2.C.3. Lensa Etnografis

 

2.C.3. Lensa etnografis

  Tujuan Pembelajaran

•  Memahami prinsip lensa etnografi
•  Memahami prinsip menjaga kualitas dalam strategi lensa etnografi

 

  Isi Modul

Pendekatan klasik dalam etnografi umumnya melibatkan masa kerja di lapangan yang panjang, imersi dalam kehidupan sehari-hari pada suatu setting melalui observasi, interaksi, berdiskusi dengan anggota dari suatu dunia sisal tertentu dan mempelajari berbagai dokumen dan artefak. Dokumentasi yang dihasilkan berupa sintesis batas impresi peneliti yang terekan dalam catatan lapangan, observasi atau data wawancara – seringkali dalam bentuk tulisan tangan, namun semakin sering dijumpai terdokumentasi dengan bantuan alat perekam.

Pendekatan etnografi klasik jarang diterapkan dalam penelitian kesehatan bukan hanya karena kendala waktu dan operasional, namun juga terkait benturan dengan pendekatan positivist dalam sebagian besar penelitian kesehatan. Meskipun demikian, berbagai variasi etnografi tradisional yang dilakukan oleh antropolog ataupun sosiolog kedokteran sesungguhnya dapat memberikan pencerahan untuk pemahaman isu kebijakan dan sistim kesehatan:

  1. Etnografi yang mengikuti kehidupan individu-individu atau kelompok-kelompok yang memiliki kondisi kesehatan tertentu telah mengembangkan pemahaman kita atas bagaimana dan mengapa mereka terhambat (atau terfasilitasi) dalam upaya mereka memanfaatkan layanan dan mengelola kondisi mereka.
  2. Etnografi yang secara eksplisit berfokus pada praktisi dan sosialisasi profesional mereka dalam sistim kesehatan memperjelas feasibilitas dari suatu intervensi sistim kesehatan yang mengasumsikan (atau merubah) hirarki profesional atau pola kerja tertentu.
  3. Etnografi yang berfokus pada organisasi mengkaji bagaimana aktifitas kerja membentuk dan mepertahankan institusi, menganalisis prosedur ideologis yang membuat proses tersebut akuntabel dan mengeksplorasi bagaimana proses kerja berhubungan dengan proses-proses sosial yang lain. Dalam konteks ini, lensa etnografi dapat menjelaskan bagaimana struktur formal organisasi dipengaruhi oleh sistim informal yang dibentuk oleh individu-individu dan kelompok-kelompok dalam organisasi.
  4. Etnografi juga dapat berfokus pada kontroversi atau perdebatan untuk memperjelas benturan antara retorika dan praktik dalam hubungan-hubungan sistim kesehatan.

Peneliti kebijakan dan sistim kesehatan dapat mengambil manfaat dari etnografi klasik untuk memahami bingkai teoritis dan konteks sosial, politis dan historis perumusan kebijakan serta kajian kritis atas bagaimana kebijakan diterjemahkan dalam sistim kesehatan lokal. Pendekatan etnografi juga dapat diaplikasikan dalam studi dengan waktu terbatas untuk menghasilkan analisis yang kaya dan mendalam akan hubungan antara kekuasaan, pengetahuan dan praktik dalam sistim kesehatan dan bagaimana upaya perubahan dapat memberikan hasil yang berbeda dalam kondisi yang berebeda . Dengan demikian lensa etnografidapat bermanfaat dalam studi yang bertujuan mengeksplorasi dan menjelaskan pengalaman-pengalaman seputar kebijakan dan sistim kesehatan.

Kualitas studi etnografi berpijak pada tiga karakteristik utama metodologis:

  1. Mengadopsi metode-metode yang terbuka, mendalam dan fleksibel untuk menangkap berbagai dimensi dan memberikan perhatian utama pada perspektif dan pengalaman responden. Beberapa peneliti secara khusus melakukan triangulasi untuk meningkatkan validitas, namun juga untuk mengeksplorasi berbagai perspektif.
  2. Analisis interpretatif, menempatkan makna suatu kebijakan dan praktik sistim kesehatan dalam konteks sosial, politik dan historis.
  3. Refleksi posisi peneliti terhadap fenomena yang dikaji, menjelaskan bagaimana posisi mereka sebagai peneliti dan observer-partisipan (dalam kasus tertentu) membentuk area minat, pertanyaan dan lensa interpretatif.

 

  Bahan Belajar

Béhague&Storeng (2008) Collapsing the vertical-horizontal divide: an ethnographic study of evidence-based policymaking in maternal health.
Am J Public Health.98(4):644-9.

Referensi Modul 2C3

 

 

Modul 2.C.2 Pendekatan Studi Kasus

<< Back

Modul 2.C.2 Pendekatan Studi Kasus

  Deskripsi :

Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, aspek atau isu pokok yang relevan dengan riset kebijakan dan sistem kesehatan berada pada area dan lingkup yang luas, termasuk keterlibatan aktor-aktor pada tingkat lokal, nasional, bahkan global. Oleh karena itu Health Policy & System Research akan mempertimbangkan bagaimana aspek dan faktor lingkungan (internal & eksternal), - secara langsung atau pun tidak-, mempengaruhi proses penetapan & pelaksanaan kebijakan dan sistem kesehatan. Keseluruhan interaksi antar faktor-faktor pada kebijakan dan sistem kesehatan dipengaruhi dan sekaligus melekat pada berbagai komponen, konteks, konten dan aktor kebijakan kesehatan secara sistemik dalam batas yang beririsan, saling membaur. HPSR akan melihat sebuah fenomena dan peristiwa pada sebuah organisasi, sistem sosial, atau proses politik maupun kebijakan dari sudut pandang yang lebih kaya. Pendekatan studi kasus menjadi sebuah alternatif strategi penelitian yang sesuai untuk memotret kekayaan interaksi faktor dan lingkup HPSR.

 

  Tujuan pembelajaran Modul :

Setelah mempelajari tentang pendekatan studi kasus dalam HPSR, diharapkan para peserta :

  1. Dapat menjelaskan tentang batasan, karakteristik, disain dan prinsip kualitas studi kasus
  2. Dapat mempertimbangkan kesesuaian penggunaan pendekatan studi kasus pada permasalahan penelitian yang diajukan dalam penyusunan proposal HPSR

 

   Isi Modul :

Pengertian
Berbagai batasan telah dikemukakan oleh para ahli tentang studi kasus, antara lain, ketiga pengertian berikut ini:

- "A case study is a story about how something exist within a real world context that is created by carefully examining an instance. It counts real life situations that present individuals with a dilemma or uncertain outcome." (Commonwealth Association for Public Administration and Management, 2010 ).

- "The Case study approach is a research strategy entailing an empirical investigation of a contemporary phenomenon within its real life context using multiple sources of evidence, and is especially valuable when the boundaries between the phenomenon and context are blurred " (Yin, 2009)

- Studi kasus adalah sebuah "kisah" tentang sesuatu yang unik, spesial , dan menarik, dari berbagai subjek, dapat meliputi individu, organisasi, proses, program, pelembagaan atau kebijakan. Suatu studi kasus akan mampu memberikan gambaran dan cerita mengenai bagaimana suatu hal dapat terjadi. Penjelasan yang didapat dari studi kasus dapat mengantarkan pada pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal dan bahkan membuka kesempatan untuk menggali lebih mendalam sebuah permasalahan yang lebih besar (Neale,dkk,2006).

Karakeristik dan lingkup

Sebagian ahli beranggapan bahwa pendekatan studi kasus merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Alasan yang dikemukakan adalah penelitian ini berfokus pada satu obyek tertentu yang kemudian secara intensif dipelajari sebagai suatu kasus, meskipun data yang dibutuhkan untuk mempelajarinya dapat diperoleh dari berbagai sumber terkait. Dengan kata lain, pendekatan studi kasus berlaku untuk kasus tunggal dan penggaliannya bersifat kualitatif (Nawawi, 2003)

Pandangan berbeda dikemukakan oleh Yin, 2009, yang meyakini dasar penerapan pendekatan studi kasus dalam sebuah penelitian adalah untuk menginvestigasi suatu fenomena, penerapan sebuah teori serta tujuan eksplanatori atau deskripsi dari suatu kondisi. Oleh karena itu, suatu studi kasus dapat berupa kasus tunggal ataupun kasus jamak (multiple). Pelaksanan pendekatan studi kasus juga dapat berupa penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

Yin membedakan dasar atau karakter penetapan studi kasus tunggal atau jamak. Dalam studi kasus tunggal umumnya tujuan atau fokus penelitian langsung mengarah pada konteks atau inti dari permasalahan, berbeda dengan studi kasus jamak (multiple) yang justru untuk mengukur seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari suatu fenomena tersebut. Artinya pada studi kasus jamak objek yang diteliti tidak hanya sebuah fenomena atau proses dan kejadian melainkan bagaimana objek di sekitarnya terkena dampak dari kejadian atau fenomena tersebut.( Yin, 2009)

Penegasan tentang lingkup studi kasus dalam HPSR dibahas pula dalam modul ini. Kisaran area, fokus yang relevan dan menjadi bagian dari studi kasus dalam HPS cukup beragam meliputi : -

-  individuals, communities, social groups, organizations;
-  events, relationships, roles, processes, decisions, particular policies, specific policy development processes,
-  health system decision-making units, particular health care facilities, particular countries.

