Reportase sesi 2.1

sydney-icon

Alternative Mechanisms for Improving Access to Health Care Services:
Experiences from Developing Countries of the World

Chair: Mahmud Khan (University of South Carolina)


 

Dalam sesi ini di presentasikan oleh empat paper meliputi:

SESI 1: Build them but will they come? The association of access and demand-side factors with health service utilisation in Nepal
(Eliana Jimenez-Soto, University of Queensland)


Rata-rata cakupan banyak isu seperti pelayanan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan kesehatan anak di region ekologi pegunungan di Nepal terhitung lebih rendah dari seluruh daerah di negara itu. Ini masih belum diketahui jika perbedaan region dipengaruhi oleh keterbatasan akses untuk pelayanan ini ataukah oleh faktor lain. Menggunakan representative data untuk wanita umur 15 – 49 tahun dari Nepal Demographic and health Survey 2011, metode Blinder Oaxaca non linier decomposition untuk kuantifikasi efek perbedaan ukuran karakterisitk antara region pegunungan dan daerah lainnya di negara itu dalam perbedaaan kepemilikan fasilitas melahirkan dan pemanfaatan penolong persalinan terampil. Dari semua variabel yang diuji, baik itu faktor supply side (seperti jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan) dan demand side (seperti pendidikan ibu) ditemukan berkontribusi terhadap ukuran ketidaksetaraan region dalam cakupan pelayanan kesehatan. Hasil ini berimplikasi bahwa exclusive focus pada hambatan untuk akses mungkin tidak mencapai tujuan mengeliminasi perbedaan pada pemanfaatan pelayanan kesehatan.

 

SESI 2: Community based health insurance scheme in the Lao PDR: Some policy directions for increasing health services coverage for the near poor
( Shakil Ahmed, University of Melbourne. Nossal Institute for Global Health)


Program Asuransi kesehatan berbasis komunitas (Community Based Health Insurance/CBHI) dimulai pada tahun 2002 di Laos. Saat ini Departemen Kesehatan mengoperasikan skema CBHI di 31 kabupaten dari 10 provinsi dengan bantuan teknis dari mitra pembangunan. Populasi sasaran adalah populasi sektor wiraswasta dan informal, yang terdiri atas 80% dari total populasi. Partisipasi yang rendah dari keanggotaan setelah sepuluh tahun pelaksanaan tetap menjadi salah satu masalah dan tantangan untuk skema CBHI di Laos.

Penelitian ini mengumpulkan informasi tentang kunci pengaturan pelaksanaan terutama pada cakupan skema untuk perbaikan lebih lanjut dan scaling up di Laos. Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan cakupan serta memberikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan yang bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan kebijakan skema CBHI.

Data dikumpulkan dari sumber sekunder dan primer. Review literatur sekunder termasuk dokumen kebijakan, laporan pelaksanaan dan artikel peer-review pada CBHI di Laos. Data primer dikumpulkan melalui 15 wawancara kualitatif yang dilakukan pada bulan September 2012 di dua provinsi Laos PDR dengan informan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten dan pemerintahan desa pelaksana atau mengelola skema CBHI.

Skema CBHI mencakup 11,4% (138.935) dari populasi target dan jumlah anggota telah meningkat 12 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Tingkat pertumbuhan keanggotaan CBHI saat ini hanya 2,5% ketika target ditetapkan sebesar 15%. Cakupan untuk skema rendah. Skema CBHI meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan mengurangi pembayaran langsung (out of pocket) untuk anggota. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesulitan utama untuk meningkatkan akses ke rumah tangga hampir miskin saat ini dihadapi oleh skema CBHI adalah adanya pemberian subsidi bagi anggota yang mendekati miskin, sumber daya yang lemah untuk kapasitas manajerial dan tidak cukup penyebaran informasi tentang skema dan manfaat kepada populasi sasaran.

 

SESI 3: Improving access to maternal health services for rural poor: a study of Self Help Groups in India
(Somen Saha, University of Melbourne, Nossal Institute for Global Health)


Tantangan utama dalam pencapaian cakupan kesehatan universal adalah memastikan cakupan yang efektif bagi masyarakat miskin dan rentan, dan mengurangi kesenjangan kesehatan antara individu dari strata sosial ekonomi yang berbeda. Grup Self Help (SHG), merupakan sebuah kelompok afinitas homogen berbasis ekonomi rendah pada masyarakat miskin pedesaan yang secara sukarela bersama-sama untuk menyimpan jumlah kecil dan memberikan pinjaman bebas agunan, yang banyak dianggap sebagai landasan aktivitas keuangan mikro. SHG dianggap mempengaruhi status kesehatan, khususnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak dan pemanfaatan pelayanan. Namun, bukti-bukti tentang dampak SHG pada kesehatan terbatas pada intervensi level pilot. Dengan menggunakan data dari Survei Rumah Tangga Nasional Tingkat Kabupaten (DLHS-3), paper ini menganalisis pengaruh adanya SHG pelayanan kesehatan Ibu di pedesaan India.

Informasi yang dikumpulkan dari DLHS 3 adalah mengenai 643.944 wanita yang pernah menikah dari 22.825 desa di India. Variabel yang menjadi prediktor utama adalah kehadiran SHG di desa. Variabel hasil adalah: persalinan di fasilitas kesehatan, pemberian kolostrum bayi baru lahir, pengetahuan tentang sterilisasi wanita, IUD, pil oral, kontrasepsi darurat, dan kondom perempuan, dan pil oral yang pernah digunakan, IUD, dan sterilisasi perempuan. Regresi logistik biner diaplikasikan untuk memperkirakan pengaruh yang mengendalikan pendidikan responden , pekerjaan, mendengar atau melihat pesan-pesan kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, dan keberadaan komite kesehatan dan sanitasi.

Responden dari desa-desa dengan SHG lebih mungkin untuk melahirkan di pelayanan kesehatan, pemberian kolostrum bayi baru lahir, mengetahui dan memanfaatkan produk dan pelayanan keluarga berencana.

Penelitian ini menyimpulkan adanya SHG berpengaruh pada peningkatan permintaan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan ibu di pedesaan India. Hal ini memiliki implikasi bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana hambatan akses ke layanan kesehatan, kurangnya informasi dan hambatan budaya menghambat kelompok miskin dan rentan dari manfaat dari belanja publik. Namun, ada kebutuhan untuk lebih memahami pengaruh kolaborasi sistematis antara komunitas kesehatan masyarakat dan organisasi-organisasi di bawah untuk memenuhi tujuan meningkatkan kesehatan masyarakat.

