Health System Research Symposium

Health System Research Symposium
Beijing, 31 Oktober-3 November 2012

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari IIILaporan Hari IV

Laporan Hari I - 31 Oktober 2012

securedownloadSuasana registrasi Health System Researh Symposium, Beijing (31/10/2012)Health System Research Symposium ke-2 yang diadakan pada tanggal 31 Oktober – 3 November 2012 ini ditujukan untuk mengevaluasi kemajuan, berbagi pengalaman dan membuat agenda penelitian untuk mempercepat terwujudnya Universal Health Coverage (UHC) secara global. Kurang lebih 1.700 peserta berasal dari bermacam kalangan, mulai dari para peneliti, pembuat kebijakan, donor, konsultan teknis, civil society, serta pemangku kepentingan lain di seputar sistem kesehatan. Simposium ini akan membahas berbagai topik seputar riset sistem kesehatan, dan dialog-dialog di dalamnya diharapkan akan mengarah pada implementasi dan riset yang lebih sustain serta bagaimana hasil riset tersebut digunakan dalam membuat kebijakan kesehatan.

Hari pertama simposium dimulai dengan Satellite Sessions yang diberikan oleh berbagai institusi riset dan akademik, serta lembaga non-pemerintah. Daftar lengkap sesi satelit yang dipresentasikan hari ini dapat dilihat di link berikut.

Satellite Sessions:

Salah satu sesi satelit yang diangkat hari ini disampaikan oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine dengan tema "Innovation and integration: new evidence on measurement, cost-efficiencies and health impact of integrated service delivery". Dengan adanya berbagai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh proyek-proyek dan inisiatif yang berbeda, efektivitas serta kualitas pelayanan menjadi aspek yang sangat penting untuk dievaluasi. Sesi ini khususnya mengangkat proyek integrasi pelayanan HIV dan kesehatan reproduksi di Afrika.

Riset ini sangat menarik karena riset ini berusaha mengkuantifikasi efektivitas serta seberapa jauh integrasi pelayanan HIV & reproduksi telah berhasil di level primer. Riset ini mengembangkan indeks integrasi yang dibuat berdasarkan beberapa indikator, yaitu: integrasi fisik, intergrasi temporal, integrasi penyedia jasa dan integrasi fungsional. Keempat indikator integrasi ini diharapkan dapat menunjukkan level keberhasilan integrasi proyek.

Hasil yang diperoleh ialah level keberhasilan integrasi berbeda-beda antar pusat pelayanan kesehatan di Uganda dan Kenya (tempat di mana penelitian ini dilakukan). Indikator yang diciptakan ini menunjukkan kesesuaian dengan kesan yang didapat oleh para ahli atau pekerja kesehatan yang ditempatkan di pusat pelayanan kesehatan tersebut. Sehingga, indikator ini menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan integrasi suatu inisiatif.

Hal lain yang menarik adalah, ternyata efektivitas pelayanan tidak hanya bergantung pada apakah suatu pusat pelayanan dapat memberikan beberapa fungsi sekaligus, tapi juga pada persepsi masyarakat. Misalnya, penggunaan pusat pelayanan HIV yang telah terintegrasi dengan jenis pelayanan lain ternyata lebih efektif. Dan bukan hanya karena masyarakat dapat mengakses beberapa jenis pelayanan sekaligus, tapi juga karena stigma yang diterima oleh pasien HIV berkurang, karena pusat pelayanan kesehatan tersebut bukan lagi merupakan pusat terapi HIV. Sehingga orang lain tidak serta-merta mengetahui tujuan pasien tersebut datang ke pusat pelayanan kesehatan tersebut. Proyek dan penelitian ini masih terus berlangsung, dan silahkan kunjungi website Integra Initiative untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

Sesi satelit lainnya diberikan oleh USAID, dengan tema "Getting real" through NGO partnerships with policy-makers and researchers to test innovative, scalable solutions to implementation challenges: community health systems research on reaching neglected populations in LAC, Africa and Asia". Sesi ini memperkenalkan lebih jauh bagaimana beberapa program USAID telah berjalan di berbagai negara. Sesi ini juga memaparkan pendekatan yang digunakan USAID yaitu operations research serta lebih mengintegrasikan proyek USAID dengan NGOs dalam jenis riset ini.

Alasan USAID untuk lebih mendekatkan diri dengan NGO antara lain; pertama, program dapat efektif jika menggunakan keahlian yang sudah tersedia di negara tersebut. Kedua, NGO adalah pihak yang berada di dunianya (real world), sehingga diharapkan lebih dapat membantu perluasan suatu intervensi dengan solusi yang praktis. Ketiga, mendorong kerjasama dengan komunitas local melalui NGO, sehingga intervensi menjadi lebih kerkesinambungan serta masyarakat juga merasa memiliki inisiatif tersebut.

Case Study 1:

Salah satu case study (yang merupakan operations research) yang diangkat dalam sesi ini adalah CHS dari Ekuador. Permasalahan yang ada adalah terfragmentasinya sistem kesehatan di level provinsi, dan tidak berhubungan dengan komunitas dalam pemberian intervensi KIA. Solusi yang inovatif dilakukan melalui jaringan/micronetwork yang terdiri dari professional obstetric dan pediatri, dan memberikan pelatihan serta pelayanan KIA. Pelatihan diberikan ke dukukn beranak serta komunitas dan kader kesehatan. Pertanyaan penelitian: Apakah pendekatan micronetwork ini dapat meningkatkan caupan pelayanan ksehatan ibu dan anak di Ekuador?

