Tujuan Kegiatan

  Tujuan Kegiatan

 

Kegiatan ini mempunyai sasaran kelompok yaitu unit atau lembaga penelitian yang mengembangkan penelitian kebijakan kesehatan. Dengan demikian peserta program pengembangan ini adalah tim yang mewakili perguruan tinggi. Ada beberapa tujuan yaitu:

  1. Mendukung pendirian pusat penelitian kebijakan kesehatan di berbagai universitas;
  2. Memperkuat tata kelola pusat penelitian kebijakan kesehatan yang sudah ada;
  3. Mendukung pusat – pusat penelitian untuk menyiapkan diri dalam penulisan proposal dalam menghadapi kemungkinan "call for proposal" dari dalam dan luar negeri.

Manfaat yang dapat diambil oleh unit penelitian adalah penguatan system tata kelola lembaga penelitian, mencari sumber pendanaan riset kebijakan, dan peningkatan kemampuan menyusun, melaksanakan riset kebijakan sampai ke pengelolaan advokasi kebijakan.

Deskripsi

  Deskripsi

Di sistem kesehatan yang terdesentralisasi di Indonesia, kebutuhan untuk melakukan penelitian kebijakan semakin besar. Sebagai gambaran berbagai kebijakan kesehatan tidak hanya diputuskan di level nasional, namun juga ada di propinsi dan kabupaten/kota. Di dalam UU BPJS ada pasal yang menyatakan kebutuhan untuk lembaga pengawas independen yang tentunya membutuhkan dukungan penelitian kebijakan. Di sisi lain berbagai donor semakin menekankan mengenai pentingnya bukti dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan kesehatan.

m1Tantangan pertama adalah belum terbiasanya peneliti di bidang kesehatan dan kedokteran menyusun dan melaksanakan penelitian kebijakan. Secara tradisi peneliti di bidang kesehatan menguasai metode penelitian epidemiologi, clinical trial, biomedik, namun jarang yang memahami ilmu-ilmu sosial sebagai dasar penelitian kebijakan kesehatan. Oleh karena itu sering terjadi "call for paper" untuk presentasi atau "call for proposal" untuk menyusun proposal riset kebijakan belum banyak yang dapat menanggapinya.

m2Tantangan kedua adalah lembaga yang meneliti kebijakan kesehatan secara independen belum banyak jumlahnya di Indonesia. Sebagian besar berada di universitas dan lembaga penelitian di pulau Jawa. Sementara itu kebutuhan penelitian kebijakan meningkat di seluruh daerah. Akibat yang terjadi adalah kemajuan perkembangan penelitian kebijakan kesehatan masih lambat. Jumlah peneliti kebijakan kesehatan masih terbatas di berbagai universitas. Sementara itu banyak universitas yang tidak mempunyai peneliti dan staf pendukung penelitian yang profesional serta jaringan kerja.

m3Tantangan ketiga adalah sumber daya keuangan untuk menjalankan riset kebijakan. Tantangan ini menarik karena mempunyai ciri-ciri seperti "telur dan ayam" dengan tersedianya peneliti. Dengan adanya kekurangan peneliti kebijakan kesehatan yang baik, maka kemampuan menulis proposal, melaksanakan penelitian, dan mempengaruhi proses kebijakan menjadi lemah. Sementara itu logika dan peraturan menyatakan bahwa sebagian dari anggaran program kesehatan, termasuk kebijakan besar seperti Jaminan Kesehatan harus dimonitor dan dievaluasi oleh lembaga independen. Dapat dibayangkan apabila 1% saja (tidak 5%) dari anggaran Jamkesmas dipergunakan untuk evaluasi dan monitoring, akan tersedia sekitar Rp 60 milyar setahun untuk program monitoring dan evaluasi. Kesempatan ini belum dipersiapkan secara maksimal.

Latar belakang tersebut di atas mendorong perlunya program pengembangan Kelompok Riset Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran. Mengapa di dua fakultas? Fakta Tantangan kebijakan menunjukkan bahwa akar Tantangan ada yang berada di dalam ilmu kesehatan masyarakat dan ada yang di ilmu biomedik. Oleh karena itu perlu pengembangan riset kebijakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran. Atau kemungkinan lain, kedua fakultas di satu universitas diharapkan bekerja bersama untuk mengelola lembaga penelitian kebijakan kesehatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reportase 2 Oktober

The Knowledge Sector Conference 2012
"Tracing Indonesia New Path : Revitalizing Knowledge To Reduce Poverty"

2 Oktober 2012

Konferensi

Konferensi Knowledge Sector yang diadakan hari ini diHotel Aryaduta, diawali dengan pembahasan mengenai Tracing Indonesia New Path : Revitalizing Knowledge To Reduce Poverty dengan pilihan tema mengurangi kemiskinan di dalam masyarakat. Fokus penting dalam hal ini ialah memberdayakan sumber daya manusianya. Langkah ini dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan dasar dan pendidikan lainnya sehingga memberikan manfaat bagi semua orang. Peningkatan-peningkatan tersebut akan membawa dampak positif pada kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain.

Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran lembaga-lembaga penelitian yang memberikan kontribusinya dalam memberikan data yang akurat dan komprehensif. Penelitian dan pengetahuan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan sistem pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian yang terfokus dapat membantu pemerintah untuk membuat kebijakan yang mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Maka diperlukan peningkatan di bidang kesehatan dan pendidikan untuk mengurangi angka kemiskinan. Hal tersebut dilakukan melalui universitas dan lembaga riset yang ada. Lembaga penelitian dapat memberikan usulan yang independen dengan menggunakan bukti-bukti yang ada. Saran dari lembaga penelitian yang kompeten akan memberikan kualitas data dan analisis yang terjadi di dalam masyarakat sehingga dapat membantu mempengaruhi kebijakan publik yang kelak akan mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Press Conference

Debat dan dialog yang akan dilakukan pada hari kedua (3-4 Oktober) akan memberikan gambaran tentang investasi untuk sektor pengetahuan dan pendidikan. Menurut para pakar internasional dan think tank (lembaga kebijakan) terkemuka, pengetahuan dan penelitian merupakan pendukung penting dalam pembangunan negara-negara bekembang dan bependapatan menengah. Fokus dari konferensi ini adalah "Menyusuri Jejak Baru Indonesia : Revitalisasi Pengetahuan Untuk Pengentasan Kemiskinan" melalui penelitian yang berkelanjutan untuk menumbuhkan perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Kesejahteraan Indonesia di masa depan akan bergantung dalam pengelolaan dan pemanfaatan pengetahuan oleh para pimpinannya.

Dalam dialog tersebut akan dibahas mengenai perencanaan strategis apa yang akan dilakukan dalam membentuk sebuah lembaga penelitian yang komprehensif. Knowledge sector akan memberikan perencanaan strategis di dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Selain itu, strategi ini akan membantu untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan. Penelitian yang pernah dilakukan diharapkan tidak hanya menjadi pencapaian seseorang ataupun lembaga tertentu tetapi dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat Indonesia (Ika).

 

r3okto

eHealth in the Americas

PAHO/WHO KMC Seminar Series:

" eHealth in the Americas "

Website: bit.ly/S7uTe3

The Member States of the Pan American Health Organization approved in 2011, the implementation of a Regional eHealth Strategy and Plan of Action to all the countries in the Americas Region. One of the key elements of the strategy is knowledge and information sharing among member states and stakeholders.

The proposed KMC Seminar series on eHealth aim at contributing to this important debate by bringing different themes of relevance and key players working on eHealth globally to ensure knowledge sharing among people and institutions and convergence in the implementation of eHealth National Strategies and plan of actions; and also to inform public health stakeholders and other decision makers in the health sector, to better take part in the debate.

Seminar Nº1: eHealth and The Rockefeller Foundation Experience and Vision

By Karl Brown, Associate Director, Applied Technology at Rockefeller Foundation

Karl Brown joined the Rockefeller Foundation in 2006. As Associate Director of Applied Technology, Brown is focused on the application of information technology to the programmatic work of the foundation. He is working on exploring and nurturing imaginative uses of technology by Rockefeller grantees, and improving collaboration and knowledge management within the Foundation.

Prior to joining the Rockefeller Foundation, Brown worked as the Chief Technical Officer of GNVC, an NGO that fostered entrepreneurship in Ghana . Previously, Brown was a technical team lead with Trilogy, where he developed and deployed enterprise systems and consumer-facing websites for Fortune 500 companies such as Ford and Nissan. Brown received a Bachelor of Science in Computer Science from Stanford University and a Master of International Affairs from Columbia 's School of International and Public Affairs.