 

SESI 4: Performance based payment increases the utilization of safe motherhood services by the poor in 'Chakaria', a remote rural area of Bangladesh
(Mohammad Iqbal, International Center for Diarrhoeal Disease Research-Bangladesh (ICDDR,B))


Pemanfaatan layanan Kesehatan tidak adil (inequitable) di Bangladesh. Ujicoba dilakukan dengan sebuah model yang berbasis perekrutan perempuan lokal yang telah dilatih pada kebidanan komunitas (persalinan oleh tenaga trampil) untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan persalinan aman selama 2000-2005. Pemanfaatan layanan yang diberikan oleh bidan ICDDR ,B tersebut mengalami sedikit peningkatan selama lima tahun intervensi beroperasi. Namun, pemanfaatan layanan oleh masyarakat miskin tidak meningkat secara signifikan.

Voucher dari berbagai denominasi yang disampaikan oleh staf proyek untuk wanita hamil yang termasuk dalam aset kuintil rumah tangga terendah kedua. Para wanita itu disarankan untuk mencari layanan dari bidan dalam pertukaran voucher tanpa membuat pembayaran tunai. Para bidan membawa voucher yang mereka terima sebagai pembayaran untuk layanan mereka ke kantor ICDDR ,B lokal untuk pencairan. Keaslian klaim diverifikasi secara fisik dengan mengunjungi perempuan oleh staf proyek Chakaria dan klaim palsu tidak diproses untuk pembayaran. Ada sekitar 22.000 rumah tangga yang ada di daerah intervensi.

Chakaria Community Health Project (CCHP) dari ICDDR, B adalah desain kuasi-eksperimental, tetapi memiliki enam serikat intervensi dan dua rujukan. Data dari Chakaria Kesehatan dan Surveillance Sistem demografi (Chakaria HDSS) dianalisis. Chakaria HDSS rutin mengumpulkan data kuartalan dari 3.727 dan 3.315 rumah tangga dipilih secara acak dalam intervensi dan daerah perbandingan masing-masing. Pengumpulan data rutin dalam Chakaria memungkinkan perbandingan pemanfaatan layanan perawatan medis sebelum dan sesudah serta sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan Ibu dari provider terampil meningkat secara besar pada rumah tangga miskin, sebelum intervensi dilakukan. Pemanfaatan pelayanan ANC oleh provider terampil meningkat dari 52% menjadi 74%, melahirkan 3% sampai 22% dan PNC (16 – 42%).

Sistem pembayaran berbasis "Performance" Kinerja menunjukkan potensi untuk memastikan peningkatan pemanfaatan pelayanan persalinan aman di antara perempuan dari dua kuintil terendah aset. Model ini dapat diperluas untuk mencakup layanan kesehatan lainnya.

  Relevansi dalam konteks Indonesia

Peningkatan akses pelayanan kesehatan merupakan salah satu isu yang juga berkembang di Indonesia, seperti contohnya adalah rendanya kunjungan ANC pada beberapa district di Indonesia. Berbagai mekanisme yang telah diungkapkan paper diatas memberikan gambaran dan masukan yang mungkin dapat diadopsi oleh Indonesia, dan mana yang mungkin sudah tidak sesuai untuk agenda peningkatan akses pelayanan kesehatan di Indonesia karena Indonesia dan beberapa negara dalam studi tersebut memiliki sosio kultural dan latar belakang demografi penduduk yang berbeda. Hal terkait dalam paper skema asuransi berbasis komunitas; Indonesia dalam rangka pencapaian universal coverage telah mencanangkan program SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), dimana dalam rencananya semua kelompok dan golongan masyarakat akan terjangkau. Asuransi berbasis komunitas. Program ini juga akan mengalami beberapa hambatan ketika mungkin di adopsi oleh Indonesia; dimungkinkan terjadinya overlap enrollment,karena sebagian masyarakat Indonesia mempunyai banyak komunitas, beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Dan menarik untuk paper tentang Meningkatkan Akses untuk Pelayanan Kesehatan Ibu untuk Masyarakat Miskin di Desa dengan Grup "Self Help", banyak penelitian menumukan determinan untuk akses pelayanan kesehatan Ibu di Indonesia ada di demand side; dimana faktor dari Ibu sangat berpengaruh, bagaimana tingkat pendidikan mereka, pengetahuan, dan pendapatan rumah tangga. Grup Self Help memberikan kesempatan pada Ibu untuk dapat memiliki akses ekonomi, memungkinkan mereka untuk dapat membeli pelayanan kesehatan tanpa tergantung pada suami. Hal ini sangat berpengaruh pada decision making process dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Berdasarkan gambaran sekilas, self-help memungkinkan untuk dapat di adopsi, tetapi pada komunitas tertentu.

Penulis: Siti Mafsiah

Reportase sesi 1.1


sydney-icon

Laporan Sesi: Bringing Evidence to Decision-Makers

Chair: Anni-Maria Pulkki-Brännström (University College London)


 

 

 Pengantar

The emergence and institutionalization of the notion that virtually all kinds of policies should be based on scientific evidence is relatively recent, and there is little empirical evidence about what works to engage policy makers. This session demonstrates ways in which researchers may engage with stakeholders to make evidence more accessible. Ample time will be assigned for discussion of the challenges of engagement and to enable attendees to come up with concrete suggestions for public engagement in their own research.

Morrison et al. asked policy makers and other stakeholders at national and local levels to comment on the kind of evidence that they need to implement interventions to address inequalities in health. This had the dual purpose of learning in what format to present the results of the study, and also engaging and creating interest in the research from the outset.

Moreno-Serra reviewed the empirical evidence on alternative policies for cost containment as part of a OECD-commissioned project. The initial presentation of results has been followed by further invitations to present and discuss the findings with decision-makers in different countries.

Skordis-Worrall et al developed an online tool that summarises findings from a literature review on healthcare financing in a format accessible to non-academics. The interactive tool uses colour-coding and graphically indicates the relevance of individual studies to the user's chosen context.


