesehatan.

Sebagai seorang peneliti, data merupakan senjata utama untuk membuat suatu analisis kebijakan. Masalah data memang menjadi masalah klasik di Indonesia, misalnya validitas data, kualitas dari data yang dikumpulkan sampai dengan masalah re-call biased, belum lagi sampai dengan masalah cakupan dari data itu sendiri (misalnya apakah valid hanya untuk nasional, propinsi, atau kabupaten/kecamatan). Di Indonesia, telah berulang kali diadakan survey-survey besar, misalnya Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Indonesia's Family Life Survey, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), SDKI, Sakerti, dan sebagainya. Namun, penggunaan dataset ini sebagai bahan utama penelitian kebijakan masih sangat terbatas.

Tujuan Pertemuan Tatap Muka

Tujuan pertemuan tatap muka ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu membahas implementasi penggunaan data dari hasil Sensus dan Survey yang ada di Indonesia dan untuk membuat suatu dasar analisis (evidence) bagi pengambilan kebijakan pelayanan kesehatan yang dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah, artikel dam jurnal internasional.

Metode, Waktu dan Tempat Pertemuan Tatap Muka

Pelatihan ini terbagi menjadi dua bagian:

  1. Pelatihan penggunaan data besar
  2. Pelatihan penulisan jurnal ilmiah di bidang equity kesehatan

Acara empat hari ini akan dikaitkan dengan Kursus Jarak Jauh Equity dalam penyusunan artikel tentang equity kesehatan. Untuk masing-masing bagian pertemuan, pelatihan ini akan menggunakan sistem seminar dua hari.

Waktu      : Hari Senin - Selasa, 17-20 Desember 2012
Tempat    : Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Narasumber  :

  • Elan Satriawan PhD
  • Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
  • dr. Yodi Mahendradata, MSc, PhD
  • Gindo Tampubolon PhD

Tim Survey Meter Indonesia

  • Deni Harbianto, SE
  • dr. Tiara Marthias, MPH

 

Peserta : Peserta Pelatihan Jarak Jauh Riset Kebijakan Nasional dan Peneliti kebijakan kesehatan

Senin, 17 Desember 2012

Waktu Jam

Acara

Narasumber

8.30 – 9.00

9.00 – 9.15

9.15 – 10.15 


10.15 – 10.30

10.30 – 12.00

 

12.00 – 13.00

13.00 – 15.00

15.00 – 16.00

Registrasi

Pengantar  

Sesi I. Pengenalan tentang Survey Rumah Tangga di Indonesia

Rehat

Sesi II. Penggunaan data survey/sensus untuk analisis bidang kesehatan

ISOMA

Sesi III. Pemilihan data survey/sensus untuk analisis Equity dalam kesehatan

Diskusi , Tanya Jawab dan Latihan

Panitia

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

Staf dari SurveyMeter dengan menggunakan data survey(IFLS)


Staf dari Survey Meter dengan menggunakan data survey(IFLS)

 


Elan Satriawan, MSc. PhD

 

 

Selasa ,18 Desember 2012

Waktu Jam

Acara

Narasumber

9.00 – 9.15

9.15 – 10.30 


10.30 – 10.45

10.45 – 12.00

12.00 – 13.00

13.00 – 14.30

 

 

14.30 – 16.00

Pengantar  hari ke-2

Manajemen data IFLS 4 (survey books, merging, imputasi & data cleaning)

Rehat

Diskusi, Tanya jawab dan Latihan

ISOMA

Sesi IV. Teknik analisis data dan implementasinya dalam penyusunan tulisan ilmiah dan artikel jurnal internasional

Diskusi, Tanya Jawab dan Latihan.

dr. Tiara Marthias, MPH

Staf dari Survey Meter dengan menggunakan data survey(IFLS)

 

 

 

 

Staf dari SurveyMeter dengan menggunakan data survey(IFLS)

 