When            : Friday October 5th. 2012
Language     : English
Time             : 2:00 pm – 3:00 pm - EST ( Washington , DC USA ) To check your time zone, see the World Clock

Virtual room : http://www.paho.org/virtual/ict4health

Agenda

2:00

Welcome Remarks - Marcelo D’Agostino KMC Area Manager PAHO/WHO

2:05

eHealth and The Rockefeller Foundation Experience and Vision
Karl Brown, Associate Director, Applied Technology at Rockefeller Foundation

2:30

Comments, Questions & Answers
Moderator: PAHO/WHO

3:00

Concluding Remarks :
Marcelo D’Agostino KMC Area Manager PAHO/WHO


To participate online:

To login to the Virtual session, use the link below and type your name on the sign in page:

URL: http://new.paho.org/virtual/ehealth
 

Related material:

PAHO/WHO eHealth portal: http://new.paho.org/ict4health

CD51/13 — PAHO/WHO Strategy and Plan of Action on eHealth
CD51/13 — OPS/OMS Estrategia y Plan de acción sobre eSalud
CD51/13 — OPAS/OMS Estratégia e Plano de Ação para eSaúde
CD51/13 -- OPS/OMS Stratégie et Plan d'action sur la cybersanté
 

Additional information:

·  The KMC Seminar series will happen every two months
·  All Seminars will be life-streamed, and opened for participation via Elluminate, or via telephone line.
·  For those who cannot follow the live seminar, we will have the recordings and presentations available at

Knowledge Sector Conference

"Knowledge Sector Conference"

Developing Influential Think Tanks: what does it take to be one?'

Arya Duta Hotel, Jakarta

2-4 October 2012

Hosted by AusAID

Reportase Hari I  Reportase Hari II  Reportase Hari III

Lembaga kajian strategis memiliki kesempatan untuk dapat terlibat dengan pembuat kebijakan. Mereka menghadapi berbagai tantangan untuk membangun mereka sendiri menjadi semakin kuat dan berkesinambungan. Banyak perjuangan untuk menemukan sumber dana yang berkelanjutan dan menjaga dengan baik perpustakaan dan fasilitas.

Jadi apa yang membuat sebuah lembaga kajian strategis menjadi kredibel dan sukses? Dibalik semua itu banyak hal yang dapat dicapai untuk menuju kesuksesan dari lembaga tersebut.

Maka melalui "Konferensi Knowledge Sector" akan menyelidiki semua bahan-bahan kunci yang ada di dalam pemikiran para pemimpin Lembaga Kajian Strategis di seluruh dunia; mulai dari bagaimana memepertahankan dan merekrut staff yang baik, menjaga jaringan dengan akademisi ataupun organisasi sipil lainnya, media dan pemerintah: perencanaan strategis, profil institusi, mekanisme jaminan kualitas dan model pembiayaan.

Dalam memantapkan pencapaian pembentukan lembaga Kajian Strategis maka pada hari kedua diadakan Workshop mempersilahkan lembaga kajian strategis yang berasal dari Indonesia untuk berbagi pengalamannya menjadi lembaga kajian strategis yang sukses dengan mitra di luar negeri.

Sasaran dari kegiatan yang bertema "Membentuk Lembaga Kajian Strategis yang Berpengaruh" akan difasilitasi oleh tim dari INSPIRIT yaitu membahas langkah-langkah pembentukan sebuah lembaga kajian strategis (think tank) yang mapan serta memiliki pengaruh terhadap perumusan kebijakan publik di Indonesia. AusAID akan mengundang para pemimpin kajian lembaga strategis yang berasal dari Indonesia dan luar negeri untuk berbagi pembelajaran mengenai kepemimpinan, tantangan pendanaan, proyek lawan pendanaan inti, agenda penelitian, independensi, dan manajemen secara umum dari lembaga kajian strategis.

Melalui Knowledge Sector Program tujuan utama AusAID ingin memperkuat kebijakan lembaga riset atau Lembaga Kajian Strategis di Indonesia. Aksi program belajar menunjukkan bahwa perencanaan strategis memberikan lembaga kajian strategis kesempatan keleluasaan untuk fokus pada isu-isu. AusAID berharap melalui pertemuan ini akan membantu lembaga kajian strategis dapat menampilkan keberhasilan mereka dan mempelajari praktik-praktik dalam meningkatkan organisasi mereka menjadi lebih baik serta dapat memberikan pengaruh pada kebijakan supaya lebih baik.