1. Can an e-tool help decision makers navigate the evidence around health financing?


penulisAuthors (8): Jolene Skodis-Worrall (University College London. Institute for Global Health) , Anni-Maria Pulkki-Brännström (University College London. Institute for Global Health) , Martin Utley (University College London. Clinical Operations Research Unit) , Gayatri Kembhavi (University College London) , Nouria Bricki (Save the Children UK) , Xavier Dutoit (Sydesy.com) , Mikey Rosato (University College London. Institute for Global Health) and Christina Pagel (University College London. Clinical Operations Research Unit)

Presenter: Jolene Skordis-Worrall (University College London. Institute for Global Health)

Dalam latar belakang, Jolene menyatakan bahwa ada kebutuhan besar untuk negara berpendapatan rendah dan menengah untuk memperkuat pembiayaan kesehatan. Namun situasinya sangat kompleks. Bagaimana meningkatkan investasi untuk kesehatan? Sangat sulit, terutama dalam masa krisis. Sejarah menunjukkan adanya Bamako Initiative di tahun 1987 yang menimbulkan masalah ketidakadilan karena menggunakan fee ketika masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan. Namun penghilangan fee juga menimbulkan masalah. Tantangannya adalah bagaimana menulis paper agar user fee perlu digantikan dengan tax-based financing?

Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan bukti adanya pengaruh pada sistem pembiayaan dan mengembangkan alat berbasis website (e-tool) agar policy makers dapat mudah menavigasi bukti-bukti penelitian. Peneliti dibantu oleh web designer dan menuangkannya di web http src.rrtp.eu/study 

Metode: Setelah mendapatkan literature, Jolele menggunakan analisis tematik untuk meringkas dampak 7 mekanisme pembiayaan kesehatan pada 5 tujuan sistem kesehatan. Sebelas indikator negara dipergunakan untuk memberikan informasi mengenai relevansi setiap studi dalam konteks pengguna. E-tool di website dipergunakan untuk menavigasi review literature dengan penampilan yang menarik, hasil dari desainer grafis. Alat ini dievaluasi dengan menggunakan feedback dari pengguna-pengguna awal, survey online dan interview mendalam dengan informan-informan kunci.

Hasil: E-tool menunjukkan adanya ringkasan-ringkasan grafis yang memungkinkan pengguna dengan satu tampilan: jumlah studi yang relevan di literature, bermacam-macamnya bukti, dimana bukti masih kurang, dan bagaimana bukti yang mirip dengan situasi pengguna. Pengguna senang dengan penampilan visual dan mendapatkan pengalaman navigasi yang menyenangkan. Namun ada kekhawatiran bahwa kekurangan bukti dapat menentang opsi-opsi pembiayaan dan e-toolnya seperti terlalu menyederhanakan opsi kebijakan pembiayaan yang ada.

Sebagai kesimpulan dinyatakan bahwa bukti dapat dengan lebih mudah diakses dan dimengerti dengan menggunakan teknologi berbasis web dan penyajian grafis yang inovatif yang cocok dengan tujuan penggunaan dan knteksnya. Memang kemampuan tool e-mail tidak langsung terlihat nyata, tetapi dapat dipergunakan.

Biographical Details:

Jolene is an Economist with over 10 years' experience studying patient behaviour, health systems financing and medical poverty. Her applied research has focused primarily on the Economics of HIV/AIDS, Tuberculosis and maternal care, including treatment seeking behaviour, the financial burden of service use and the economic evaluation of complex interventions to improve health outcomes. She has worked directly with national governments, INGOs and local communities. Her current work is focussed on i) links between treatment seeking behaviour and poverty, ii) the impact of community participatory interventions on maternal capability, iii) the economic evaluation of a number of large scale interventions to reduce neonatal mortality and improve child development. She is also involved in the development of a number of new research initiatives.


2. Engaging policy makers in research on health inequalities in maternal and newborn health


penulis

Authors (3): Joanna Morrison (University College London. Institute for Global Health) , Priyanka Josson and Tanja Houweling (University College London. Institute for Global Health)

 

Presenter: Joanna Morrison (University College London. Institute for Global Health)

Paper ini membahas mengenai bagaimana melibatkan pengambil kebijakan dalam riset . Dimulai dengan pernyataan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai riset untuk penetapan kebijakan dalam ketidakadilan di kesehatan ibu dan anak. Pendekatan yang dilakukan adalah, melakukan riset dan pendekatan kepada policy makers. Stakeholders engagement dibutuhkan karena pengambil kebijakan perlu tacit knowledge. Joana memaparkan tujuan berupa menyajikan hasil penelitian menegnai ketidakdilan dalam kesehatan ibu dan anak di negara dalam 6 tempat penelitian. Membahas efektivitas pendekatan untuk melibatkan pengambil kebijakan dan praktisi di dalam dialog untuk mengurang ketidakadilan dan mengisi kekuranga bukti.

Metode yang dipergunakan oleh Joanna dan teman-teman yaitu menyelenggarakan diskusi round-table dengan stakeholder kebijakan di level nasional dan lokal di 6 tempat dan menggunakan diskusi yang sama formatnya. Diskusi dicatat, direkam dan data dianalisis, dikategorisasi dalam: 'barriers to reaching marginalized groups', 'what works to reach the marginalized', and 'evidence gaps'. Ada lima langkah dalam model engagement yang dipakai yaitu: Start-up consultation, Regional Workshop, Dissemination, Uptake of recommendation, dan Study announcement

Hasil dipaparkan sebagai berikut: Diskusi-diskusi dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan berupa kemiskinan, biaya, dan kekurangan akses ke pelayanan kesehatan yang bermutu yang mengkibatkan tidak adanya perkembangan kesehatan di kalangan yang terpinggirkan. Pendekatan yang khusus disesuaikan lebih disukai dan penting untuk mengidentifikasi kelompok-kelompk yang rentan dan terpinggirkan. Dari pengalaman ini para stakeholder merasakan adanya perbaikan umum dalam pelayanan kesehatan dan perbaikan akses untuk kelompok-kelompok terpinggirkan. Peran dari petugas kesehatan di garis depan sangat penting untuk menghubungkan masyarakat terpinggirkan dengan pelayanan kesehatan. Stakeholder merasa perlu bukti lebih banyak. Evaluasi ketat terhadap intervensi yang sukses dapat menjadi proses pembelajaran .