Hasil awal penelitian:

  1. Micronetwork KIA ini dapat meningkatkan keterlibatan dukun beranak, sehingga status rujukan ibu hamil meningkat
  2. Pengetahuan dukun beranak mengenai persalinan yang bersih dan aman meningkat, serta keikutsertaan masyarakat dalam sistem rujukan menunjukkan perbaikan

Case Study 2:

Hellen Kelles Group, Nepal. Permasalahannya ialah malnutrisi yang terjadi terus-menerus, terutama pada anak balita, ibu menyusui serta ibu hamil. Solusi/ intervensi melalui integrasi program nutrisi dengan menggabungkan kebijakan Kementerian Agrikultur dengan Kementerian Kesehatan. Pertanyaan penelitiannya yaitu apakah integrasi program perbaikan agrikultur dapat meningkatkan status nutrisi dan outcome kehamilan? Hasil penelitian ini adalah terdapat perbaikan nutrisi di kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan lesson learned dari beberapa operational research yang telah dilakukan oleh USAID meliputi : methods, interest -> other funding sources, national influence, local research capacity dan dokumentasi. Sementara tantangan yang harus dihadapi diantaranya :

  1. Ketidaksesuaian antara NGO dengan akademisi, terutama dalam hal metodologi yang digunakan dalam penelitian serta penelitian jenis apa yang bisa diterbitkan di jurnal
  2. Peneliti umumnya tertarik untuk menjawab pertanyaan faktor apa yang berhubungan dengan status kesehatan yang baik. Sementara NGO lebih tertarik dengan apa yang berhasil di lapangan serta dapat meningkatkan cakupan intervensi kesehatan yang benar-benar berhasil untuk memperbaiki status kesehatan
  3. Selalu ada perbedaan antara metodologi praktis yang digunakan oleh NGO dengan yang digunakan oleh akademisi/peneliti yang cenderung lebih bersifat 'gold standard' namun tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan

Sesi ini lebih menekankan peran USAID dan NGO dalam melakukan operational research, dan menyampingkan peran akademisi dalam mengembangkan metodologi penelitian yang ideal. Presenter juga menekankan bahwa penelitian akademik yang ada sekarang cenderung tidak dapat diimplementasikan. Akan menarik sekali untuk terus mengikuti arah yang diambil USAID dalam tahun-tahun ke depan, terutama berbagai grant yang diberikan USAID dalam bentuk operation research, pertanyaan lain yang muncul yaitu apakah penelitian seperti ini yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang? Dan di mana tempat bagi penelitian akademik di dunia social science dan public health

Beberapa presentasi yang diberikan pada saat plenary session di simposium global Health System Research-Beijing dapat diunduh melalui website ini.

Presentasi-presentasi ini akan memberikan gambaran mengenai Universal Health Coverage (UHC) di beberapa negara berkembang dan maju, serta proses untuk mencapai UHC dan tantangan yang dihadapi.

Memang, tidak ada definisi yang mudah untuk Universal Health Coverage, namun mari kita merenungkan kembali definisi Universal Health Coverage yang telah dipatrikan oleh World Health Organization (WHO):

"Everyone in the population has access to appropriate promotive, preventive, curative and rehabilitative health care when they need it and at an affordable cost"

Sehingga pertanyaan untuk kita sebagai orang Indonesia mungkin adalah:

  1. Apakah Indonesia dapat mencapai target UHC pada tahun 2014 nanti?
  2. Apa yang harus kita persiapkan untuk mencapai cakupan pelayanan semesta untuk seluruh rakyat Indonesia? Apakah sekedar menaikkan cakupan jaminan kesehatan atau lebih kompleks lagi: memperbaiki keseluruhan sistem kesehatan terutama pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi?

31 October 2012

17:30-19:00 PLENARY SESSION

Kiril Danishevskiy, Professor, Higher School of Economics, Russian Federation

Balancing the legacy of universal health coverage and the free market: Russia’s challenge

Malebona Precious Matsoso, Director General of Health, South Africa
Universal health coverage in South Africa: challenges and lessons learnt

Wang Longde, Dean of the School of Public Health, Zhejiang University, People’s Republic of China

Universal health coverage in China: Lessons learnt in chronic disease prevention and care

Srinath Reddy, President, Public Health Foundation of India
Will India embrace universal health coverage?

1 November

9:30-11:00 PLENARY SESSION

HE Chen Zhu, Minister of Health of the People’s Republic of China
Towards universal health coverage: Progress and achievements of the health reform in China

2 November 2012

16:30-18:00 Enhancing health system performance through technology

Chair: Jailson De Barros Correia, Director of Science and Technology, Ministry of Health, Brazil

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kongres Nasional ke 14 Jaringan Epidemiologi Nasional
Epidemiologi Sosial dalam Mendukung Pelayanan Kesehatan Primer

Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, 6-8 november 2012 

Laporan Hari I  Laporan Hari II Laporan Hari III

Laporan Hari Pertama Konas JEN ke-14 

ftjen1Sesi Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi (6/11/12)Konas JEN ke-14 yang dilaksanakan selama 3 hari mulai 6 sampai dengan 8 November 2012 di Surakarta dilatarbelakangi oleh rekomendasi determinan sosial yang diberikan Komisi Determinan Sosial Kesehatan (CSDH) WHO pada tahun 2008 yang diharapkan menghasilkan sistem kesehatan yang paripurna dan mampu mencapai keadilan dan kesetaraan kesehatan populasi. Dari Konas ini diharapkan dapat dihasilkan suatu rekomendasi intervensi ekonomi dan hukum bagi pembuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan primer.