Rabu, 19 Desember 2012

Waktu Jam

Acara

Narasumber

9.00 – 9.15

9.15 – 10.30

 

 

10.30 – 10.45

10.45 – 12.00

 

12.00 – 13.00

13.00 – 14.30

 

 

14.30 – 15.30

Pengantar  hari ke-3

Sesi V. Penulisan artikel ilmiah internasional (proses pemilihan topik, pemilihan jurnal, timeline, sistem peer-review)

Rehat

Sesi VI. Penulisan artikel ilmiah internasional dalam topik equity kesehatan

ISOMA

Sesi VII. Teknik bagaimana memulai penulisan artikel internasional (refining research question, dataset identification, journal language identification)

Diskusi dan Tanya Jawab.

Dr. Tiara Marthias, MPH

Tbd

(dr. Yodi Mahendradhata, MSc, PhD)

 

 

Gindo Tampubolon PhD

 



dr. Yodi Mahendradhata, MSc, PhD

 

 

kamis, 20 Desember 2012

Waktu Jam

Acara

Narasumber

9.00 – 9.15

9.15 – 10.30

 

10.30 – 10.45

10.45 – 12.00

 

12.00 – 13.00

13.00 – 14.30

 

 

14.30 – 15.00

Pengantar  hari ke-4

Sesi VIII. Strategi – Tips and Trik – untuk submisi/memasukkan artikel ke jurnal ilmiah internasional

Rehat

Diskusi lanjutan – perbaikan artikel peserta pelatihan (penulisan abstrak, referensi)

ISOMA

Sesi IX. Penjelasan tentang penyerahan (submission) artikel dalam rangka Kongres Ekonomi Kesehatan Internasional di Sydney, 2013

Penutup dan Rencana Tindak Lanjut

Deni Harbianto

Dr. Yodi Mahendradata/
Gindo Tampubolon PhD

 

 

Laksono Trisnantoro?Gindo Tampubolon

 

 

Dr. Tiara Marthias

 

Prof. Laksono Trisnantoro

 

Demikian informasi untuk penyampaian materi penggunaan data survey. Harapannya, peserta akan tergerak menggunakan data-data hasil survey yang ada untuk dapat membuat suatu evidence bagi kebijakan kesehatan.

Laporan Hari Kedua Topik KIA

Laporan Hari Kedua

"Diskusi Penyusunan Bentuk Hukum Pengelola Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia dan Pembahasan Policy brief dan Pengembangannya untuk Dua Topik Prioritas: BPJS dan KIA", Jakarta, 10-11 Desember 2012

Pada hari kedua, para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membahas policy brief dan pengembangannya untuk topik KIA. Kelompok kedua membahas policy brief dan pengembangannya untuk topik BPJS. Laporan ini akan membahas mengenai kelompok pertama.

lap2topikkiaPembahasan policy brief untuk topik KIA

Agenda hari kedua pembahasan policy brief untuk topik KIA diawali dengan pemaparan 3 policy briefs oleh Prof. Laksono Trisnantoro. Ketiga policy briefs tersebut kemudian dibahas oleh tiga orang narasumber, yaitu Prof. Dr. dr. Kuntaman MS, Sp.MK(K) dari Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. H. Alimin Maidin, MPH dari Universitas Hasanuddin, dan dr. Anung Sugihantono, M.Kes dari Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Salah satu isi policy brief tersebut adalah mengenai penggunaan angka kematian absolut untuk menentukan program KIA di daerah. Pembahasan berlangsung hangat dengan adanya diskusi beberapa pertanyaan dari peserta konsorsium, antara lain mengenai pengalaman dinas kesehatan dalam menggunakan angka kematian absolut untuk merencanakan program/ intervensi KIA, beberapa isu terkait hubungan dengan stakeholder lainnya dalam menyusun policy brief dan mengenai peran riil perguruan tinggi dalam melakukan penelitian hingga dapat menghasilkan policy brief yang berkualitas dan tepat sasaran.