Dalam hasil penelitian ini, Joanna memaparkan banyaknya ketidakadilan dalam halam pengambilan kebijkan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak di 6 negara tempat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini juga membahas tentang efektivitas pendekatan untuk melibatkan para pengambil kebijakan dan praktisi dalam suatu dialog untuk mengurangi ketidakadilan tersebut dan mengisi kekurangan bukti.

Biographical Details:

Joanna is a senior research associate at the UCL Institute for Global Health. She works with local partners in Nepal to build research capacity and increase understanding of the issues affecting women and children's health, and retention of rural health workers. She is also part of a research consortium working with partners in Malawi, Bangladesh and India to research Maternal and Child Survival. She is interested in using participatory approaches to research and development, conducting process evaluations to understand the results of outcome evaluations, and specializes in qualitative research methodology. Current research interests are in local management of health facilities, retention of rural health workers, quality of care, measuring and understanding women's empowerment, inequalities in participation in community based organisations, and participatory community based interventions..


3. Cost-containment policies and health expenditure: communicating the evidence to OECD policy-makers


penulis

Banyak pemerintah di negara maju (OECD ) telah menetapkan kebijakan penghematan biaya di beberapa tahun terakhir. Lebih banyak lagi yang mempertimbangkan melakukan reformasi untuk menurunkan pembiayaan kesehatan dan meningkatakan efisiensi di sistem kesehatan.

 

Presenter: Rodrigo Moreno-Serra (Imperial College London. Centre for Health Policy)

Rodrigo memaparkan penelitiannya untuk menilai bukti empiris dalam pembiayaan publik mempengaruhi berbagai kebijakan kesehatan untuk mengendalikan peningkatan biaya dalam sistem kesehatan. Dalam presentasinya Rodrigo berfokus pada tantangan-tangan yang diharapi oleh para penulis untuk menyusun metode dan presentasi hasil agar menghasilkan hasil yang baik ke audiens yang terdiri atas pengambil kebijakan. Di sisi lain bagaimana harus memberikan diseminasi ke peneliti lainnya agar terjadi keseimbangan. Tantangannya banyak dengan catatan waktu sedikit untuk penyajian data kuantitatif yang sering sulit dipahami oleh pengambil kebijakan. Pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman ini adalah: pertemuan tatap muka face to face masih diperlukan. Jadi tidak cukup hanya policy brief. Jika riset memang menjadi inisiatif pengambilan kebijakan memang akan lebih baik. Timing untuk pelibatan policy makers sangat penting. Tantangan untuk mempertahankan reputasi dan independensi merupakan isu utama. Termasuk disini adalah bagaimana memberikan kebenaran yang tidak menyenangkan.

Biographical Details:

Rodrigo Moreno-Serra is a health economist and MRC Research Fellow at Imperial College London's Centre for Health Policy. He obtained a PhD in Economics from the University of York and previous degrees from the University of Sao Paulo (Brazil). His professional appointments include spells at the World Bank, University of Sao Paulo and Federal University of Sao Paulo, as well as consultancy work for institutions such as WHO, OECD and the Rockefeller Foundation.

Relevansi untuk Indonesia:

Sesi ini menarik bagi para peneliti kebijakan kesehatan di Indonesia yang berusaha membangun kerjasama yang positif dengan pengambil kebijakan. Teknik melibatkan pengambil kebijakan dan presentasi serta bantuan teknologi dibahas pada sesi ini.

Penulis: Laksono Trisnantoro

Struktur Kongres

Silahkan mengikuti reportase beberapa sesi yang diikuti oleh Tim UGM dalam bentuk reportase.  Bagian yang ingin membaca seluruh abstrak dapat klik di bagian bawah Tabel Struktur dan akan link ke website International Health Economics Association.

Selamat mengikuti

STRUKTUR KONGRES

Sabtu 6 Juli

Minggu 7 Juli

Senin 8 Juli

 Selasa 9 Juli

Rabu 10 Juli

 

Registrasi

Registrasi

Pengantar Reportase

Pengantar Reportase

Pengantar Reportase

 

Pra-Kongres
Symposia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sesi Pra-Kongres 1

 

reportase

Reportase Sesi 1.1

Reportase Sesi 1.2

Reportase Sesi 6

 

 

 

Reportase Sesi 10

 

 

 

 

Rehat

Rehat

Rehat

 

Rehat

Reportase Sesi 2.1

Reportase Sesi 2.2

Reportase Sesi 7

 

 

 

Reportase Sesi 11

 

 

 

 

Diskusi Pra-Kongres 1

 

 

Waktu Pindah

Waktu Pindah

Waktu Pindah

 

Reportase Sesi 3

Reportase Sesi 8

Reportase Sesi 8.2

Organized Session  

 

Makan Siang

 

Sesi 
Pra-Kongres 2

 

Makan Siang

Makan Siang

Makan Siang

 

Reportase Sesi 4

Pleno Siang 1

Pleno Siang 2

Pleno Siang 3

Reportase Sesi 12  

 

Rehat

 

Diskusi Pra-Kongres  2

Rehat

Rehat

Rehat

 

Reportase Sesi 5

Reportase Sesi 9

Reportase Sesi 13

 

Rehat

Waktu Pindah

Waktu Pindah

Waktu Pindah

 

Pleno Pembukaan

Jamuan Pembukaan

Concurrent Session 

Pleno

Laporan Post Congress

 

 


List Abstrak Pembicara


List Abstrak Pembicara


List Abstrak Pembicara

 

 

Mengapa ada Laporan ini?

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM sudah mempunyai tradisi bahwa setiap anggota yang pergi mengikuti kongres ilmiah harus memberikan laporan tertulis mengenai apa yang terjadi.

Tradisi ini diperluas dengan menuliskan dalam bentuk web yang dapat dinikmati oleh pembaca yang berminat. Dengan demikian akan ada kesempatan bagi pembaca yang tidak hadir di Kongres dan berniat memahami apa yang terjadi, untuk mengikuti dari jauh. Dalam kesempatan kongresi ini PKMK FK UGM bekerjasama dengan Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia.