Konas JEN ke-14 dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan pra-kongres (hari I), seminar dan rapat pengurus (hari II), serta kongres JEN (hari III). Kegiatan pra-kongres pada hari pertama Konas JEN ke-14 dilaksanakan dalam bentuk pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para anggota institusi JEN. Pelatihan terdiri atas 5 topik yang terbagi dalam 3 kelas paralel. Topik-topik tersebut adalah "Pelatihan Penulisan untuk Publikasi Internasional", "Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi", "Metode Survei Cepat pada Populasi Risiko Tinggi", "Penerapan Analisis Multilevel untuk Penelitian Kesehatan", serta "Pelayanan dan Penelitian pada Kelompok Miskin/Kumuh Perkotaan". Salah satu topik terkait kebijakan kesehatan adalah "Penyusunan Policy Brief Berdasarkan Hasil Studi Epidemiologi" yang disampaikan oleh Direktur Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK UGM) Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D.

Berikut materi pendukung yang dapat diunduh :

  1. Analisis Kebijakan
  2. Contoh NCD brief for policy makers 1
  3. Contoh-NCD brief for policy makers 2
  4. Policy Brief berbasis data/hasil penelitian epidemiologis: Studi Kasus KIA
  5. How to Write a Policy Brief (IDRC)
  6. Surveillance and response for maternal death
  7. Analisis Kebijakan dan Policy Brief

Policy brief merupakan dokumen singkat yang menyajikan penemuan dan rekomendasi dari penelitian yang ditujukan kepada audiens non-pakar dan merupakan alat untuk menyampaikan masukan terhadap kebijakan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun suatu policy brief antara lain mempertimbangkan siapa pembaca yang dituju (siapa, bagaimana pemahaman pembaca mengenai topik yang diangkat, dan bagaimana keterbukaan pembaca terhadap pesan yang akan disampaikan), bagaimana policy brief tersebut dapat mengena bagi pembaca (apakah yang menjadi pertanyaan, ketertarikan dan concern pembaca, apa yang dibutuhkan supaya pesan policy brief sampai kepada pembaca), menggunakan kekuatan persuasi (apakah keuntungan bagi pembaca), dan fokus pada satu topik dengan menyampaikan tujuan, poin penting, serta melalui penyampaian yang efektif.

Dalam penjelasannya mengenai penyusunan policy brief, secara lebih mendalam pembicara mengangkat topik policy brief dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA). Ditekankan pentingnya melihat angka absolut kematian ibu dan bayi disamping angka estimasi (rate), dalam menginterpretasi kondisi kesehatan ibu dan dalam menyusun kebijakan terkait hal tersebut terutama di tingkat lokal (kabupaten/kota). Dengan melihat angka absolut diharapkan akan muncul sense of urgency yang lebih kuat. Selain peningkatan angka absolut, faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah pergeseran tempat kematian ibu di masing-masing daerah, sebagai contoh bergesernya kematian ibu di Pulau Jawa dari non fasilitas kesehatan menjadi di rumah sakit. Di mana di antaranya banyak kematian bisa dicegah.

Berdasar hal di atas diharapkan pendekatan surveilans respons dapat digunakan untuk mengurangi angka kematian absolut yang pada akhirnya akan mengurangi angka kematian ibu dan anak (rate). Penggunaan data absolut diharapkan dapat memberikan respons segera dan mengatasi kendala jeda waktu seperti pada penggunaan data estimasi. Respons segera tersebut di antaranya meliputi perbaikan sistem rujukan, perbaikan mutu pelayanan di rumah sakit, dan perbaikan mutu pelayanan di puskesmas dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai penanggung jawab (tingkat lokal). Dalam diskusi ditekankan pula pentingnya komunikasi yang tepat kepada pengambil keputusan. (Rosa)

 

Seminar Australia Awards-Professional Development Series

Seminar Australia Awards-Professional Development Series

Hari ini, tanggal 18 Oktober 2012, sedang berlangsung seminar kesehatan di bawah program : Australia Awards Alumni-Professional Development Series, dengan topik utama "Better Health : Strengthening National Health System". Acara ini dibuka oleh Prof. Ali Ghufron selaku Wakil Menteri Kesehatan, dan juga sebagai alumnus penerima beasiswa Australia Awards. Seminar tahun ini khusus mengangkat topik kesehatan dan mengundang para alumnus yang mengambil studi terkait kesehatan di Australia. Pertemuan ini adalah ajang pengembangan kapasitas untuk para alumnus Australia Awards, serta untuk menjalin koneksi dan kerjasama dengan sesama alumni dan peserta lain.

Seminar satu hari ini menampilkan sembilan presentasi seputar isu kesehatan, termasuk topik Improvement in Service Quality, The Role of Good Quality Data, serta Role of Private Sector. Keynote speech yang disampaikan oleh Prof. Ali Ghufron membahas rencana Universal Health Coverage di Indonesia, serta tantangan yang perlu dijawab oleh para akademisi serta peneliti dalam hubungannya dengan evidence-based policy making di sektor kesehatan. Untuk acara selengkapnya, dapat dilihat disini, dan silahkan kunjungi website www.australiaawardsindo.or.id untuk informasi mengenai seminar dan beasiswa.

Time

Session No

Session Details

0800-0900

Registration

 BAZAAR / INFORMATION TABLES in area outside of the meeting room (for list of participants see last page of this booklet)

0900-0915

Opening
Session

Welcome by MC—Putu Ayu Indrayathi (UMel 2009)

Opening Address by AusAID 

0915-1000

Keynote  Speaker

Major challenges in strengthening national health systems in Indonesia – from the national government’s perspective - Ministry of Health  - Prof Dr Ali Ghufron Mukti, Vice Minister (Q&A inclusive) 

1000-1015

 

Research poster competition announcement by Michael Bracher, Program Manager, Australian Development Scholarships—Indonesia

1015-1045

BREAK

 

1045-1100

 

Introduction to AusAID’s Health System Strengthening Partnership by Ria Febriany Arief, Program Manager, AusAID Health Unit (Q&A inclusive)

1100-1145

 

Research to policy - AusAID’s perspective by Debbie Muirhead, Senior Analyst Health, AusAID Jakarta (Q&A inclusive)

1145-1200

 