Dr. Deni dari Universitas Padjajaran memberikan opini mengenai penggunaan angka kematian absolut di Jawa Barat. Secara umum penggunaan angka kematian absolut memang masih menjadi perdebatan antar ahli epidemiologi. Ada yang berpendapat bahwa angka kematian absolut kurang tepat digunakan untuk menilai capaian program KIA. Beberapa ahli mengemukakan pendapat dimana sebenarnya kita dapat menggunakan pendekatan absolut maupun relatif, tergantung dari konteks tujuannya. Apabila kita akan menyusun program untuk mengatasi masalah KIA, maka angka kematian absolut menjadi lebih tepat untuk menggambarkan masalah yang sebenarnya hingga ke tingkat kabupaten. Hampir tidak mungkin untuk menggunakan pendekatan angka kematian berdasarkan rasio dikarenakan banyak kabupaten di Indonesia yang penduduknya kurang dari 100.000 per kabupaten, dengan jumlah penduduk yang sedikit, maka sulit untuk menentukan rasio yang paling sensitif terhadap masalah KIA. Pembahasan policy brief dari sisi perguruan tinggi berfokus pada bagaimana kualitas penelitian dapat ditingkatkan, sehingga dapat menghasilkan kajian yang berkualitas dan menyeluruh (integratif) agar dapat digunakan oleh pembuat kebijakan.

Salah satu topik policy brief yang hangat didiskusikan adalah mengenai policy brief ketiga, yaitu mengenai kebutuhan konsultan dalam program KIA di daerah. Terkait dengan forum konsortium KIA, pokok bahasan konsultan ini menjadi isu yang menarik perhatian dikarenakan saat ini banyak sekali program KIA yang masih dirasa lemah dalam sektor manajemennya. Prof. Endang dari Universitas Indonesia memberikan bahan diskusi mengenai seberapa jauh peran konsorsium KIA dalam mengatasi masalah KIA? Siapakah yang mempunyai kompetensi untuk mencetak tenaga konsultan? Beberapa peserta konsorsium juga mengutarakan pertanyaan mengenai kejelasan kompetensi yang harus dimiliki seseorang sehingga ia layak disebut konsultan, hingga wewenang yang dimiliki konsultan. Terkait dengan wewenang dan posisi konsultan manajemen KIA ini, diskusi menarik terjadi mengenai independensi konsultan tersebut. Banyak sekali lembaga konsultasi di Indonesia yang sudah independen, contoh tersebut dapat diambil oleh konsorsium untuk mencetak tenaga konsultan manajemen KIA yang kompeten sekaligus independen, yang dapat membantu pemerintah RI dalam aspek manajemen program KIA.

Diskusi mengenai konsultan KIA terus berlanjut hingga membahas mengenai perlunya kualifikasi akademik dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang konsultan manajemen KIA. Konsultan manajemen KIA perlu memiliki pengalaman dan wawasan yang luas mengenai manajerial program, pengalaman tersebut akan berguna pada saat konsultan tersebut diminta untuk menyelesaikan masalah KIA baik di level konseptual maupun hingga level teknis. Pembahasan mengenai kebutuhan konsultan manajemen KIA juga muncul dari dinas kesehatan. Selama ini sebenarnya beberapa orang dari dinas kesehatan/ kementerian kesehatan dan perguruan tinggi telah berpengalaman menjadi konsultan untuk lembaga donor ataupun lembaga di bawah PBB, mungkin hal tersebut dapat dijadikan contoh model pengembangan tenaga konsultan manajemen KIA. Isu seputar pendanaan konsultan manajemen KIA juga muncul, pendapatan konsultan manajemen KIA dapat dialokasikan dari dana APBN, APBD, dana perusahaan, dana donor, dan dana RS yang sudah memiliki status BLUD. Beberapa pilihan sumber dana tersebut dapat dijadikan pertimbangan sesuai konteks masing-masing daerah.