Laporan ini tersusun atas Pre-Congres, saat Congress, dan Pasca Congress. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM aktif di ketiga kegiatan. Dalam event Pre-Congres dengan judul Role of the Private Sector in Health System Simposium, Andreas Meliala, Krishna Hort, dan Laksono Trisnantoro memberikan presentasi oral dengan judul The Geographic Distribution of Specialis Doctors in a Mixed Public-Private system: Regulatory Challenges for Indonesia.

 

Pembicara dari Indonesia

Di dalam kongres, beberapa anggota PKMK FK UGM menyajikan paper oral antara lain: Tiara Marthias, Bahauddin dan Laksono Trisnantoro, serta Deni Harbianto. Selain Pembicara dari PKMK FK-UGM ada beberpa pembicara dari Indonesia lainnya seperti tercantum dibawah ini, berikut judul presentasi mereka :

  1. Which policy protects Indonesians from catastrophic health expenditure: demand-side or supply-side subsidies? A multilevel logistic analysis
    Citra Jaya, PT Akses
    Session: Government Financing for Health Care; Monday; 11.45 – 1.00 pm
     
  2. Capacity Planning for Haemodialysis Treatment for Social Health Insurance Beneficiaries in Indonesia
    Dedi Revelino Siregar, PT Askes
    Session: Utilizations of Health Care; Monday; 11.45 -1.00 pm
     
  3. Commercial Health Insurance Product Development in Private Sector to support National Social Security System
    Benny Hadiwibowo, PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia
    Session: Managing Insurance Programmes; Monday; 11.45 – 1.00 pm
     
  4. Revitalizations of Provider Management for Achieving a Sustainability of Social Health Insurance in Indonesia
    Maya Febriyanti Purwandari, PT Akses
    Session: Provider Practice; Monday 11.45 – 1.00 pm
     
  5. Maternal Health Care Utilization in Indonesia: Regional Economic Status and the Inequities
    Tiara Marthias, PKMK FK-UGM
    Session: Role of Universal Coverage in Maternal Care; Monday; 3.15 – 3.45 pm

     
  6. Increasing utilization and enhancing financial protection: empirical evidence from a national health insurance program for the poor in Indonesia
    Budi Hidayat, Universitas Indonesia
    Session: Impact of Insurance; Monday; 3.45 – 5.00 pm
     
  7. Success Factors of Community-Based Nutrition Programs in Reducing Gaps in the MDG Achievements
    Rooswanti Soeharno, ADB-Indonesia
    Session: What Affect Health III; Tuesday; 11:45 – 1.00 pm
     
  8. Determinants of Mental Emotional Disorder from Social Health Insurance Beneficiaries in Indonesia
    Wan Aisyiah Baros, PT Askes
    Session: What Affect Health III; Tuesday; 11:45 – 1.00 pm
     
  9. Behaviour in Employee Health Insuranc Provision by Small, Medium and Large Companies: Is there any difference? A Case Study from Indonesia
    Kurnia Sari, Universitas Indonesia
    Session: Effect of Insurance; Tuesday; 11.45 -1.00 pm
     
  10. The Impact of Askeskin on Adult Health Status
    Edy Purwanto, SurveyMETER, Indonesia
    Session: Effect of Insurance; Tuesday; 11.45 -1.00 pm
     
  11. Cost and intervention to improve maternal care at hospital level in Indonesia: Evidence from an Innovative intervention in NTT Province
    Mardiati Nadjib Rifai, Universitas Indonesia
    Session: Program Evaluation; Tuesday; 11.45 – 1.00 pm
     
  12. Can Indonesia improve socio-economic and geographical equity together? A historical analysis
    Laksono Trisnantoro, Gadjah Mada University
    Session: Socio-Economics and Health; Tuesday 11.45 – 1.00 pm
     
  13. Assessing Social Determinants as Predictors to Conversion to Hypertension: Evidence from the Indonesian Family Life Survey
    Kawandiyono, SurveyMETER
    Session: Socio-Economics and Health; Tuesday 11.45 – 1.00 pm
     
  14. Is Public Healthcare Subsidy Equitable? The Impact of Government Healthcare Subsidy on Health Equity by Regions
    Deni Harbianto, PKMK FK-UGM
    Session: Health Expenditure; Tuesday; 3.45 – 5.00 pm
     
  15. Emotional Well Being in the Aftermath of Bali Bombing
    Ni Wayan Suriastini, SurveyMETER
    Session: Health Status and Methodology; Wednesday; 11.45 – 1.00 pm
     
  16. Social and Economic Factor Related to Elderly Health Care Utilizations in Indonesia
    Siti Masfiah, Jendral Soedirman University
    Session: Utilizations; Wednesday; 11.45 – 1.00 pm

     
  17. Predictors of utilization on reproductive and sexual health care among adolescents in Indonesia: A data analysis of SKKRRI 2007
    Ni Komang Yuni Rahyani, Gadjah Mada University
    Session: Utilizations; Wednesday; 11.45 – 1.00 pm

     
  18. Expanding health insurance coverage for Indonesian informal workers
    Pujiyanto, Universitas Indonesia
    Session: Health Insurance for the poor; Wednesday; 11.45 – 1.00 pm
     
  19. Disparities Among Different Type of Health Insurance Schemes and Uninsured in Indonesia; Challenges to Equity and Access to Health Care
    Diah Puspandari, Gadjah Mada University
    Session: What Affect Access to Care; Wednesday; 11.45 – 1.00 pm
     
  20. Mothers Participation in Community Groups, Prenatal Care Utilization, and Infant Health
    Heni Wahyuni, Gadjah Mada University
    Session: Health Care Utilization; Wednesday; 3.45 – 5.00 pm
     

Sebagai catatan, sebagian pembicara dari Indonesia berasal dari pelatihan penulisan paper yang dilaksanakan oleh PKMK FK UGM pada tahun 2012 bersama dengan IDRC. Sementara itu dalam Post-Congress, PKMK FK UGM aktif di dalam kegiatan GNHE (Global Network in Health Equity). 

Laporan Kongres Dunia di Sydney ini akan dilakukan secara harian dengan mengacu pada Paper Utama di dalam Plenary serta dari sesi-sesi yang dinilai mempunyai relevansi besar untuk Indonesia.

Private/Non-State Actor dalam Sistem Kesehatan: Laporan dari pengalaman global.

Pre-congress Symposia

Private/Non-State Actor dalam Sistem Kesehatan :
Laporan dari pengalaman global.