AusAID’s Australian Volunteers for International Development program—introducing volunteers in Bali by Emily Serong, First Secretary (Scholarships and Volunteering) AusAID

1200-1300

LUNCH

 

Alumni
Presentations

Theme 1a

Quality Improvement—improvement of services

 1300-1335

 

Dr Hardisman Dasman  (Flinders 2008) - human resources
Yohanes Kambaru Windi (Mel 2008) - services for scavengers
Dr Augustina Situmorang  (ANU 2001)-reproductive health services (Q&A inclusive)

 

Theme 1b

Quality Improvement—the role of good quality data

1335-1410

 

Dewi Anggraini (RMIT 2008) - maternal & neonatal examinations
Lubna Algadrie (USyd 1985) - HIV data
Luh Putu Lila Wulandari (UNSW 2008) - HIV data 
(Q&A inclusive)

Presentations

Theme II

Role of private sector

1410-1445

 

Badrut Tamam  (Flinders 2008) - Rumah Sehat Madani
Grace Monica (UNSW 2011) - International SOS
Maria Omega (UQ 2006)- research & development
(Q&A inclusive)

Presentations

Theme III

Non-communicable disease prevention and control

1445-1500

 

Dr Brahmaputra Marjadi (UNSW 2009) - NCD experiences in less developed countries
(Q&A inclusive)

1500-1530

BREAK

 

1530-1645

Panel Discussion

Turning knowledge into policy to improve health
Moderator—Dwidjo Susilo (UMel 2008)

 

Panelist 1

Brahmaputra Marjadi PhD (UNSW 2009)

 

Panelist 2

Dr Widyastuti Wibisana (WHO National Consultant  for Tobacco Free Initiative)

 

Panelist 3

Tiara Marthias (UMel 2011)

1645-1700

Closing Session

Plenary / Tim Perumus  -  Closing remarks by Suryani

Simposium "Menuju Jaminan Kesehatan Semesta yang Berkeadilan dan Merata"

spesertasimSuasana para peserta Pra SimposiumPra Simposium dan Simposium jaminan kesehatan semesta dibuka hari ini (9/10) di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta. Pra Simposium akan dilakukan selama dua hari, yaitu 9-10 Oktober 2012. Sementara simposium akan diadakan pada 11-12 Oktober 2012 mendatang. Pihak penyelenggara acara ini ialah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kemenkes RI.

Para peserta yang mengikuti simposium ini berasal dari akademisi, praktisi, peneliti dan birokrat. 'Kami mengundang para peserta melalui website dan undangan ke perguruan tinggi, lembaga penelitian, Balitbangda, Forum Kelitbangan dan juga para pemerhati kesehatan', ungkap Anwar Musadad, SKM, M.Kes, Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI. Simposium ini dilakukan per tahun, nasional, regional, internasional, sehingga acara ini bersifat umum, massal dan melibatkan banyak pihak.

Fokus utama simposium ini untuk melakukan diseminasi atau mengkomunikasikan hasil penelitian dan perguruan tinggi dan balitbang Kemenkes. Diseminasi yang kami lakukan diantaranya dengan menawarkan peneliti jika ingin berbagi ilmu dengan peneliti lain. Hal yang kami lakukan menyertakan judul dan abstrak penelitian dari peneliti umum yang kemudian dimuat dalam jurnal yang dibagikan gratis, sehingga para peneliti dapat saling mengakses hasil penelitian satu sama lain atau melalui litbang. Simposium ini penting untuk memberikan nafas untuk para peneliti dan saling berbagi informasi baru dalam penelitian. Sementara, harapan dengan terselenggaranya acara ini :

  1. Hasil penelitian dapat terdistribusikan sampai pengambil kebijakan atau dapat dikatakan mampu ikut mewarnai kebijakan yang ada pada tingkat pemerintah pusat dan daerah.
  2. Kegiatan ini untuk membangun capacity building untuk para peneliti dimana komunikasi dan penyajian termasuk di dalamnya.

Pelatihan yang diselenggarakan dalam simposium ini meliputi : pertama, metode pelatihan klinis, melalui pelatihan ini para peserta akan memperoleh lisensi dan kapasitas untuk penelitian klinis. Kedua, public health law yaitu pelatihan yang membahas tentang implikasi hukum jika terjadi penyimpangan kesehatan. Ketiga, equity analysis yaitu bagaimana agar peneliti mampu menganalisis ketimpangan pembangunan kesehatan antar daerah. Pembicara dalam pelatihan ini diantaranya berasal dari WHO dan World Bank. Keempat, program satelit yang terbagi dua yaitu Kongres Asosiasi Peneliti Indonesia (APKESI) yang beranggotakan pegawai kesehatan, perguruan tinggi dan pihak yang memiliki minat dalam penelitian. Program satelit yang kedua yaitu akan diadakan temu bisnis dimana penelitian mengarah pada hak paten (produk HKI) dan bagaimana menindaklanjuti hal ini. Misalnya penelitian tentang galaktoman dimana ampas kelapa menjadi unsur yang dapat menurunkan kolesterol. Penelitian ini dilakukan oleh Litbang Kemenkes dan telah memperoleh hak paten.

Endang Sri Widyaningsih, SKM, M.Kes, Sekertaris Panitia Simposium Regional mengungkapkan tujuan simposium ini antara lain :

  1. Mempublikasikan hasil-hasil ilmiah di dalam dan di luar Litbang Kemenkes.
  2. Terwujudnya kesepahaman antar stakeholder.
  3. Para peneliti dapat meningkatkan kualitas melalui angka kredit dari simposium yang digelar tiap tahunnya. Dalam simposium regional ini akan disepakati Mou antara Kepala Balitbang Kemenkes dan Kepala Balitbang Daerah yaitu tentang penyebab kematian dan resource sharing riset kesehatan dasar 2013 (Wid).