(Robson, 2002; Thomas, 1998; Gilson & Raphaely, 2008)

Pendekatan Studi Kasus pada HPSR :

Batas dan lingkup yang samar dan saling membaur pada HPSR menjadi sebab mengapa pendekatan studi kasus sering digunakan dalam riset kebijakan dan sistem kesehatan, dengan pertimbangan luasnya disiplin ilmu yang terkait, seperti ilmu politik, sosiologi, psikologi komunitas, manajemen organisasi dan perencanaan, juga administrasi publik.

Tiga alasan utama mengapa studi kasus menjadi amat relevan untuk digunakan sebgai pendekatan dalam HPSR adalah sebagai berikut :

  1. Berbagai faktor kontekstual amat kuat mempengaruhi dan melekat pada kebijakan dan sistem kesehatan, sehingga keseluruhan konteks tersebut pun harus menjadi bagian dari fokus penelitian (Gilson et al. 2011).
  2. Studi HPSR dan fokus serta pertanyaan penelitian yang dibangun kerap kali membutuhkan penggalian informasi dan pendalaman tentang kompleksitas perilaku dan relasi ataupun interaksi subjek penelitian yang mempengaruhi perubahan kejadian , termasuk perubahan dari waktu ke waktu. Semua kompleksitas dan dinamika tersebut akan sesuai sekali bila "dipotret" dengan pendekatan studi kasus.
  3. Pendekatan studi kasus cukup kaya untuk dapat dimanfaatkan pada beberapa fokusi penelitian yang berbeda. Pertama adalah untuk analisis pengembangan kebijakan sehingga hasil analisis dapat memberikan informasi pendukung bagi kebijakan yang akan dilahirkan. Berikutnya, studi kasus juga sering digunakan untuk dengan detil menganalisis kebijakan yang telah dihasilkan atau diimplementasikan

Penjagaan Kualitas Studi Kasus :
Upaya menjaga kualitas pada pelaksaan riset dengan menggunakan pendekatan studi kasus dibahas pula dalam modul ini, mengacu pada prinsip-prinsip berikut : (Gilson, 2012):

-  Confirmability
-  Dependability
-  Credibility
-  Transferability

Yin menekankan peran penting desain pada studi kasus yang menentukan kualitas dari pelaksanaan studi kasus, dengan sebutan sebagai " guiding the investigator" . Sebuah desain studi kasus karenanya perlu memaksimalkan empat hal yang akan mempengaruhi kualitas desain :

  1. Construct validity
    Memastikan tersedianya suatu pengukuran operasional atau definisi operasional mengenai konsep yang sedang dipelajari.
  2. Internal validity
    Mengupayakan tersedianya gambaran hubungan sebab akibat dalam fenomena, kejadian dari objek penelitian atau kasus yang didalami. Penggambaran satu fenomena selazimnya mengacu pada fenomena yang lain sehingga hubungan dari setiap fenomena kejadian dapat dipelajari.
  3. External validity
    Studi kasus didisain untuk mengupayakan agar temuan dari sebuah kasus dengan dasar sebuah teori tertentu dapat menjadi dasar replikasi kerangka berpikir sehingga temuan-temuan tersebut dapat berlaku pula secara luas dan general.
  4. Reliability
    Studi kasus dapat dikatakan terjaga kualitasnya bila hasil dari studi kasus dapat dikaji ulang melaui penelitian yang lain dengan hasil yang kurang-lebih sama.

Berikut rangkuman penjelasan di atas :

2c2

 

Langkah praktis dan tahapan pelaksanaan studi kasus dipaparkan oleh Yin dkk sebagai berikut : Pentingnya Enam Langkah Case Study Research

(Robert E. Stake, Helen Simons, and Robert K. Yin)

  1. Menentukan dan menjelaskan pertanyaan riset
  2. Memilih kasus dan menentukan cara pengumpulan data dan teknis analisis
  3. Menyiapkan pengumpulan data
  4. Mengumpulkan data di lapangan
  5. Mengevaluasi dan menganalisis data
  6. Menyiapkan laporan

Beberapa buku juga membahas detil tentang bagaimana pelaksanaan studi kasus dalam penelitan, namun prinsip penting yang menjadi bahasan penutup dalam modul HPSR justru membahas tentang: Pemggunaan Teori, Penyeleksian Kasus, Kontekstualisasi serta Analisis dan Generalisasi .

 

  Bahan belajar

2012. Health Policy and System Research: A Methodology Reader. Gilson, Lucy, Editor.
Alliance for Health Policy and Systems Research and World Health Organization

Creswell, John. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal 304 – 337

Miles, Matthew B & Huberman, Michael. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, UI Press, Jakarta, 2009, hal 389 – 456

Neale, Palena. Shyam thapa, dkk.2006. preparing a case study : a guide for designing and conducting a case study for evaluation input.
Pathfinder international

Tashakkori, Abbas & Teddlie, Charles. Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research.
SAGE Publications, Inc., London, UK, 2010, page 1 – 45

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Penerbit Alfabeta, Bandung, 2011, hal. 395 – 470

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2288-11-100.pdf

http://www.capam.org/_documents/reportoncasestudymethodologies.pdf

 

  Kegiatan pembelajaran

Pertanyaan-pertanyaan :

  1. Pelajari dan cermati permasalahan dan fokus penelitian pada proposal yang anda susun, kemudian tetapkan , apakah memenuhi syarat untuk dilakukan dengan pendekatan dibuat studi kasus? Jelaskan alasannya, mengapa ya atau tidak.
  2. Jika anda telah menetapkan untuk menggunakan pendekatan studi kasus, sebutkan metoda pengumpulan informasi/data yang akan dilakukan untuk studi kasus tersebut (Sebutkan dan jelaskan siapa saja yang menjadi informan , jelaskan metoda untuk setiap jenis informan dan alasannya, dst)
  3. Sebutkan model triangulasi yang anda akan gunakan untuk meningkatkan hasil analisis studi kasus tersebut. Jelaskan

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:

File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2C2.doc

Keterangan:

X        = nomor fasilitator anda.
YYY    = kode nama peserta
M2C2 = Modul2C2

 

 Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 25 Desember 2012, jam 24.00

 

 

 

2.C. Strategi penelitian dalam HPSR

 

Modul 2.C.1 Perspektif potong-lintang

  Tujuan Pembelajaran

• Memahami prinsip perspektif potong lintang
• Memahami prinsip menjaga kualitas dalam strategi perspektif potong lintang

 

   Isi Modul

Studi-studipotong lintang dapat bertujuan untuk mengeksplorasi, mendeskripsikan atau menjelaskan suatu fenomena pada suatu titik waktu. Karakteristik ini yang memdedakannya dengan studi longitudinal dan studi lain yang mendeskripsikan atau menganalisis perubahan seiring dengan waktu, dan studi eksperimental yang melibatkan suatu intervensi. Karena studi lintas potong pada umumnya memerlukan sumber daya yang lebih sedikit dibanding dengan strategi penelitian lain, maka strategi ini paling banyak digunakan dan dilaporkan dalam HPSR.

Studi potong lintang meliputi spektrum perspektif disiplin yang luas dan metode yang bersumber dari tradisi positivist maupun relativist. Dalam studi potong lintang, pengumpulan data dapat menggunakan metode tunggal (kuantitatif atau kualitatif) hingga mixed (kuantitatif dan kualitatif) ataupun multi—metode (misal dalam studi dimana pentahapan metode postivist dan realtivist memungkinkan triangulasi pendekatan pengumpulan data, triangulasi epistemiologis, dan juga penggunaan data sekunder). Studi potong lintang yang menggunakan mixed-method memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan studi kasus, namun tidak berarti akan selalu mengikuti prosedur analitik yang sama.