TIMING

TOPIC

EXPLANATION

09:30 – 10:00

REGISTRATION

 

10:00 – 10:30

Opening of ‘TRACING INDONESIA’S NEW PATH: REVITALISING KNOWLEDGE TO REDUCE POVERTY’

Jacqui De Lacy (Head of AusAID Indonesia)

BAPPENAS: *Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana (State Minister for National Development Planning/Head of BAPPENAS)

Prof. Dr. Pratikno (Rector, Gadjah Mada University)

10:30 – 11:00

Key Note: Greg Moriarty, Australia’s Ambassador to Indonesia

‘Indonesia at the Crossroads’

11:00 – 11:30

Morning Tea & Press Conference for AusAID; BAPPENAS; UGM

11:30 – 12:45

SESSION I: KNOWLEDGE AND INDONESIA’S FUTURE PROSPERITY

Moderator/ Host: Irma Natalia Hutabarat

Flash talk: Indonesia in the Global Knowledge Economy, (Anies R. Baswedan, Paramadina University)

TALK SHOW:

  1. Fasli Jalal (Former Vice Minister of Education and Culture)
  2. Dewi Fortuna Anwar (VP Office)
  3. Edwin Utama (BCG)
  4. Martine Letts (Lowy Institute)

12:45 – 13:45

Lunch

13:45 – 14:15

Angklung: Performance and Interactive Play

14:15 – 15:30

SESSION II: DEMOCRACY AND DEBATE: THE ROLE OF KNOWLEDGE

Moderator/Host: Desi Anwar (Metro TV)

Flash talk: Rizal Sukma (CSIS)

TALK SHOW:

  1. Denny Indrayana (Wamen HUKUM HAM)
  2. Hari Azhar (Wakil Ketua Komisi XI DPR, Harry Azhar Azis)
  3. Nicolas Ducote (Argentine Republic)
  4. Yuna Farhan (FITRA)

15:30 – 15:45

Afternoon Tea

15:45 – 16:45

SESSION III: INVESTING IN RESEARCH FOR INDONESIA’S FUTURE

 

Moderator/Chair: Bima P. Santosa (Paramadina University)

 

Flash talk:Suahasil Nazara (TNP2K)

TALK SHOW:

  1. *Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S. (Vice Minister, Kemendikbud)
  2. Martin Lardone  (expert on research financing)
  3. Fritz Simandjuntak (Rajawali)
  4. Sangkot Marzuki (AIPI)

16:45- 17:00

Closing Remarks – Where to next for Indonesia’s Knowledge Sector?

Petra Karetji (AusAID)

Developing Influential Think Tanks: what does it take to be one?

LOCATION Arya Duta Hotel, Jakarta, 3-4 October2012 hosted by AusAID,

BACKGROUND

Think tanks in Indonesia are in interesting times. While there are many opportunities to engage with policy makers, they face many challenges in establishing themselves as strong and sustainable institutes. Many struggle to find sustainable funding sources and maintain good library and facilities; meanwhile, government policy makers are getting better equipped to discuss policies;

Despite the challenges, it is not uncommon to hear think tanks inject themselves into public policy debates about issues from corruption to poverty reduction. At the same time, many of these organisations are working to influence policy through informal channels like networking with Parliamentarians and commissioned studies ordered by policy makers themselves.

So what makes a think tank credible and successful? Behind the 'end product' of influencing policy, there is a lot that goes on behind the scenes in making a successful think tank. This conference will investigate these key ingredients that are on the minds of think tank leaders all over the world; from retaining and recruiting good staff, to maintaining networks with academia, other civil society organisations, media and government; strategic plans, institutional profile; quality assurance mechanisms and financing models.

THE MEETING: DEVELOPING INFLUENTIAL THINK TANKS: WHAT DOES IT TAKE TO BE ONE?

AusAID plans to host a two day meeting to allow think tanks from Indonesia to share their experiences in becoming successful think tanks with overseas' counterparts. The conference will also raise the profile of think tanks in Indonesia, highlight the important role of think tanks in creating knowledge for policy making and provide space to hear directly from policy makers about what they need.

AusAID will invite a series of experienced think tank leaders from Indonesia and abroad to share their lessons on leadership, funding challenges, projects versus core funding, research agendas, independence, and general think tank management. The idea is that the think tanks can share lessons and get a better idea of what does and doesn't work when trying to influence policy. This will enable AusAID partner think tanks to identify ways in which they can further improve their management, research outputs and networking abilities.

The meeting will:

  1. explore the ability of think tanks to influence public policy
  2. provide an opportunity to share experiences in building leading think tanks
  3. discuss new directions, practices and approaches needed for research institutes to best support organisational change
  4. identify opportunities for research institutes to invest in their future to ensure they continue to thrive

DRAFT PROGRAM –3-4 October 2012

DEVELOPING INFLUENTIAL THINK TANKS IN INDONESIA

DAY ONE 3 October 2012 Workshop Agenda

Time

Topic

Speaker / Facilitator

08.30-09.00

Welcome Remarks

AusAID

09.00-09.30

Workshop Orientation and Introductions

INSPIRIT

09.30-10.30

Debate: What are the most effective ways to influence policy?