Simposium Regional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan I

Kerangka Acuan

Simposium Regional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan I
(The 1st Regional Symposium on Health Research and Development)

Yogyakarta, 9-12 Oktober 2012

reportase

PENDAHULUAN

Social Determinants of HealthPenelitian merupakan bagian penting dalam pembangunan program kesehatan suatu negara. Sebagai salah satu instrument dalam pengembangan program kesehatan berbasis bukti serta dalam mengukur kinerja sistem kesehatan akan lebih mengarahkan pelayanan kesehatan yang fokus pada kebutuhan masyarakat khususnya kelompok rentan. Penelitian juga dapat menilai kemajuan kinerja sistem kesehatan pada setiap indikator baik input, proses, output, dan outcome .

Pemerintah Indonesia telah mengarahkan sistem kesehatan nasional ke arah pelayanan kesehatan yang mengadaptasi konsep "universal coverage" yang memperhatikan aspek "equity" dan "equality". Konsep "universal coverage" yang komprehensif merupakan pendekatan yang melibatkan semua dimensi pelayanan kesehatan termasuk dari aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penelitian yang berkualitas akan dapat memberikan bukti yang kuat untuk mendukung reformasi sistem kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di negara tetangga.

Sebagai bagian dari konsep pembangunan berkelanjutan, kesehatan harus selalu ada dalam semua aspek pembangunan negara dan bangsa termasuk didalamnya aspek sosial, lingkungan dan budaya. Pendekatan ekologi kesehatan dapat menjelaskan keeratan hubungan antara determinan sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi. Determinan sosial dan budaya dapat merupakan faktor akar rumput dari perilaku berisiko kesehatan di masyarakat. Masyarakat yang tinggal dalam kemiskinan dan mempunyai pendapatan kurang, cenderung akan mendapatkan dampak negatif dari sistem kesehatan yang tidak memperhatikan aspek "equity dan equality". Beberapa penelitian sudah memberikan bukti keterkaitan antara faktor lingkungan dengan munculnya beberapa penyakit "emerging" dan "re-emerging" serta perubahan pola penyakit di masyarakat sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi di semua bagian di dunia ini.

Dengan demikian, perbaikan status kesehatan masyarakat dapat juga berarti kebutuhan untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi, pelayanan kesehatan yang lebih merata dan adil serta menciptakan lingkungan yang sehat serta mengantisipasi perubahan lingkungan dalam upaya meminimalkan dampak perubahan iklim bagi kesehatan. Untuk itu simposium ini diharapkan memberikan informasi hasil-hasil penelitian sebagai bukti keterkaitan issu diatas yang selanjutnya dapat berkontribusi dalam proses pengembangan kebijakan kesehatan demi kepentingan kesehatan masyarakat.

TEMA

Menuju Jaminan Kesehatan Semesta yang Berkeadilan dan Merata
(Towards Universal Health Coverage and Equity)

SUB TEMA

  1. Tantangan dan ancaman dalam implementasi jaminan kesehatan semesta (Challenges and Threats Toward Universal Health Coverage)
  2. Penguatan sistem kesehatan (Health System Strengthening)
  3. Determinan kesehatan (kesehatan lingkungan, sosial budaya, gizi, penyakit menular, penyakit tidak menular) (Determinant of Health (Environmental Health, Socio-Cultural, Nutrition, Non Communicable Diseases, Communicable Diseases))

KEGIATAN

A. Tanggal 9-10 Oktober 2012 : Pre Simposium akan mengadakan Workshop and Training dengan topik :

  1. Good Clinical Practice (GCP)
  2. Bio Safety & Bio Security
  3. Public Health Law & Ethics
  4. Equity Analysis

B. Tanggal 11-12 Oktober : Simposium dan Exhibition & Poster Session dengan acara :

  1. Opening Ceremony

     Wellcome Speech : Menteri Kesehatan RI
     Keynote Speech : Wakil Menteri Kesehatan

  2. Press Conference : Menteri Kesehatan, Wakil Menteri Kesehatan, Kepala Badan Litbangkes
  3. Plenary dan Parallel Session 1 dengan pembicara dari luar dan dalam negeri
  4. Gala Dinner
  5. Plenary Session 2, Parallel Session 2 dan 3 dengan pembicara dari dalam negeri
  6. Conclusion dan Clossing Ceremony

WAKTU DAN TEMPAT

Simposium regional akan dilaksanakan tanggal 9-12 Oktober 2012 di Inna Garuda Hotel Jl. Malioboro No. 60 Yogyakarta Telp. +62274 566353, 566322.

PESERTA

Peserta diharapkan dari Indonesia dan dari negara tetangga ASEAN dan dengan menggunakan bahasa pengantar Melayu.

PEMBIAYAAN

Pelaksanaan simposium regional tahun 2012 dibiayai dari DIPA Satker Sekretariat Badan Litbang Kesehatan tahun anggaran 2012.

 

Time

Activity

Speaker

Moderator

Location

Pre Symposium : October 9, 2012

08.00-09.00

Registration

 

Organizing Comitee

Lobby

09.00-17.00

Pre-Symposium : Workshop and Training

  1. Good Clinical Practices
  2. Bio Safety and Bio Security
  3. Public Health & Ethics
  4. Equity Analisis

 

 

Room 1-4

Wednesday-October 10,  2012

09.00-16.00

Pre-Symposium :

  1. GCP
  2. Bio Safety and Bio Security

 

 

Room 1-2

Satellite Programme

Tuesday, October 9, 2012

11.00-13.00

Registration

 

Organization Comittee

Lobby

13.00-21.00

Intelectual Property Rights/HKI

NIHRD IPR Commision

 

Room 4

19.30-22.00

Scientific Meeting

Indonesian Health Researcher association/APKESI

 