Mixed-method dalam HPSR dapat digunakan untuk memenuhi beberapa tujuan, antara lain:

  1. Dalam proses pengembangan instrumen, wawancara kualitatif dapat mendahului pengembangan instrumen kuantitatif dimana belum dijumpai instrumen yang standar ataupun dikarenakan kekhususan konteks fenomena yang dikaji menuntut pendekatan yang lebih spesifik.
  2. Survey kuantitatif dapat dilakukan untuk mendapatkan sampling frame bagi pemilihan kasus dalam suatu studi kualitatif.
  3. Untuk mengembangkan analisis dan interpretasi, beberapa studi dapat ditriangulasikan untuk menghasilkan beberapa perspektif terhadap satu pertanyaan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berbeda.

Tergantung pada tujuannya, pengumpulan data dalam penelitian mixed-method dapat bersifat konkuren ataupun sekuensial (Cresswel & Plano-Clark, 2007). Temuan dari studi tersebut dapat berupa serangkaian praktik yang terkait dan disatukan untuk menghasilkan solusi permasalahan dalam situasi yang konkrit (Denzin & Lincoln, 1998:3). Komponen-komponen studi memberikan insight yang berbeda terhadap suatu fenomena dan dipadukan untuk menjelaskan fenomena tersebut.

Sebagaimana dalam strategi-strategi penelitian lain, validitas penelitian/trustworthiness dan realibilitas sangat penting dalam stud potong lintang, baik yang berbasis positivist maupun relativist. Kepentingan tersebut terutama dalam konteks HPSR yang bertujuan untuk menjelaskan dinamika dan hubungan yang kompleks antara pelaku-pelaku dan dimensi-dimensi sistim.

Validitas studi potong lintang dapat dipengaruhi oleh (Robson, 2002:171):

•  Deskripsi yang kurang memadai/mencukupi atas fenomena yang dikaji
•  Interpretasi yang bermasalah dikarenakan penggunaan data yang selektif dan pemaknaan yang dipaksakan terhdap data
•  Penjelasan dikembangkan tanpa mempertimbangkan alternatif atau fakta yang bertentangan
•  Kegagalan dalam menggunakan konsep atau teori dari referensi yang ada

Validitas studi potong lintang dapat diperkuat dengan (Pope & Mays, 2009):

•  Triangulasi data, observer, pendekatan metodologis dan teori
•  Member checking (meminta responden untuk memvalidasi temuan dan hasil analisis)
•  Deksripsi detail metode pengumpulan dan analisis data
•  Refleksi penulis (refleksi tentang bagaimana bias pribadi ataupun intelektual dapat mempengaruhi studi dan analisis

 

 Bahan Belajar

Blaauw Det al (2010) Policy interventions that attract nurses to rural areas: a multicountry discrete choice experiment. Bull World Health Organ.88(5):350-6.

Referensi Modul 2C1

 

 

Modul 2B-4

 

2.B.4. Aplikasi Prinsip-Prinsip Etika Dalam HPSR

  Tujuan Pembelajaran

•  Memahami prinsip-prinsip etika dalam HPSR
•  Merumuskan upaya-upaya untuk menjaga etika dalam HPSR

 

  Isi Modul

Sebagaimana dalam penelitian-penelitian lain pada umummnya, prinsip-prinsip etika penting untuk dijaga dalam HPSR. Meskipun fokus HPSR berbeda dengan penelitian kesehatan lain, selalu terdapat isu kesenjangan kekuasaan antara peneliti dengan yang diteliti, sehingga ada potensi untuk perlakuan yang kurang adil atau kurang menghormati. Robson (2002) mengusulkan bahwa semua peneliti perlu mencermati sepuluh praktik dalam penelitian yang dapat dipertanyakan secara etis:

•  Melibatkan orang tanpa persetujuan
•  Memaksa/menekan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian
•  Menyembunyikan informasi mengenai esensi penelitian
•  Mengelabui responden
•  Mendorong responden untuk melakukan tindakan yang mengurangi rasa percaya diri
•  Melanggar hak untuk memutuskan sendiri
•  Memaparkan responden terhadap stress fisik ataupun mental
•  Melanggar privasi
•  Menahan manfaat bagi beberapa responden
•  Memerlakukan responden secara kurang adil atau hormat

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berlaku untuk semua penelitian kesehatan. Tantangannya lebih besar dalam konteks penelitian lintas-budaya, misalnya saat peneliti dari negara maju menjalankan HPSR di negara berkembang (Molyneux et al 2009). Sehingga salah satu dari delapan prinsip etika yang diajukan oleh Emanuel et al (2004) untuk penelitian klinis adalah kemitraan kolaboratif antara peneliti dan sponsor dari negara maju dengan peneliti, pengambil kebijakan dan komunitas di negara berkembang. (Box 1).

Meskipun demikian, karena memang HPSR secara esesnial berbeda dengan penelitian kedokteran, terdapat beberapa perdebatan dan tantangan etis di area ini. Molyneux et al (2009) merumuskan empat upaya sebagai berikut untuk menerjemahkan delapan prinsip di atas dalam konteks HPSR berdasarkan pengalaman menjalankan HPSR di beberapa negara .

Peneliti HPSR harus menjaga:

  1. Validitas ilmiah dan trustworthiness data – melalui pelatihan yang cermat dan detail untuk semua staf peneliti, termasuk tenaga lapangan, untukmembekali mereka dengan sikap dan ketrampilan komunikasi yang diperlukan untuk menjalankan wawancara yang berkualitas dan mengatasi perbedaan kebangsaan, gender ataupun pendidikan dengan responden; Memerlakukan tenaga lapangan sebagai mitra sejati dalam penelitian, mengingat pengaruh penting mereka terhadap kualitas data.
  2. Nilai sosial dan rasio risiko-manfaat penelitian – dengan secara cermat mempertimbangkan risiko dan manfaat partisipasi dalam studi baik pada tingkat individu maupun komunitas, melalui interaksi dengan berbagai pemangku kepentingan di awal penelitian dan review serta refleksi secara terus menerus selama penelitian
  3. Informed consent dan respek bagi semua responden dan komunitas – dengan mengupayakan agar semua anggota tim peneliti memahami pesan-pesan utama penelitian dan dapat meminta bantuan bila menjumpai permasalahan etis yang tidak terduga; dan dapat menujukkan sikap hormat terhadap responden dalam semua interaksi dengan komunitas; dan re-negosiasi pola hubungan bila diperlukan daripada semata menekankan pada prosedur konsen formal (yang bisa jadi tidak dimungkinkan dalam HPSR atau berdampak negatif pada hubungan dengan responden yang sangat diperlukan untuk pengumpulan data).
  4. Review independen – dengan membantu komite etis untuk mencermati proses penelitian dan interaksi antara berbagai pelaku dalam HPSR, sehingga tidak hanya menekankan pada disain studi dan instrumen.

Pada intinya "Hubungan sosial yang terjalin antara para peneliti, tim lapangan dan anggota komunitas, sangat penting untuk memenuhi aspek moral dari panduan etika" (Molyneux et al 2009). Hubungan-hubungan tersebut akan selalu penting dalam HPSR, baik dalam konteks responden dari masyarakat umum maupun elit politik.

Box 1. Prinsip-prinsip etika penelitian klinis di negara berkembang (Emanuel et al, 2004)

tb2b4 

 

  Bahan belajar

Emanuel et al (2004) What Makes Clinical Research in Developing Countries Ethical? The Benchmarks of Ethical Research.
Journal of Infectious
Diseases, 189:930–937

http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/images/2012/IDRC/Referensi_Modul_2B4.pdf

 

  Kegiatan Pembelajaran

Pertanyaan
Bagaimana anda akan menjaga prinsip-prinsip etika dalam penelitian anda ?

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:
File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2B4.doc

Keterangan:

X       = nomor fasilitator anda.
YYY    = kode nama peserta
M2B4 = Modul2B4

 

  Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 22 Desember 2012, jam 24.00

 

Modul 2B-3

2.B.3. Mengupayakan Kualitas Penelitian

  Tujuan Pembelajaran

• Memahami konsep kualitas dalam HPSR
• Merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dalam HPSR

 

  Isi Modul

Secara umum kriteria-kriteria yang digunakan selama ini dalam menilai kualitas penelitian tergantung pada paradigma yang diikuti. Penelitian dengan paradigma positivist cenderung menekankan validitas dan realibilitas (diupayakan melalui disain penelitian, pengembangan instrumen dan pengumpulan data yang cermat serta analisis statistik yang sesuai), sedangkan penelitian dengan paradigma relativist mempertimbangkan trustworthiness analisis – seberapa jauh nilainya selain dalam contoh-contoh yang dipertimbangkan. Tabel 1 memaparkan kontras antara penelitian yang berbasis disain yang sudah ditetapkan (paradigma positivist) dan penelitian dengan basis disain yang fleksibel (paradigma relativist). Tabel 2 menguraikan bagaimana trustworthiness dapat diupayakan dengan memberikan informasi tentang disain penelitian, pengumpulan data serta proses analisis dan interpretasi data.