PRESENTATION: Enrique Mendizabal (onthinktanks blog author and Independent Consultant)

PANEL DISCUSSION:

*Teten Masduki (Transparency International)

*Dodi Ambardi (Lembaga Survei Indonesia)

Prof. Laksono Trisnantoro (Centre for Health Service Management UGM)

10.30-11.00

Coffee

11.00-12.30

Learning from International Think Tanks

Antonia Mutoro (IPAR Rwanda)

Arun Mahizhnan (IPS Singapore)

Martine Letts (Lowy Institute Australia)

Goran Buldioski (Think Tank Fund Hungary)

12.30-13.30

Lunch

All

13.30-14.30

Learning from Indonesian Think Tanks

Rizal Sukma (CSIS)

Ilham Candekia Srimarga (Pattiro)

Daniel Dhakidae (LP3ES)

Nurul Widyaningrum (Akatiga)

14.30-15.30

Policy and Decision-making in Indonesia

Dr Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD (Wamen MenKes)

*Pungky Sumadi (Bappenas)

* Raden Siliwanti (Bappenas)

15.30-16.00

Coffee

16.00-17.30

Identifying Strengths of Think Tanks in Indonesia

INSPIRIT

19.00

Evening Reception followed by Dinner

Information Market and Exhibition.

Display area to be prepared for participants to share their work.

DAY TWO 4 October 2012 Workshop Agenda

Time

Topic

Speaker / Facilitator

08.30-09.00

Recap and Review of Day 1

INSPIRIT

09.00-10.30

Visioning Indonesia’s Think Tanks of the Future

INSPIRIT

10.30-11.00

Coffee

11.00-12.30

Change for Engagement:
What Needs to Happen for Indonesia’s Think Tanks to Successfully Influence Indonesian Public Policy

INSPIRIT

12.30-13.30

Lunch

13.30-15.00

Think Tank Clinic 1:
Research and Writing Skills

  1. Writing a Research Proposal
  2. Writing a Policy Brief
  3. Setting a Research Agenda
  1. Martin Lardone; IRE; ICAIOS; and SMERU
  2. Arun Mahizhnan; Antonia Mutoro; KPMAK; and Mitra Samya
  3. Goran Buldioski; Survey Meter; Komunitas Konservasi Indonesia Warsi

15.00-15.30

Coffee

15.30-17.00

Think Tank Clinic 2:
Communication and Engagement

  1. Producing a useful communication strategy
  2. Writing in the media
  3. Linking with policy makers
  1. Enrique Mendizabal; ICW; Jurnal Celebes
  2. Arun Mahizhnan; PUSKAPOL UI; SEKNAS FITRA
  3. Antonia Mutoro; JIKTI/ BAKTI; KOPEL MAKASSAR

17.00-17.30

Participants Reflections

INSPIRIT

17.30

Closing Remarks

AusAID

AUSAID AND SUPPORTING INDONESIA'S KNOWLEDGE SECTOR

One of the aims of AusAID's Knowledge Sector Program is to strengthen policy research institutions - or Think Tanks - in Indonesia. AusAID currently supports seven policy research organisations through the Asia Foundation's Action Learning Program. This number is set to increase with the next round of selection set to be completed in 2012.

The Action Learning Program showed that the problems faced by think tanks in Indonesia are common to think tanks all over the world. For example, they find it difficult to attract sustainable funding sources; mostly influence policy through informal networks; juggle contract work and have little funding for base research; and have limited time and resources to build their organisational, technical and advocacy/ networking capacities.

The Action Learning Program showed that strategic planning gave think tanks the breathing space to focus on these issues. Along with space to do strategic planning, the pilots were also provided with core funding to implement activities identified in their strategic plans and to capture what they learned.

AusAID recognises that research organisations need flexible, long-term core funding to survive as strong and credible institutes. It also understands that many of these think tanks struggle to think strategically about their future over the next project cycle – and to imagine a world where policy makers actively seek out and use their research. This is mainly because most organisations survive on being contracted by foreign donors to complete targeted projects.

AusAID hopes that this meeting will help think tanks to showcase their successes and learn best practices in improving their organisation to better be able to influence policy better.