Room 3

Wednesday, October 10 2012

08.00-09.00

Registration

 

Organization Comittee

Lobby

09.00-21.00

Indonesian Health Researcher association/APKESI Conggress

Indonesian Health Researcher association/APKESI

 

Room 3

19.30-22.00

Intelectual Property Rights/HKI

NIHRD IPR Commision

 

Room 4

Exibitiion & Poster Session : Thursday-Friday, 11-12 October 2012

Symposium

Thursday, October  11, 2012

08.00-09.00

Registration

 

Organizing Comitte

Lobby

09.00-09.30

National Anthem & Welcome Dance

Opening Ceremony : Comitee Report (DG NIHRD)

 

 

Nakula Sadewa

09.20-09.45

Welcome Speech and Photo Session

Minister of Health

 

Nakula Sadewa

09.45-10.00

Press Conference

  1. Minister of Health, RI
  2. Professor Ali Ghufron Mukti
  3. Dr. dr. Trihono, M.Sc

 

 

10.00-10.15

 

Coffee break

 

 

10.15-11.00

Keynote Speech “Social Security Excecuting Agency/BPJS”

  1. Professor Ali   Ghufron Mukti

 

Nakula Sadewa

11.00-12.15

Plenary session 1 “Chalengges and Threat toward Universal Coverage” 

  1. WHO
    (Who support on universal health coverage implementation) 

Dr. Khancit Limpakarnjanarat

 

 

  1. Success Factor of Universal Health Coverages:
  1. Thailand
  2. India

 

 

  1. Key Findings of Health  Resources (Health Facility Survey/Rifaskes)

Dr. dr. Trihono, M. Sc

 

 

12.15-13.30

Poster Session

 

 

 

 

 

LUNCH

 

 

13.30-16.00

Parallel session 1

 

 

 

  1. Challenge and Threat  toward Universal Coverage (7 paper)
  2. Health System Strengthening (7 paper)
  3. Determination of Health (environment Health, Sosio Cutural, Nutrition, NCD, CD) (7 paper)
  • Basic Approach
  • Applide Approach

 

 

Room 1

Room 2

Room 3

 

 

  1. Others (7 paper)

 

 

Room 4

16.00-19.00

 

BREAK

 

 

19.00-finish

Gala Dinner

Friday-October 12, 2012

08.00-10.00

Parallel Session 2

  1. Challenges and threat toward universal coverage (6 paper)
  2. Health system strengthening (6 paper)
  3. Determinant of health (6 paper)
  4. Others (6 paper)

 

 

Room 1

Room 2

Room 3

Room 4

10.00-10.30

Poster session

 

 

 

 

Coffee break

10.30-12.00

Parallel session 3

 

  1. Challenges and threat toward universal coverage (4 paper)
  2. Health system strengthening (4 paper)
  3. Determinant of health (4 paper)
  4. Others (4 paper)

 

 

Room 1

Room 2

Room 3

Room 4

12.00-14.00

Poster Session

 

 

 

 

LUNCH

14.00-16.00

Plennary Session 2

 

Health System Strengthening

  1. Health System Strengthening
  2. Equity in universal health coverage movement

Dr. Soewarta Kosen, MPH, DrH

Proffesor Laksono Trisnantoro

 

Nakula Sadewa

 

Determinant of Health

 

  1. Reducing Regional Health Disparities : Challenge and Opportunities
  2. Social Determination of Health and Universal Health Coverage
  3. Spatial and Environmental Determinant of Health (EH)

Dr. Triono Soendoro, Ph.D

Proffesor Charles Surjadi

Professor Umar Fahmi Ahmadi

 

 

16.00-17.00

Conclusion

Dr. Trihono, M.Sc

 

 

 

Closing Ceremony

Professor Ali Ghufron Mukti

 

 

 

reportase 4 oktober 2012

Workshop Hari Ketiga
The Knowledge Sector " Developing Influential Think Tanks in Indonesia"

Jakarta, 4 Oktober 2012

Reportase Hari I  Reportase Hari II Reportase Hari III

Diskusi Kelompok I : Discussion and Reflections on the Last Day

Pada hari ketiga acara workshop diawali dengan kegiatan mereview kembali mengenai lembaga think tank. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan pendapat dari juru bicara setiap kelompok diskusi. Tujuan dari diskusi ini adalah

  • Refleksi untuk pelajaran dan pembelajaran dari hari terakhir acara pada jangka menengah tertentu
  • Mendorong peserta untuk aktif berinteraksi pada kegiatan refleksi grup ini

Diskusi Kelompok II : Visioning Indonesia's Think Tanks of the Future

tbusanaSesi Peragaan BusanaPada sesi diskusi ini diadakan peragaan busana. Setiap kelompok telah merancang sebuah model think tanks yang competible dengan tujuan untuk merancang think tanks yang ideal. Kegiatan menjadi menarik ketika sang model memperagakan busana dan perangcangnya. Setiap kelompok akan menjelaskan setiap detail dari rancangan busananya. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa think tanks yang berkualitas perlu fokus,yang professional, memiliki jaringan mitra yang luas serta bisa beradaptasi dengan tantangan sekitar.

Tujuan dari diskusi ini adalah mengidentifikasi kekuatan think tanks Indonesia di masa mendatang dan tentang kaitannya dengan masa depan di mana think tanks Indoneisa akan dijalankan. Tantangan dan kesempatan yang akan mereka hadapi, dan melihat apa yang akan grup lihat mengenai aturan dari thinks tanks pada situasi lingkungan ini.

Diskusi Grup III : Change for Engagement: What Needs to Happen for Indonesian Think Tanks to Succesfully Indonesian Public Policy?