Pada intinya, HPSR selalu memerlukan pendekatan kritis yang berbasis pada empat proses utama:

  • Proses mempertanyakan dan memeriksa secara aktif selama penelitian (Thomas, 1998): mempertanyakan bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi – tidak hanya apa yang terjadi; memeriksa jawaban pertanyaan untuk mengidentifikasi isu-isu yang perlu ditindaklanjuti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
  • Proses konsepsualisasi dan rekonsepsualisasi (Thomas, 1998): menggunakan ide dan teori untuk mengembangkan pemahaman awal permasalahan atau situasi yang dikaji, untuk mengarahkan pengumpulan data namun juga menggunakan data yang terkumpul untuk mempertanyakan gagasan-gagasan dan asumsi-asumsi sebelumnya dan, bila diperlukan, merevisi gagasan mengikuti perkembangan bukti yang terkumpul
  • Merumuskan penilaian interpretatif (Henning, 2004) berbasis bukti yang cukup, terutama mengenai konteks. Untuk justifikasi kesimpulan dan juga pertimbangan yang cermat terhdapat bukti kontradiktif (analisis kasus negatif) dan kajian ulang interpretasi awal oleh responden (member checking)
  • Relektifitas peneliti: mengupayakan transparansi tentang bagaimana asumsi peneliti dapat mempengaruhi interpretasi dan menguji asumsi dalam analisis (Green & Thorogood, 2009)

Tabel 1. Kriteria dan pertanyaan untuk meniilai kualitas penelitian (Robson, 2002)

Disain telah ditetapkan

Disain fleksibel

Reliabilitas: apakah pengukuran variabel reliabel?

Konfirmabilitas: apakah data mengkonfirmasi temuan-temuan utama dan mengarah pada implikasi-implikasinya?

Validitas konstruk: apakah peneliti mengukur yang ingin diukur oleh peneliti?

Dependability : apakah proses penelitian logis dan terdokumentasi dengan baik

Validitas internal: apakah penelitian menunjukkan hubungan sebab-akibat secara logis?

Kredibilitas: apakah terdapat kecocokan antara pandangan responden dan rekonstruksi yang dilakukan oleh peneliti?

Validitas eksternal: apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan secara statistik?

Transferrabilitas: apakah penelitian menghasilkan insight yang dapat ditransfer ke setting lain?

Tabel 2. Proses untuk mengupayakan kualitas dalam studi kasus dan pengumpulan serta analisis data kualitatif

Prinsip

Deskripsi

Interaksi jangka panjang (prolonged engagement)

Dalam HPSR, peneliti sering harus mengandalkan wawancara yang panjang dan berulang dengan para responden, dan/atau berinteraksi berhari-hari/berminggu-minggu dalam satu setting studi kasus.

Penggunaan teori

Teori diperlukan untuk mengarahkkan seleksi sampel, pengumpulan data dan analisis, serta analisis interpretatif

Pemilihan kasus

Pemilihan purposif untuk menguji teori dan asumsi awal atau untuk mengkaji kasus yang umum atau pengecualian

Sampling

Orang, tempat, waktu, dsb, awalnya untuk meliputi sebanyak mungkin faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mereka yang dikaji (selanjutnya diperluas berdasar temuan awal). Mengumpulkan pandangan dari berbagai perspektif dan responden untuk menghindari dominasi satu pandangan

Multiple method

Menggunakan beberapa metode sekaligus untuk studi kasus

Triangulasi

Mencari pola konvergensi dengan membandingkan hasil antar bukti, antar peneliti, antar metode, dengan teori

Analisis kasus negatif

Mencari bukti yang kontradiktif terhadap penjelasan peneliti dan teori, serta mempertajamnya berdasar bukti tersebut

Peer debriefing

Review temuan dan laporan oleh peneliti lain

Validasi responden
(member checking)

Review temuan dan laporan oleh responden

Audit trail

Dokumentasi semua aktifitas yang dapat dipelajari oleh orang lain dan memaparkan secara lengkap bagaimana metode penelitian berkembang

 

  Bahan belajar

Gilson L et al. (2011). Building the field of health policy and systems research: social science matters.
PLoS Medicine 8(8):e1001079.

http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/images/2012/IDRC/Referensi_Modul_2B3.pdf

 

  Kegiatan Pembelajaran

Pertanyaan
Bagaimana anda akan mengupayakan supaya penelitian anda berkualitas ?

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:
File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2B3.doc

Keterangan:

X       = nomor fasilitator anda.
YYY   = kode nama peserta
M2B3 = Modul2B3

 

 Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 19 Desember 2012, jam 24.00

 

 

 

Modul 2B-2

 

Modul 2B.2. Key Steps in The Process of Health System and Policy Research : Design The Study. 13 - 15 Desember 2012

Tugas paling lambat dikirim tanggal 15 Desember 2012, jam 24.00

 Deskripsi

Rancangan penelitian yang mendefinisikan dengan jelas dasar, latar belakang dan tujuan riset akan menentukan keberhasilan sebuah riset. Seberapa baik desain penelitian dirancang, akan secara signifikan mempengaruhi pelaksanan riset. Proses penulisan rancangan riset seharusnya dilakukan sesegera mungkin dalam pengembangan ide dan isu riset. Setelah menetapkan fokus dan pertanyaan penelitian, langkah penting berikutnya adalah menyusun rancangan atau desain penelitian. Fokus dan pertanyaan penelitian perlu "diterjemahkan" dalam langkah-langkah operasional sebagai sebuah "projek" riset agar menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan. Bahasan dalam modul 2B.2 diharapkan dapat memperkaya wawasan peserta bahwasannya konteks penelitian sistem dan kebijakan kesehatan sungguh luas dan dapat diteliti dengan berbagai desain studi untuk meningkatkan manfaat hasil penelitian.

 

  Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran modul 2B.2 tentang desain penelitian adalah :

  1. Peserta dapat menjelaskan dasar-dasar dilakukannya penelitian dan cara merancang atau menetapkan desain penelitian itu sendiri.
  2. Melengkapi penulisan proposal penelitian dengan rancangan atau desain studi sesuai dengan tujuan penelitian serta menetapkan berbagai strategi pengumpulan dan analisis data

Mengingat pelatihan ini berfokus pada kebijakan dan sistem kesehatan, maka penetapan desain yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian diharapkan akan meningkatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pemangku kepentingan terkait, sesuai dengan topik atau riset tersebut, baik berupa rekomendasi atas sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan atau penyiapan untuk lahirnya sebuah kebijakan baru.

 

  Isi Modul :

Mendesain riset merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan peneliti untuk menyusun sebuah penelitian. Dalam suatu sumber disebutkan bahwa mendesain riset atau membuat rancangan riset adalah menyusun rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar sebuah riset atau penelitian dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan riset. Namun demikian, merancang riset tidak hanya soal cara pengumpulan data, melainkan serangkaian langkah mulai dari penentuan tujuan riset sebagai pengarah bagi peneliti untuk membuat strategi pengumpulan dan analisis data. Selain penentuan tujuan, yang termasuk dalam lingkup rancangan riset adalah penetapan jenis penelitian, populasi, sampel, sampling, instrumen riset, cara pengumpulan dan pengolahan data, kemudian perlu-tidaknya mengunakan uji statistik, serta cara pengambilan kesimpulan.

Outline Desain Riset

  1. Penetapan tujuan sebagai dasar menentukan desain riset.
  2. Pertanyaan-pertanyaan tertentu yang harus dijawab
  3. Strategi pengumpulan dan analisis data
  4. Strategi sampling
  5. Teori yang digunakan dalam riset

Tujuan Riset dalam Desain Riset

Sebuah tujuan dalam penelitian akan menentukan strategi riset yang akan dirancang, meliputi pengumpulan data baru dan analisis data yang tersedia. Namun demikian, tujuan riset tergantung pada paradigma pengetahuan yang digunakan oleh peneliti. Sebagaimana telah dipelajari dalam modul sebelumnya, yang dimaksud dengan paradigma adalah sudut pandang peneliti terhadap riset atau penelitian yang akan dilakukan. Paradigma riset tersebut terdiri dari paradigm positivist dan relativist atau pula paradigm yang berada di antaranya, yaitu Critical Realism Berdasarkan tujuannya, rancangan penelitian kemudian dibedakan menjadi penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, analitik dan eksperimental, untuk setiap paradigma penelitian.