Sydney Convention Centre, 6 July 2013

krisna

Latar Belakang

Sistem kesehatan tidak hanya dijalankan oleh pelaku yang berasal dari kelompok pemerintah, tetapi juga ada pelaku dari sektor privat (swasta), terutama untuk penyedia layanan kesehatan (provision) dan pembiayaan kesehatan (financing). Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk menjalankan system kesehatan merupakan salah satu penyebab munculnya pelaksana dari sektor swasta.

Keberadaan sektor swasta dengan berbagai macam motif dan bentuk organisasinya telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pencapaian kinerja sistem kesehatan. Namun demikian, berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk pengembangan peran sektor swasta dan masih terbukanya kesempatan untuk menyamakan misi (mission alignment) antara pelaku dari pemerintah dan pelaku dari swasta.

Tujuan

Pre-congress symposia ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peran sektor swasta dalam mendukung kinerja sistem kesehatan di berbagai negara. Peran yang diidentifikasi bervariasi mulai dari penyedia layanan kesehatan, dukungan untuk layanan public health ( MCH, Family Planning, dll), promosi kesehatan, sampai dengan pembiayaan pelayanan kesehatan. Secara khusus, tujuan diskusi dalam pre congress ini adalah menetapkan definisi sektor swasta, mengidentifikasi peran utamanya dalam sistem kesehatan agar tidak terjadi duplikasi dengan peran pemerintah, dan menggambarkan konsep pengembangan konsep public-private partnership.

Beberapa Hasil Paparan dari Berbagai Pengalaman Global

  1. Literature review mengenai siapakah sektor swasta dan bagaimana kontribusinya dalam sistem kesehatan
    1. Sektor swasta memiliki identitas yang sangat beragam, dimensi pekerjaanya sangat luas, dan memiliki pengaruh dalam pencapaian kinerja sistem kesehatan.
    2. Masih sedikit riset tentang sektor swasta yang dilakukan dalam skala global. Selama ini studi mengenai sektor swasta bersifat sektoral dan merupakan studi kasus pada suatu Negara
  2. Kontribusi sektor swasta dalam gerakan patient safety di rumah sakit (Pengalaman dari negara-negara Afrika)
    1. Gerakan patient safety di rumah sakit swasta semakin berkembang
    2. Kinerja rumah sakit swasta dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah, diukur melali indicator patient safety, tidak berbeda, walaupun dengan sumber daya yang terbatas.
  3. Motivasi pekerja sektor swasta dalam meningkatkan kinerja sistem kesehatan (pengalaman dari Malawi)
    1. Keberadaan tenaga kesehatan swasta sangat dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat Malawi.
    2. Kinerja tenaga kesehatan swasta diidentifikasi lebih baik dibanding tenaga kesehatan pemerintah
    3. Motivasi tenaga kesehatan swasta berasal dari keinginan untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk klien, adanya kesempatan untuk mengembangkan diri, dan adanya bimbingan dari supervisor. Kompensasi tidak diidentifikasi sebagai pendorong motivasi kerja dan kinerja tenaga kesehatan swasta
  4. Peran sektor swasta dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (pengalaman dari India)
    1. Asuransi social yang dilaksanakan oleh sektor swasta dapat menjangkau target group yang belum dijangkau oleh pemerintah
    2. Efektifitasnya dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan diakui oleh pengguna dan regulator
    3. Namun demikian, paket pelayanan dan mutu pelayanan yang didapatkan oleh peserta masih sangat rendah.

Diskusi Rencana Tindak Lanjut

  1. Diperlukan kerjasama global untuk mendefinisikan apakah yang dimaksud dengan private sector dan bagaimana memetakan peran serta fungsinya dalam sistem kesehatan. Kegiatan untuk menggambarkan dan mendokumentasi peran sektor swasta perlu terus dijalankan.
  2. Riset yang ada saat ini belum memadai untuk membuat definisi yang jelas mengenai sektor swasta. Namun demikian, ketertarikan untuk mendalami dan mempelajari sektor swasta sudah semakin besar. Sekarang adalah saatnya untuk memulai riset dengan skala global.
  3. Secara operasional, isu mengenai mutu yang dihasilkan oleh sektor swasta penting untuk dielaborasi. Motif sektor swasta yang beragam tidak perlu dijadikan perdebatan, jika mutu yang dihasilkan sudah sesuai dengan harapan regulator dan pengguna.
  4. Peran pemerintah adalah untuk mendukung kinerja sektor swasta dan menjadikannya partner dalam upaya meningkatkan kinerja sistem kesehatan. Peneliti perlu mendukung pemerintah dengan menyediakan bukti ilmiah agar pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat untuk mengembangkan konsep public-private partnership yang mampu-laksana di lapangan.

Laporan Pre Kongres:

Laporan dari Kongres Dunia ke-9

International Health Economics Association (iHEA)di Sydney,

Tanggal 7 sampai dengan tanggal 10 Juli, 2013


Laporan Pre Kongres:

Pada Pre-Kongres ada dua pertemuan ilmiah menarik yaitu mengenai Peran serta sektor Swasta dalam sistem kesehatan dan yang kedua mengenai Asuransi Kesehatan dari pemerintah di 5 negara Asia.

Untuk Pre-Kongres dengan judul Role of the Private Sector in Health System Simposium, Andreas Meliala dan Laksono Trisnantoro memberikan presentasi oral dengan judul The Geographic Distribution of Specialis Doctors in a Mixed Public-Private system: Regulatory Challenges for Indonesia. Silahkan  abstraknya.

Sesi Pre-conference ini diselenggarakan oleh kelompok yang membahas mengenai peran Sektor Swasta dalam bidang Kesehatan. Kelompok ini aktif membahas mengenai situasi sektor swasta dari kinerja sektor swasta, regulasi sektor swasta, peran dalam pemerataan pelayanan dan berbagai hal lainnya. Bagi pembaca yang ingin memahami lebih lanjut silahkan klik di www.pshealth.org 

Bagi pembaca yang ingin membaca lebih lanjut mengenai peran serta swasta dapat  laporan yang ditulis oleh Andreas Meliala.