Pada diskusi selanjutnya setiap kelompok mendiskusikan mengenai gambaran thinks tanks Indonesia di masa depan. Adapun hal-hal yang menjadi fokus diantaranya :

  • Visi
  • Sasaran
  • Produk
  • Sumber Daya
  • Komunikasi
  • Biaya
  • Harapan
  • Hasil

Setelah kegiatan diskusi maka dilakukan presentasi dengan sistem berputar per tiga meja, yaitu untuk perputarannya terbatas pada kelompok 1,2,3 ; 4,5,6 ; dan 7,8,9. Saat perputaran, setiap meja meninggalkan dua representatif dan anggota lainnya memutar pada meja selanjutnya dan bertanya pada meja yang dikunjunginya tentang berbagai hal tentang rancangan think tanks tersebut hingga selesai. Langkah selanjutnya adalah melakukan sharing antara peserta kelompok, menceritakan kembali pengalaman peserta ketika berkunjung ke kelompok lain.

Tujuan dari kegiatan diskusi ini adalah mendiskusikan dan mengidentiifikasi think tanks Indonesia memiliki posisi yang lebih baik bagi mereka sendiri dan membantu untuk mempengaruhi kebijakan publik di Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan workshop yang disebut juga clinic. Setiap peserta hanya boleh memilih satu saja dari setiap sesinya. Think tanks clinic terbagi menjadi dua sesi dan setiap sesi terdapat tiga clinic, yaitu :

Sesi Think Tanks Clinic Part 1 : Research and Writing Skills

  1. Think Tanks Clinic A : How To Write a Good Research Proposal
    Membahas mengenai bagaimana membuat proposal penelitian yang baik, juga mencakup topik menulis proposal penelitian dan trik bekerjasama dengan banyak lembaga donor
  2. Think Tanks Clinic B : How to Write a Good Policy Brief
    Membagi pengalaman, pelajaran dan ketrampilan secara praktis untuk membuat kebijakan publik yang ringkas, mengapa kebijakan yang ringkas tersebut dapat membantu, dan proses dibalik pengembangan kebijakan yang ringkas
  3. Think Tanks Clinic C : How to Set a Research Agenda
    Membagi pengalaman, pelajaran dan ketrampilan secara praktis untuk membuat riset agenda yang baik. Sesi ini akan mencakup topik seperti mengapa agenda penelitian begitu penting, apa saja proses yang dilalui untuk terlibat di dalam mendesain agenda penelitian dan apa yang menjadi penting dari isu yang ada untuk membuat agenda penelitian.

Sesi Think Tanks Clinic Part 2 : Communication and Engagement

  1. Think Tank Clinic A : Producing a Useful Communication Strategy
    Membagi pengalaman, pembelajaran dan ketrampilan secara praktis untuk membangun suatu bentuk strategi komunikasi yang baik. Sesi ini akan mencakup topik seperti proses dari membangun strategi komunikasi dan tantangan serta keuntungan dari meluangkan waktu untuk melakukan strategi yang baik dalam berkomunikasi
  2. Writing in the Media
    Membagi pengalaman, pembelajaran dan ketrampilan secara praktis untuk terampil menulis di media. Pembelajaran ini mencakup tantangan dan keuntungan ketika kita menulis di media, apa kegunaan dari menulis di media dan dan bagaimana hal tersebut dapat membantu menjembatani pesan kita.
  3. Linking with Policy Makers
    Membagi pengalaman, pembelajaran dan ketrampilan secara praktis saat terlibat aktif dengan pembuat kebijakan. Sesi ini mencakup cara-cara untuk terlibat di dalam pembuat kebijakan, tantangan dan keuntungan dengan keterlibatan pembuat kebijakan dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun relasi dengan yang baik dengan pembuat kebijakan.

Seluruh kegiatan ditutup dengan diskusi panel yaitu untuk menemukan konklusi dan evaluasi kegiatan tersebut dan sesi penutupan.

TIME

TOPIC

EXPLANATION

08.30-09.00

Recap and Review of Day 1

 

09.00-10.30

Visioning Indonesia’s Think Tanks of the Future

 

10.30-11.00

Coffee


11.00-12.30

Change for Engagement:
What Needs to Happen for Indonesia’s Think Tanks to Successfully Influence Indonesian Public Policy

At the end of this session, AusAID will be invited to respond to results of group discussions

12.30-13.30

Lunch

13.30-15.00

Think Tank Clinic 1:
Research and Writing Skills

  1. Writing a Research Proposal
  2. Writing a Policy Brief
  3. Setting a Research Agenda

Participants to choose practical skills area they are most interested in learning more about.

15.00-15.30

Coffee

15.30-17.00

Think Tank Clinic 2:

Communication and Engagement

  1. Producing a useful communication strategy
  2. Writing in the media
  3. Linking with policy makers

Same as above

17.00-17.30

Participants Reflections

Participants to share reflections of the workshop – what was interesting? What did they learn? What are they going to do differently? Hopes for other shared-learning opportunities?

17.30

Closing Remarks

 

Knowledge Sector Workshop 3 oktober 2012

Knowledge Sector Workshop
"Developing Influental Think Tanks In Indonesia"

Rabu, 3 Oktober 2012

Reportase Hari I  Reportase Hari II Reportase Hari III

Hari kedua, kegiatan workshop diawali dengan perkenalan antar peserta dengan menyebutkan keunikan dari masing-masing peserta. Workshop akan membahas mengenai peran dan hal-hal yang perlu dimiliki oleh "Think Tanks" di Indonesia, contohnya memahami isu-isu lokal yang sedang terjadi di dalam masyarakat dan sebagai penghasil dari pengetahuan khususnya riset/penelitian.

Lembaga riset atau penelitian tersebut memaketkan informasi-informasi yang telah diterima menjadi hasil yang berkualitas sehingga dapat ikut memperbaiki dan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemerintahan.