Paradigma Positivist:

Berdasarkan paradigma positivist, tujuan riset dibedakan dalam kelompok eksplanatori, deskriptif, dan eksploratori.

Dalam kelompok eksplanatori, tujuan riset adalah untuk memberikan eksplanasi atau penjelasan tajam tentang sebuah isu kebijakan atau sistem kesehatan yang diteliti. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dengan eksperimen dan quasi-eksperimen, misalnya untuk studi pre-post (sebelum dan sesudah). Analisis yang digunakan pada umumnya adalah dengan menggunakan model simple dan multiple-variable.

Sementara, dalam kelompok deskriptif, dengan tujuan penelitian untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah isu dan permasalahan kebijakan atau sistem kesehatan, maka pengumpulan data umumnya dilakukan dengan survei. Penyelenggaraan survei yang dimaksud adalah dengan menyebarkan kuesioner, melakukan wawancara, dan melakukan observasi langsung. Survei yang dilakukan berulang juga diperbolehkan dalam kelompok deskriptif ini untuk analisis kecenderungan (trend analysis) dalam periode waktu tertentu. Sedangkan, analisis data dapat dilakukan dengan cara analisis data sekunder (seperti data sensus dan catatan data yang telah terekam). Selain itu, analisis juga bisa dilakukan dengan analisis pendekatan kuantitatif dari berbagai sumber data semisal berita, artikel atau laporan yang telah dimuat di surat kabar, pidato, dan lain sebagainya.

Kelompok eksploratori, sesuai dengan tujuan eksplorasi, maka pengumpulan data dirancang untuk memenuhi tujuan tersebut, antara lain dengan desain survei, seperti pada pilot riset (pilot research)

Paradigma Relativist

Pada paradigm relativist, tujuan riset juga dapat terdiri dari riset ekplanatori, deskriptif, dan eksploratori.

Dalam kelompok tujuan riset ekspalanatori, pengumpulan data baru dilakukan dengan desain studi kasus dan dengan pendekatan teori Grounded (untuk membentuk atau membangun teori baru).

"Grounded theory methods consist of systematic, yet flexible guidelines for collecting and analyzing qualitative data to construct theories 'grounded' in the data themselves. The guidelines offer a set of general principles and heuristic devices rather than formulaic rules (see also Atkinson, Coffey, & Delamont, 2003). Thus, data form the foundation of our theory and our analysis of these data generates the concepts we construct. Grounded theorist collects data to develop theoretical analyses from the beginning of a project. We try to learn what occurs in the research settings we join and what our research participants' lives are like. We study how theyexplain their statements and actions, and ask what analytic sense we can make of them." (Charmaz, 2006)

Desain studi kasus yang dimaksud dapat merupakan pendekatan longitudinal. Pendekatan longitudinal/Time series adalah riset yang dilakukan pada periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang ditentukan secara berurutan Sedangkan analisis terhadap data yang telah tersedia dapat dilakukan dengan melakukan analisis isi (content analysis) secara kualitatif, misalnya dengan analisis diskursus yang berkembang (discourse analysis) dan analisis terhadap fakta sejarah (historical analysis). (Penjelasan tentang desain studi kasus akan didapatkan lebih terinci pada modul tersendiri)

Berikutnya, untuk mencapai tujuan riset deskriptif, pengumpulan data dapat dilakukan pula dengan studi kasus atau desain etnografi dengan fokus terhadap observasi secara langsung atau tidak langsung secara tidak terstruktur. Sebagai contoh, adalah narrative inquiry dan critical ethnography.

Secara selintas, Etnografi dapat dijelaskan sebagai bentuk kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, tradisi atau kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985). Penjelasan lebih lanjut tetang etnografi akan diperoleh pada modul berikutnya.

Adapun untuk riset yang bersifat eksploratif pada paradigma relativist, tujuan penelitian dicapai melalui metoda pengumpulan data yang disesuaikan dengan desain lapangan (field design) atau desain etnografi yang memberikan penekanan pada narasumber, sebagai contoh auto-etnografi, autobiografi, sejarah hidup seseorang. Artinya, narasumber dijadikan sebagai sumber ekplorasi dari kajian yang tengah diteliti. Pengumpulan data untuk membuat riset eksplorasi juga dapat dilakukan dengan studi kasus (sehingga menghasilkan kategorisasi dari berbagai data kajian yang baru ditemukan) dan studi dengan pendekatan kualitatif, antara lain melalui wawancara.

Strategi Riset

Strategi riset terbagi dalam dua kelompok utama berdasarkan karakteristik yang membedakan keduanya, yaitu : desain yang "tetap atau konstan" (fix) dan desain yang fleksibel (flexible) Desain yang konstan (fix design) dibangun sebelum data dikumpulkan dan berkembang selama riset dilakukan (Robson, 2002). Data yang dikumpulkan biasanya berupa angka sehingga pengolahannya menggunakan pendekatan kuantitatif. Sementara, yang dimaksud karakteristik fleksibel dalam metode penelitian adalah desain riset yang lebih "bebas, tidak kaku, dapat berubah", dan dapat mulai disusun pada saat data dikumpulkan, tergantung pada data yang berhasil dikumpulkan. Biasanya data bukan berupa angka sehingga proses analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Namun pada strategi fleksibel pun, data kuantitatif juga dapat digunakan sehingga riset berkembang menjadi riset multi-method.

Berdasarkan tipe desain studi yang menyeluruh, fix dan flexible design sama-sama dapat menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Pada fix design, pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan eksperimen yang secara umum lebih mengarah pada quasi eksperimental dan bukan eksperimen penuh. Bentuk pertanyaan penelitian pada kedua strategi inipun berbeda. Pada fix design, bentuk pertanyaan penelitian misalnya adalah : apa dampak dari sebuah kebijakan, serta mengapa dan bagaimana kebijakan dapat berdampak, dengan sebuah catatan bahwa peneliti memiliki "kontrol" terhadap kejadian atau pelaksanaan kebijakan tersebut selain memiliki pengetahuan dan data "riil" serta keterlibatan dalam mekanisme yang berlangsung, sehingga gambaran " Apa" yang ingin diketahui pun menjadi lebih definitif, meliputi ,misalnya, gambaran berapa banyak, siapa, dan dimana.

Pada flexible design bentuk pertanyaan penelitiannya akan lebih mengarah pada "bagaimana" dan "mengapa", dan peneliti hanya memiliki sedikit kontrol terhadap kejadian juga informasi atau data serta keterlibatan yang relatif lebih terbatas pada mekanisme riil yang berlangsung. Contoh metode pengumpulan data yang sering digunakan pada fix design adalah Interview terstruktur dan semi terstruktur (termasuk pertanyaan open ended), melakukan perekaman data atau informasi dan mereviewnya secara berkala. Sedangkan flexible design. Lazim dilakukan dengan wawancara mendalam atau diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), selain observasi, dan juga telaah dokumen. Prinsip sampling dalam menetapkan sampel serta analisis dan interpretasi data dari kedua strategi ini juga menunjukkan perbedaan.

Metode Gabungan (Mix method):

Selain fix dan flexible design, terdapat pula metode riset gabungan yang memadukan kedua desain tersebut. Mix Method studies mengkombinasikan elemen-elemen pada fix design dan flexible design" untuk memperluas ruang lingkup dan kedalaman sudut pandang yang dibentuk (Sandelowski,2000).

Beberapa manfaat penggunaan metode gabungan pada riset kebijakan dan sistem kesehatan adalah sebagai berikut:

•  Untuk menangkap dimensi berbeda dari fenomena utama pada fokus penelitian
•  Menggunakan kombinasi sampling, pengumpulan data dan teknik analisis data untuk tujuan triangulasi,
•  Mengelaborasi hasil melalui data analisis yang lebih lengkap,
•  Mengembangkan penelitian dengan memperkaya identifikasi sampling, pengumpulan data dan analisis data

Riset dengan metode gabungan dapat digunakan antara lain untuk sebuah studi intensif skala kecil, dengan pendekatan kualitatif terlebih dahulu agar diperoleh pemahaman mendetil tentang fenomena yang ada. Kemudian dapat diikuti dengan survei terstruktur dalam skala lebih besar untuk membangun pemahaman yang lebih luas dari fenomena yang telah diperoleh secara kualitatif dan detil pada studi awal. Atau dapat pula dilakukan sebaliknya, survei awal terstruktur dengan pendekatan random sampling dilakukan lebih dulu untuk mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang ada pada populasi responden. Metode ini menyediakan data dasar untuk penggalian lebih lanjut melalui purposive sampling dari populasi yang sama, sehingga didapatkan penggalian mendetil dan pemahaman lebih mendalam dari hasil survei awal.