Program kedua adalah mengenai Governance Asuransi Kesehatan di 5 negara Asia. Sebagaimana diketahui Asuransi kesehatan merupakan salah satu alternatif penting sistem pembiayaan kesehatan untuk mencapai universal coverage. Namun disadari bahwa banyak masalah yang ada dalam melaksanakan asuransi kesehatan. Bagi anda yang berminat silahkan 

 

Pleno Hari Pertama: Merayakan Ekonomi Kesehatan

9th World Congress on Health Economics:
Celebrating Health Economics


Pleno Hari Pertama: Merayakan Ekonomi Kesehatan


pembukaanPertunjukan tari aborigin dalam pembukaan 9th World Congress on Health Economics; Celebrating Health Economics di Sidney, Australia (7/7/2013)

Pembukaan diselenggarakan pada Hari Minggu tanggal 7 Juli 2013, pukul 17.00 WIB. Pembukaan diawali dengan tarian selamat datang dari suku Aborigin dan pemutaran video testimoni dan wawancara dengan Prof. Kenneth Arrow dari USA. Pidato plenary sesi pertama disampaikan oleh Prof. Rosalie Viney, Director of the Center for Health Economics Research and Evaluation and Professor of Health Economics at University of Technology Sydney, dan Prof. Dr. Anne Mills, Vice Director and Professor of Health Economics and Policy, London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Rosalie Viney,Direktur Center for Health Economics Research and Evaluation &Profesor Health Economics, University of Technology Sydney memaparkan presentasi ilmiah dengan judul “Theory, Data, Analysis and a Snag on the Barbie: How Health Economics has Contributed to Health Policy in Australia”

Tahun 2013merupakan tahun ke-60 setelah National Health Act Australia disahkan, serta tahun ke-40 setelah pertama kalinya sistem asuransi nasional dikembangkan di Australia, dan juga 20 tahun setelah riset cost-effectiveness mulai digunakan untuk menginformasikan pengambilan kebijakan seputran sistem pembayaran sistem kesehatan. Presentasi ini mensintesiskan proses bagaimana riset di bidang health economics di Australia mampu mengubah kebijakan kesehatan di negara tersebut. Sejumlah case study diangkat untuk mendemonstrasikan bagaimana proses penelitian di bidang ekonomi kesehatan mempengaruhi beberapa kebijakan utama di bidang kesehatan di Indonesia.

Pertama, lahirnya Medibank atau sistem asuransi kesehatan nasional Australia merupakan hasil dari proposal penelitian ahli ekonomi kesehatan, Deeble dan Scotton. Kedua peneliti ini berhasil membuat pemerintah “menciptakan” sistem asuransi di tahun 1960-an di Australia, melalui proses penelitian yang kuat dan advokasi yang persisten terhadap pemerintah pusat. Kedua, sejalan dengan sistem asuransi dan reimbursement penyedia layanan kesehatan, adaptasi sistem pembayaran kesehatan berdasarkan sistem DRG di Australia juga merupakan hasil dari analisa oleh para ahli ekonomi kesehatan di awal tahun 1990-an. Ketiga, dimulainya riset mengenai cost effectiveness di bidang pengobatan yang berhasil mempengaruhi pemerintah Australia dalam menentukan sistem reimbursement dan insentif untuk tenaga kesehatan.

photo6Pembukaan Kongres Internasional IHEA ke-9 di Sydney, Minggu (7/7/2013)Saat ini. Australia menjadi salah satu negara maju yang telah mencapai universal health coverage dan merupakan negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia. Dari presentasi ini, dapat dilihat bahwa sistem kesehatan yang baik di Australia merupakan: (1) usaha panjang yang dimulai tidak hanya 5-10 tahun belakangan ini, tetapi merupakan sistem yang terus berkembang sejak puluhan tahun yang lalu, dan yang menarik adalah bahwa (2) para peneliti kesehatan-dalam hal ini ekonomi kesehatan-memegang peran yang sangat penting dalam mempengaruhi kebijakan nasional. Walaupun langkah advokasi dan penelitian tidak selalu berjalan mulus, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Rosalie Viney, para peneliti selalu memegang peranan penting dalam menentukan arah perkembangan sistem kebijakan kesehatan di suatu negara.

Beberapa pesan kunci keberhasilan para ahli dan peneliti ekonomi kesehatan dalam mempengaruhi kebijakan yang dapat dicontoh dari presentasi menarik ini. Pertama, penggunaan data yang jelas dan analisa empirik yang kuat, akan menjadi dasar utama dalam mengadvokasi kebijakan kesehatan di suatu negara. Kedua, persistensi dalam mempengaruhi pembuat kebijakan; proses advokasi tidak berjalan satu-dua hari, atau bahkan satu-dua tahun, tapi merupakan proses panjang yang membutuhkan kesungguhan dan sumber daya. Ketiga, faktor “keberuntungan” dapat membantu proses mempengaruhi kebijakan ini. Keempat, peneliti perlu didukung oleh sumber dana penelitian yang berkelanjutan dan bersifat jangka panjang; karena penelitian tidak hanya berhenti di analisa awal, tapi harus berlangsung secara terus-menerus hingga dapat menunjukkan bukti yang kuat dan dilanjutkan dengan proses advokasi ke pembuat kebijakan. Kelima, advokasi di saat yang tepat merupakan kunci terimplementasikannya sebuah kebijakan.

Pertanyaan untuk para peneliti kesehatan dan pembuat kebijakan di Indonesia:Kapan dan bagaimana seluruh kebijakan kesehatan di Indonesia disusun hanya dengan dasar empirik yang kuat dan menggunakan bukti nyata yang dihasilkan melalui penelitian yang baik?


Pleno sesi kedua

hari-1-Prof-MillsDalam presentasi kedua, Prof. Mills menekankan mengenai pengembangan Ekonomi Kesehatan di negara pendapatan rendah dan menengah.

Pengembangan ini dianalisis melalui pandangan pribadi. Mills berpendapat penggunaan ekonomi kesehatan mempunyai beberapa hal yang menarik. Penelitian-penelitian mulai dilakukan pada tahun 1970-an. Sebelumnya di tahun 1960-an sudah ada beberapa penelitian mengenai Cost and Benefit pengendalian penyakit tropis dan dampak ekonomi penyakit malaria yang menghancurkan. Selanjutnya disampaikan juga tentang pengembangan ekonomi kesehatan di tahun 1970-an, 80-an, dan 90-an berhubungan erat dengan kebijakan pengembangan sistem kesehatan dari para pemberi dana dunia.