Konsep dari workshop ini adalah Peer Sharing dengan harapan para peserta

  1. mengetahui sistem dan proses kerja di masing-masing lembaga peserta
  2. mengetahui cerita dibalik kesuksesan dari lembaga tempat para peserta bekerja
  3. dapat saling membagi pengetahuan dan pengalaman guna memperkuat think tanks di Indonesia

Para peserta dapat berbagi gagasan dalam penentuan strategi apa yang paling jitu sehingga think tank dapat mempengaruhi kebijakan.

Pada sesi debat, dalam presentasinya, Enrique Mendizabel, (on think tanks blog author and Independent Consultan) menyampaikan bahwa pengaruh kebijakan dalam masyarakat diawali dengan bagaimana kita belajar untuk memimpin suatu komunikasi yang besar guna mempengaruhi kebijakan publik yang ada. Tantangan berupa teknologi yang baru akan memberikan dampak pada kebijakan publik yaitu melalui facebook, twitter, dll. Artinya bahwa sudah terjadi keterbukaan publik dari instansi pemerintah terhadap masyarakatnya.

Poin penting yang perlu kita ketahui adalah bagaimana cara untuk mempengaruhi kebijakan publik itu sendiri, yaitu lewat pengembangan ide besar dan opini, melalui jaringan dengan pihak lain, tidak mengambil alih aturan-aturan yang menjadi milik yang lain dan juga memimpin dengan mengartikulasikan permasalahan, mempelajari dan membawa publik untuk dipimpin.

Sedangkan pada diskusi panel, Prof. Laksono Trisnantoro, (Center for Health Management UGM), lebih membahas tentang kedudukan think tanks sebagai policy maker dan di luar dari policy maker (independensi), menjadi policy maker dapat melalui birokrasi dan partai politik beserta resikonya. Di lain sisi, independensi belum didukung oleh sistem sehingga khususnya kesehatan terutama dalam aspek monitoring dan evaluasi kebijakan sehingga membawa implikasi dalam bertindak.

Kegiatan workshop dilanjutkan dengan mendengar pengalaman dari representatif think tank dari negara lain yaitu Martine Letts (Lowy Institute Australia), Antonia Mutoro (Ruwanda), Arun Mahizhnan (Singapura) dan Goran Buldioski (Hungaria). Begitu pula juga dari repesentatif dari negara kita, yaitu Rizal Sukma (CSIS), Ilham Candekia Srimarga (Pattiro), Daniel Dhakidae (LP3ES) dan Nurul Widyaningrum (Akatiga). Peran think tanks di dalam suatu Negara menjadi penting karena bisa memberikan data-data penelitian yang komprehensif dan berkualitas, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi kepada pemangku jabatan di institusi penting pemerintah.

Selain itu, think tanks dapat memberikan suatu saran ataupun pendapat berdasarkan analisa baru yang sesuai dengan permasalahan ataupun isu yang berkembang di dalam masyarakat. Think tanks dapat menjadi institusi dalam melakukan transfer knowledge kepada institusi ataupun masyarakatnya sesuai dengan perkembangan globalisasi saat ini, juga berpegang pada misi visi dan tujuannya sehingga tidak terombang-ambing oleh keadaan, oleh karena itu independensi pun turut menjadi bagian yang penting.

Jadi pengambil kebijakan menjadi point and center dalam menentukan kesejahteraan rakyat. Antara pemerintah dan think tanks perlu terjalin komunikasi yang baik terutama dalam informasi hasil-hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam memutuskan kebijakan publik.

TIME

TOPIC

EXPLANATION

08.30-09.00

Welcome Remarks

AusAID representative to welcome participants and explain the purpose of the workshop

Introduce resource persons and INSPIRIT team

09.00-09.30

Workshop Orientation and Introductions

Brief explanation of what is going to happen over the two-day workshop and participants’ introduction exercise

09.30-10.30

Debate: What are the most effective ways to influence policy?

To kick-off the workshop, the debate will present powerful provocative questions/statements that will be responded by strong advocates of: (1) advocacy NGOs; (2) think tanks and (3) consulting agencies.

Participants will also be able to join in the debate, facilitated by the facilitators.

10.30-11.00

Coffee

11.00-12.00

Learning from International Think Tanks

3 speakers share their experiences – successes, strengths, how they use their strengths to overcome challenges

12.00-13.00

Learning from Indonesian Think Tanks

3 speakers share their experiences – successes, strengths, how they use their strengths to overcome challenges

13.00-14.00

Lunch

14.00-15.00

Policy and Decision-making in Indonesia

AusAID to identify good speakers who can speak on national (and international?) policy and decision making

15.00-15.30

Questions and Answers

 

15.30-16.00

Coffee

16.00-17.30

Identifying Strengths of Think Tanks in Indonesia

 

19.00

Evening Reception followed by Dinner

Information Market and Exhibition.

Display area to be prepared for participants to share their work.

Peserta dan Fasilitator

 

Peserta dan Fasilitator

Peserta terdiri dari tim pengelola unit penelitian yang ada di perguruan tinggi masing-masing.

  1. Di dalam pertemuan tatap muka I yang diharapkan datang adalah Dekan/Wakil Dekan, Kepala atau yang akan menjadi Kepala lembaga, serta seorang Peneliti Senior. Jumlahnya 3 orang dalam masing-masing institusi.
  2. Dalam pertemuan tatap muka II: Peserta adalah 2 orang dari setiap lembaga.
  3. Dalam program jarak jauh, akan ada banyak peserta karena menggunakan metode in-service training.

Dapat dinyatakan bahwa program pengembangan ini bukan berbasis individual, namun kelompok.
 

Fasilitator :
 

  1. Ahli dalam mengelola unit penelitian
  2. Ahli dalam penulisan proposal dan penelitian
  3. Ahli dalam policy advocacy
  4. Technical Assistance dari donor agencies