Apapun pendekatan yang digunakan, metode studi gabungan atau campuran berfokus pada fenomena khusus dan manfaat dari kombinasi metode untuk mencapai tujuan penelitian, Metode gabungan atau campuran ini dapat pula dilakukan dengan mengkombinasikan analisis data dan mengintepretasikan kumpulan hasil studi yang berbeda atau dengan merubah tipe data agar dapat dilakukan analisis statistik dari data kualitatif, misalnya.

Menyusun kerangka teori dalam menginformasikan kebijakan

Dengan kompleksnya fenomena dalam riset sistem dan kebijakan kesehatan, teori berperan penting dalam penetapan berbagai rancangan dan desain studi dalam sebuah penelitian (fix design, flexible design, mix method), atau pada fokus dan tujuan penelitian yang berbeda-beda, apakah implementasi, evaluasi kebijakan, atau lingkup analysis of policy atau analysis for policy). Dalam penelitian evaluasi sebagai contoh ada perkembangan pengetahuam mengenai theory driven inquiry yang bertujuan untuk menelusuri kausalitas yang kompleks (de Savigny & Adam,2009)

Fungsi Kerangka Teori Kebijakan

Modul ini juga membahas fungsi kerangka teori kebijakan. Sejumlah teori dapat ditangkap dari sebuah kerangka berfikir yang menawarkan penjelasan dan prediksi tentang perilaku, atau outcome yang secara sederhana mengidentifikasi elemen hubungan yang relevan. Kerangka berpikir untuk mengarahkan desain studi dapat dibangun dengan menelaah berbagai bukti empirik yang relevan serta literatur teoritis. Terlebih lagi sebuah kerangka konseptual dapat ditinjau ulang pada saat berlangsungnya analisis data temuan, atau dalam bentuk lain kerangka konsep dapat dibangun sebagai hasil dari proses analisis data.

Oleh karena itu HPSR tidak terpaku pada pembentukan bukti empiris dalam menyediakan informasi kepada pengambil kebijakan, namun lebih pada mengkombinasikan penelitian empiris dan teoritis atau mengutamakan teori namun tetap memelihara relevansinya. Kombinasi penelitian empiris dan teoritis membantu memahami norma, nilai, budaya atau tradisi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan dalam sistem kesehatan, termasuk berbagai konteks khusus lainnya dalam kebijakan. (Riewpaiboon, et,al, 2005; Seikh and Porter. 2010). Kombinasi ini diharapkan memberi ruang yang lebih luas untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan dan pengaruh antar waktu dari perubahan kebijakan pada tingkat lokal, nasional maupun global .(Walt, Lush & Ogden, 2004).

Teory Driven Evaluation juga menjadi bahasan dalam bagian ini, untuk mendukung penelitian yang menjelaskan bagaimana kebijakan baru dan intervensinya mempengaruhi operasionalisasi sistem kesehatan(Marchal, Dedzo & Kegels, 2010) Kombinasi penelitian teoritis dan empiris juga dapat membangun pemikiran tentang bagaimana mempengaruhi agenda kebijakan (Shiffman, 2007: Advocacy in agenda setting) atau mengelola perubahan kebijakan (Walker & Zgilson, 2004; managing front line providers acting as street level bureaucrats).

Penelitian teoritis dapat membimbing pada cara baru dalam menggambarkan kompleksitas sistem kesehatan atau apakah pengaruhnya pada kinerja kebijakan serta dapat pula mengantarkan pada pemahaman tentang faktor pemicu bagi aktor dalam pengambilan kebijakan.

Dengan upaya tersebut HPSR memberikan informasi kebijakan dengan memperluas pemahaman tentang apakah yang tercakup dalam upaya penguatan sistem dan kebijakan kesehatan sebagai dasar identifikasi fokus, pertanyaan dan berikutnya rancangan penelitian.

 

  Bahan belajar

Charmaz, Kathy (2006) Constucting Grounded Theory: A practical Guide trough Qualitative Analysis. SAGE Published Ltd. California

Congdon, Justin.D, Dunham, Arthur E. 1999. Defining the Beginning: The Importance of Research Design. IUCN/SSC Marine Turtle Specialist Group Publication No. 4, 1999. http://mtsg.files.wordpress.com/2010/07/14-defining-the-beginning.pdf

Gilson Lucy. Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader. WHO. 2012.

Buku ini dapat di download dari website WHO.

Robson C (2002). Real world research: a resource for social scientists and practitioner-researchers, 2nd ed. Oxford, Blackwell Publishing.

 

  Kegiatan pembelajaran

Pertanyaan-pertanyaan untuk Modul "Design Study"

  1. Jelaskan pernyataan berikut ini dengan menggunakan contoh langsung pada proposal penelitian yang anda susun : "The research purpose and question/s shape the research strategy".
  2. Setelah anda mempelajari tentang desain atau rancangan penelitian, cermati telah sesuaikah rancangan atau desain studi dengan tujuan penelitian dalam proposal penelitian yang anda ajukan ? Jelaskan
  3. Berikutnya, telah selaras dan sesuaikah dasar penelitian anda (permasalahan, paradigma yang digunakan dalam memandang permasalahan, fokus atau pertanyaan penelitian dan tujuan) dengan strategi pengumpulan dan analisis data penelitian) Jelaskan.

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:
File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2b2.doc

Keterangan:

X        = nomor fasilitator anda.
YYY    = kode nama peserta
M2b2  = Modul2b2

 

  Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 15 Desember 2012, jam 24.00

 

Modul 2B1

Modul 2.B Key Steps in The Process of Health System and Policy Research : Identify research focus and question. 10 - 12 Desember 2012

Tugas paling lambat dikirim tanggal 12 Desember 2012, jam 24.00

 Deskripsi

Metode dan rancangan penelitian merupakan bagian penting untuk memastikan berlangsungnya sebuah penelitian dan sekaligus memberikan manfaat bagi upaya penyusunan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy). Itu sebabnya, setelah introduksi HPSR (Introduction to health policy and system research), modul ini membahas langkah-langkah pelaksanaan riset kebijakan dan sistem kesehatan (Doing HPSR: key steps in the process), sebelum akhirnya melanjutkan bahasan tentang strategi riset (Overview of research strategies).

Modul 2 B, secara bertahap membahas langkah-langkah konkrit penyusunan sebuah penelitian kebijakan dan sistem kesehatan, mulai dari mengidentifikasi masalah dan fokus penelitian (Identify research focus and question), bentuk-bentuk desain penelitian (design the study), bagaimana memastikan ketelitian dan kualitas penelitian (ensure research quality and rigour) serta prinsip etika penelitian yang perlu diterapkan (apply ethical principles) sejak awal penyusunan proposal penelitian.

Hal utama yang lazim mendasari sebuah penelitian adalah adanya permasalahan tertentu yang mendorong dan menggerakkan peneliti untuk mendalami serta mencari alternatif solusi dengan berbagai pendekatan metode penelitian. Oleh karena itulah, langkah penting dalam penelitian adalah mengidentifikasi dengan jelas permasalahan yang ada sebagai fokus dan dasar pertanyaan penelitian. Ketajaman identifikasi permasalahan dan kemudian fokus serta pertanyaan penelitian akan menentukan kualitas sebuah penelitian. Bagaimana menetapkan fokus dan pertanyaan penelitian dalam sebuah proposal penelitian menjadi bahasan pada bagian pertama dari modul 2B.

 

  Tujuan pembelajaran Modul 2B.1.

Mempelajari modul 2B.1 menjadi sangat penting bagi peserta untuk :

  1. Membantu mempertajam identifikasi permasalahan dan fokus penelitian pada latar belakang proposal penelitian.
  2. Menyusun pertanyaan penelitian

Setelah mempelajari Modul 2B.1 ini diharapkan para peserta dapat melanjutkan proses penulisan yang telah diawali sebelumnya (bab pendahuluan dari modul pertama). Pada tahap ini, proposal penelitian diharapkan menjadi lebih lengkap dan menunjukkan arah dan tujuan yang jelas.