Di tahun 1970-an tema-tema yang sering diteliti adalah ‘Kesehatan dan Perkembangan Ekonomi’ dengan peneliti misalnya Barlow, Conly, Weisbrod, dan Prescott. Di era ini sering dilakukan Cost Benefit Analysis dan Health Expenditure Surveys. Hal yang menarik yaitu hanya sedikit penelitian yang digunakan oleh pengambil keputusan.

Di tahun 1980-an terjadi pergeseran tema menjadi evaluasi ekonomi dalam bentuk cost-effectiveness analysis, demand untuk pelayanan kesehatan dan elastisitas harga oleh Akin Heller dan Dor. Di dekade ini mulai dilakukan penelitian mengenai user fees, insurance, dan pembiayaan oleh masyarakat. SIsi supply pelayanan kesehatan mulai diteliti melalui topik produksi serta biaya rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.

Di tahun 1990-an mulai banyak diteliti berbagai hal seperti equity (pemerataan dan akses terhadap pelayanan kesehatan), perilaku sektor swasta, efisiensi dan ketidakefisiensian sektor pemerintah, regulasi pelayanan kesehatan, beban penyakit dalam konteks cost effectiveness analysis, paket-paket esensial yang dikembangkan oleh Bank Dunia melalui World Development Report di tahun 1993. Tantangan adalah ketersediaan data di sisi supply pelayanan kesehatan.

Di abad baru ini (2000-an), pengembangan ekonomi kesehatan mulai memisahkan diri dari kekuatan eksternal dan mengembangkan hubungan erat dengan pengambil kebijakan domestik dan masyarakat akademik lokal. Namun, tantangan masih besar untuk negara dengan pendapatan rendah dan menengah, antara lain: keterbatasan literatur, keterbatasan jumlah penulis penelitian dan jurnal, serta kapan dapat mengumpulkan pengetahuan dari seluruh dunia.

petaPengembangan kapasitas ekonomi kesehatan di negara sedang berkembang memang berjalan lambat. Peta disamping menunjukkan konsentrasi jumlah artikel penelitian ekonomi kesehatan yang lebih didominasi oleh negara maju. Peta di atas adalah untuk tahun 1968- 1989. Sementara itu peta dibawahnya untuk tahun 1990-2009. Memang ada perkembangan, namun belum banyak.

Professor. Anne Mills menegaskan bahwa jumlah ekonom kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah masih belum seimbang dengan besarnya tantangan sistem kesehatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai bagaimana transfer pengalaman dari negara maju ke negara berkembang. Sebagai penutup Professor. Anne Mills menyatakan bahwa di masa mendatang dibutuhkan berbagai hal sebagai berikut. Pertama, lebih banyak dibutuhkan penelitian yang dipengaruhi kebutuhan lokal, bukan oleh donor. Kebutuhan lokal ini untuk menjadi dasar pengambilan keputusan di daerah. Kedua, untuk mengimbangi orientasi kebijakan yang besar perlu ada kontribusi lebih besar dari aspek teoritis, konsep, dan metodologis. Ketiga, dibutuhkan lebih banyak sumber-sumber daya lokal untuk kelompok peneliti kebijakan dan akademisi. Atas dasar inilah, perlu dilakukan upaya memperkuat universitas.

relevansi  Relevansi untuk Indonesia

Analisis relevansi untuk Indonesia disampaikan oleh Prof. Laksono Trisnantoro. Pandangan Prof. Anne Mills dapat diaplikasikan di Indonesia. Ekonomi kesehatan mulai berjalan pada tahun 1980-an yang berasal dari proyek USAID (Health Financing). Pada saat itu didirikan Perhimpunan Peminat Ekonomi Kesehatan Indonesia. Kontribusi donor dalam hal ini USAID memang sangat kuat, walaupun kemudian melemah seiring dengan menurunnya bantuan dalam bidang pembiayaan ekonomi kesehatan.

Salah satu hal menarik adalah perkembangan ekonomi kesehatan di Indonesia banyak berkembang di fakultas kedokteran dan fakultas kesehatan masyarakat. Ekonomi kesehatan tidak begitu berkembang di fakultas ekonomi. Hal ini berbeda dengan di negara-negara maju dimana ekonomi kesehatan berkembang di fakultas-fakultas ekonomi. Sebagai gambaran di University of York Inggris, salah satu dari pusat pendidikan ekonomi kesehatan terbaik di dunia, pengembangan berada di Faculty of Economics. Kabar baiknya adalah saat ini beberapa dosen fakultas ekonomi, khususnya yang berasal dari ekonomi pembangunan sudah ada yang berfokus pada ekonomi kesehatan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM sudah mempunyai doktor muda dalam Ekonomi Pembangunan yang terkait dengan kesehatan, yaitu Dr. Elan Satriawan. Satu lagi dosen muda dari FEB UGM, Heni Wahyuni sedang mengambil PhD dalam ekonomi kesehatan di University of Technology Sydney. Diharapkan ada regenerasi ahli ekonomi kesehatan Indonesia dengan penguatan pada teori, konsep, dan metodologi ekonomi.

Di beberapa tahun terakhir memang terjadi pengembangan aplikasi ekonomi kesehatan di pengambil kebijakan, misalnya di Bappenas, Kemenkes, dan di daerah-daerah. Disamping itu, Health Accounts sudah mulai dipergunakan. Demikian pula analisis pengeluaran kesehatan. Isu pemerataan sudah menjadi hal penting di kebijakan kesehatan Indonesia. Akan tetapi seperti apa yang dinyatakan oleh Prof. Anne Mills, jumlah ekonom kesehatan masih sedikit dibandingkan dengan tantangan sistem kesehatan di Indonesia.

Pengembangan lain adalah ekonomi kesehatan dipergunakan sebagai salah satu ilmu yang dipakai dalam penelitian kebijakan kesehatan. Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia sering membahas isu kebijakan yang bersumber dari aplikasi ekonomi kesehatan. Terakhir adalah isu penguatan universitas dalam pengembangan ekonomi kesehatan perlu digaris bawahi di Indonesia.

oleh:  Prof. dr Laksono Trisnantoro, MSc, PhD


Materi dan abstract hari pertama bisa dilihat di halaman ini