 Isi Modul

Kontribusi riset dalam kebijakan menjadi penting mengingat kebijakan publik yang ada saat ini belum memberikan perbaikan yang signifikan bagi bangsa. Meski kemudian dapat dilakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil dan dampak kebijakan publik, namun kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan data dan riset yang tajam sulit untuk menyampaikan terciptanya kondisi yang lebih baik di masa mendatang, sebagaimana ungkapan Dunn berikut ini:

"....... Pada kenyataannya, ada jarak yang amat lebar antara pembuatan analisis kebijakan dan pemanfaatannya dalam proses pembuatan kebijakan."

Fokus dan pertanyaan penelitian yang berangkat dari kejelasan masalah penelitian akan menentukan kualitas dan tingkat manfaat sebuah riset kebijakan dan sistem kesehatan serta pada gilirannya jarak antara peneliti dan pembuat kebijakan. Untuk menyusun fokus dan pertanyaan penelitian diperlukan landasan yang jelas dan kuat serta pula mempertimbangkan metode penelitian yang akan digunakan untuk mencapai target penelitian.

Pendahuluan:

Penyusunan proposal penelitian berangkat dari pendahuluan yang merupakan bagian pertama dan menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam riset. Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya menjelaskan suatu isu atau concern untuk membangun kerangka penelitian sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan penelitian-penelitian lain (Wilkinson, 1991). Selain itu, pendahuluan juga harus membuat pembaca tertarik pada topik penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada riset, meletakkan riset dalam literatur yang lebih luas, dan menjangkau audiens tertentu (Creswell, 2011).

Pada umumnya, pendahuluan berisi masalah, lalu menjustifikasi alasan mengapa masalah tersebut harus diangkat dalam riset, itu sebabnya identifikasi fokus dan pertanyaan penelitian disampaikan pada bagian pendahuluan. Mengidentifikasi dan menjabarkan masalah pada riset bukanlah perkara mudah. Ketika masalah penelitian tidak jelas terdeskripsikan, maka signifikansi riset menjadi sulit dipahami (Creswel, 2011). Masalah dalam riset merupakan problem atau isu yang menuntun pada kepahaman tentang urgensi atau keharusan dilaksanakannya riset tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber, antara lain data atau fakta riil yang ditemui dan dialami peneliti, perdebatan tajam dan meluas dalam berbagai literatur atau perbedaan kebijakan di pemerintah atau antara para eksekutif dan pejabat publik lainnya.

Model Pendahuluan:

Salah satu model pendahuluan yang dikenal dalam penyusunan proposal penelitian adalah model defisiensi pendahuluan (deficiency model of an introduction) Model ini kerap dipakai dan merupakan salah satu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini terdiri dari lima bagian, yaitu:

•  Masalah penelitian
•  Penelitian-penelitian sebelumnya
•  Kekurangan-kekurangan (deficiencies) dalam penelitian-penelitian sebelumnya
•  Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu
•  Tujuan penelitian

Identifikasi masalah sebagai dasar menentukan fokus dan pertanyaan penelitian.

Langkah pertama dari HPSR adalah mengidentifikasi isu atau problem serta pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Berbagai isu atau permasalahan dalam pendahuluan dimunculkan dengan pertimbangan relevansi kebijakan serta ditujukan untuk memberikan informasi kepada pengambil kebijakan. Semestinya penetapan prioritas isu senantiasa dikaitkan dengan aspek konteks, konten, dan aktor pada skala lokal, nasional bahkan global. Keterlibatan para stakeholder atau aktor kebijakan adalah penting untuk menerjemahkan permasalahan kebijakan dan sistem kesehatan menjadi sebuah pertanyaan penelitian, termasuk kemudian penetapan permasalahan berdasarkan urutan prioritas. Pertanyaan penelitian yang baik harus mampu kelola (feasible), misalnya ruang lingkup studi harus mempertimbangkan sumberdaya dan waktu yang tersedia (Robson 2002; Varkevisser, Pathmanathan & Brownlee, 2003)

Identifikasi Masalah Kebijakan

Ketika akan memulai suatu studi kebijakan, peneliti harus mengetahui secara persis situasi permasalahan tersebut, yang antara lain dapat ditelusuri dengan berbagai contoh pertanyaan berikut (Quade,1982):

  1. Bagaimana suatu permasalahan itu muncul? Mengapa itu menjadi sebuah permasalahan ?
  2. Siapa sajakah yang berfikir bahwa itu merupakan suatu permasalahan bersama?
  3. Mengapa diperlukan suatu solusi? Pendalaman pertanyaan yang dapat dilakukan apa yang akan terjadi dengan solusi tersebut? Apakah semua orang akan bertindak sesuai dengan rekomendasi kebijakan/solusi tersebut?
  4. Seperti apakah seharusnya bentuk solusi yang diinginkan? Solusi apa yang sekiranya dapat di terima?
  5. Apakah ini benar-benar merupakan suatu permasalahan? Apakah ini hanya merupakan manifestasi dari sebuah permasalahan yang lebih besar dan dalam?apakah tidak lebih baik menangani masalah yang lebih besar jika ada?

Identifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut :

  1. Source and Background of the Problem.
    Sumber dan latar belakang dari permasalahan dapat dijelaskan secara singkat sehingga didapatkan gambaran yang jelas dari inti suatu permasalahan yang terjadi.
     
  2. Reasons for Attention
    Alasan suatu masalah untuk diperhatikan. Merupakan penjelasan mengapa suatu situasi memerlukan perhatian dan kajian. Ini dapat membantu dalam menentukan berapa banyak dan apa saja yang harus disiapkan oleh peneliti.
     
  3. Groups or Institutions Toward Which Corrective Activity Directed
    Menggambarkan dengan jelas siapakah sasaran dari kebijakan atau program yang akan dianalisis atau diteliti, apakah suatu instansi yang terkait dengan permasalahan tersebut, ataukah pemerintah sebagai pengeksekusi terakhir.
     
  4. Beneficiaries and Losers
    Peneliti harus dapat menentukan kebijakan dengan keuntungan terbesar bagi orang banyak dan mengurangi kerugian di setiap elemen.
     
  5. Related Programs and Activity
    Peneliti harus dapat menemukan apakah sudah terdapat program terkait dengan kebijakan tersebut, atau aturan baku mengenai permasalahan tersebut.
     
  6. Goals and Objectives
    Jika suatu permasalahan digambarkan dengan jelas, tepat dan benar, maka peneliti akan dapat mengarahkan solusi permasalahan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Penetapan tujuan dan sasaran penelitian karenanya akan merupakan sebuah solusi yang dapat diterima dengan baik oleh setiap pelaksana kebijakan. 
     
  7. Criteria and Effectiveness
    Permasalahan tersulit adalah menentukan pengukuran kriteria dan kebijakan yang paling efektif bagi suatu permasalahan tersebut. Kriteria dibutuhkan untuk menentukan alternatif-alternatif kebijakan untuk penelitian lebih lanjut.
     
  8. The Framework for Analysis
    Jenis dan konsep penelitian harus dapat merangkum dengan jelas semua permasalahan yang terjadi dan menggambarkannya secara terarah dan detail agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

    Mengaitkan dengan siklus kebijakan untuk mengkaitkannya dengan tahapan kebijakan (formulasi, implementasi, evaluasi, misalnya) adalah penting diperhatikan dalam menentukan fokus dan pertanyaan penelitian.

    Membangun jaringan, berpikir kreatif juga menjadi hal penting yang akan menentukan penyusunan fokus dan pertanyaan penelitian.

Berikutnya, review literatur dilakukan sebagai dasar berpikir untuk membangun kerangka teori dari penelitian yang akan dilaksanakan. Selain itu, penelusuran terhadap penelitian yang sejenis atau terkait yang pernah dilakukan sebelumnya amat penting demi menghindari duplikasi penelitian yang memberi celah untuk terjadinya pelanggaran etika penelitian (Emmanuel, et.al 2004)

Modul juga membahas tentang Dua (2) Tantangan Kunci Membangun Fokus dan Pertanyaan Penelitian, pertimbangan menyeluruh, komprehensif terhadap sistem kebijakan termasuk aktor di berbagai tingkatan :

box4

 Identifikasi Tujuan Penelitian serta empat (4) dimensi yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan pertanyaan penelitian :

table4

Perbedaan Tujuan dari Berbagai Jenis Penelitian, Keterkaitan dengan Pertanyaan serta Pendekatan Multi Tujuan Penelitian:

box5

figure4

box6

Dalam keseluruhan tahap penentuan fokus dan pertanyaan penelitian, perbedaan level kebijakan pada sistem kesehatan harus selalu diperhatikan (makro, meso atau mikro), selain memperkaya prosesnya dengan senantiasa mengingat pertimbangan multidisiplin keilmuan dan kriteria pertanyaan penelitian yang baik.

 

 Bahan belajar

Dunn, William. 1994. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
dialihbahasakan oleh Samodra Wibawa dan tim. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

Dunn, W. N. 1994. Public Policy Analysis : An Introduction. New Jersey, USA : Pearson Prentice Hall.
Dalam http://www.slideshare.net/tsauri28/intisari-buku-public-policy-analysis-william-n-dunn.

Gilson Lucy. Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader. WHO. 2012.
Buku ini dapat di download dari website WHO.

Gormley, William T. dan Cristina L. Boccuti. 2001. Dalam
http://www.brainmass.com/ homework-help/health-sciences/health-issues-throughout-lifespan/86097.

Htwe, Mynt. 2006. Formulation, Implementation and Evaluation of Health Research Policy.
Regional Health Forum WHO South-East Asia Region Volume 5, Number 2. http://www.searo.who.int.

Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
Morse, J.M. (1994). Designing funded qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln, (Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 220-235). Thousand Oaks, CA: Sage.

Wilkinson, A.M. (1991). The Scientist's Handbook for Writing papers and Dissertations. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Walt, Gill. 1994. Health Policy (An Introduction to Process and Power). London: Zed Books Ltd.

www.slideshare.net/tsauri28/intisari-buku-public-policy-analysis-william-n-dunn.

 

 Kegiatan pembelajaran

  1. Periksa kembali, apakah anda telah membuat pertanyaan penelitian yang baik, sesuai dengan pendapat Gilson dalam HPSR
  2. Telahkah anda menggunakan multidisiplin ilmu dalam menetapkan fokus dan pertanyaan penelitian pada proposal yang anda susun?
  3. Telahkah anda mempertimbangkan kesesuaian tujuan (purpose) dengan penetapan jenis /rancangan penelitian anda (Box.5) serta pula bentuk (form) pertanyaan penelitian (Box.6). Jelaskan
  4. Buatlah sebuah review literatur (dengan padat, singkat) sebagai daftar dalam menetapkan fokus dan pertanyaan penelitian anda.

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:

File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2B1.doc

Keterangan:

X         = nomor fasilitator anda.
YYY     = kode nama peserta
M2B1   = Modul 2B1

 

 Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 12 Desember 2012, jam 24.00

 

 

Modul 2A-4 Memahami Konteks Sosial dan Politik dalam HPSR



Modul 2A-4 Memahami Konteks Sosial dan Politik dalam HPSR
(Understanding the Nature of Social and Political Reality). 6 - 9 Desember 2012

Tugas paling lambat dikirim tanggal 9 Desember 2012, jam 24.00

 Deskripsi

Keberadaan konteks amat berarti bagi sebuah kebijakan untuk berbagai alasan yang saling terkait. Pertama, konteks membentuk kemungkinan perubahan kebijakan, misalnya, terjadinya reformasi akan menjadi konteks yang mendasari tuntutan perubahan kebijakan. Kedua, konteks membentuk posisi dan perspektif kepentingan para aktor atau pelaku kebijakan. Ketiga, konteks menentukan efektifitas atau kesesuaian dari setiap tindakan atau keputusan yang berbeda. Dalam beberapa konteks, akan menjadi lebih efektif untuk mengambil pilihan atau tindakan tertentu, namun pada konteks lain, bertindak dengan cara yang sama belum tentu akan efektif. (Nash et al., 2006). Konteks sosial dan politik sangat erat kaitannya dengan sistem kesehatan. Dengan demikian, dalam riset sistem dan kebijakan kesehatan, konteks sosial dan politik menjadi tidak terpisahkan bahkan sangat mempengaruhi. Analisis terhadap pengaruhnya pun tergantung pada paradigm yang dipakai, apakah positivis, relativis, atau critical paradigm.


 Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dari modul ini antara lain:

Dengan mempelajari modul ini, diharapkan peserta

  1. Mengetahui berbagai paradigm yang dapat dipakai sebagai sudut pandang peneliti untuk melakukan analisis kebijakan dalam riset kebijakan dan sistem kesehatan .
  2. Membantu peneliti menetapkan sudut pandang/paradigma dalam menyusun proposal penelitian sebagai dasar pengajuan jenis penelitian, disain studi dan pembahasan serta analisis temuan dari riset kebijakan dan sistem kesehatan yang dilakukan nantinya.

 

  Isi Modul

Modul ini menekankan pada cara memahami sudut pandang (paradigm/worldview) peneliti pada topik penelitian (apa yang tengah diteliti). Paradigma peneliti akan mempengaruhi pemilihan jenis penelitian, juga berikutnya disain serta analisis terhadap temuan penelitian. Diskusi tentang paradigma penelitian telah menjadi bahasan umum dalam ilmu-ilmu sosial, namun relatif masih jarang terjadi di riset kesehatan (Gibson, 2009; Lincoln & Gubba, 2000 dalam Creswell, 2010).

Beberapa ahli lebih suka menyebutnya sebagai pandangan-dunia (worldviews), karena memiliki arti "kepercayaan dasar atau keyakinan yang memandu tindakan" (Guba, 1990:17, dalam Creswell, 2010. Seluruh riset akan dipengaruhi oleh paradigma atau sudut pandang peneliti dalam memahami dan memaknai konteks, realita, dan keilmuan. Penting bagi seorang peneliti untuk mengenali dan menetapkan sudut pandang atau paradigma yang digunakan terhadap suatu permasalahan karena akan mempengaruhi jenis pertanyaan yang akan diajukan serta strategi riset yang dipilih.

Kerangka Penelitian

Pengajuan kerangka atau desain sebuah penelitian diawali dengan menetapkan sudut pandang (paradigm). Dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang berkait dengan kemanusiaan. paradigma membantu kita memahami fenomena serta membangun asumsi untuk melaksanakan penelitian sebagai bentuk kontribusi dalam penyelesaian berbagai masalah, pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan berbasis bukti. (Firestone, 1978; Gioia&Pietre, 1990; Kuhn, 1970). Pembahasan tentang paradigm meliputi teori, konsep atau metode dan pendekatan dan terus berkembang, dibedakan menurut dasar ilmu serta sering dipertentangkan (Philips, 1987). Terdapat dua paradigma yang secara luas dibahas dalam literature, yaitu paradigma kualitatif dan paradigma kuantitatif (Philips, 1987; Reichardt & Cook, 1979; Webb, Beals, & White, 1986). Paradigm kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma tradisional, positivist, eksperimental, atau empiris. Pemikiran kuantitatif berasal dari tradisi empiris yang dikembangkan para ahli seperti Comte, Mill, Durkheim, Newton, dan Locke (J. Smith, 1983). Paradigm kualitatif menyatakan pendekatan konstruktif atau naturalist (Lincoln & Guba, 1985), pendekatan interpretatif (J. Smith, 1985), atau sudut pandang postpositivist atau postmodern (Quantz, 1992). Pendekatan ini berawal sebagai tindakan balasan terhadap tradisi positivist di akhir abad 19 melalui para penulis seperti Dilthe, Weber, dan Kant (J. Smith, 1983).

Dalam HPSR, diperkenalkan dan dibahas tentang paradigm positivist, relativist, dan critical realism, sebagai beberapa terminologi yang menggambarkan tiga cara untuk melihat dan mencari tahu tentang permasalahan manusia dengan lingkungannya. Paradigma tersebut akan berpengaruh terhadap bagaimana cara peneliti memandang sebuah isu atau permasalahan dan kemudian menjadi acuan bagi peneliti untuk menetapkan dan memilih teori, metode atau pendekatan dalam menjalankan riset.

Elemen kunci dari paradigma pengetahuan yang diterapkan dalam HPSR

Paradigma pengetahuan pada riset akan mempengaruhi : jenis pertanyaan yang ditujukan, perspektif disiplin ilmu yang berkaitan, dan metode serta pendekatan inti riset yang digunakan peneliti.

Ketiganya akan berbeda manakala digunakan paradigma yang berbeda, apakah itu positivis, relativis atau di antaranya yaitu critical realism. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

2a4

Luasnya pemahaman tentang ilmu dan realitas sosial (yang dipengaruhi oleh politik, ideologi dan berbagai konteks lain), mendasari HPSR analysis dengan memperkenalkan pula perspektif causality, generalizability dan learning. Pada riset kebijakan dan sistem kesehatan, bila mengacu pada pemahaman sistem, maka jelas pengaruh konteks politik, ekonomi dan sosial pada skala lokal, nasional bahkan internasional tidak bisa ditepiskan.

2a42 

Untuk mengubah tuntutan menjadi sebuah kebijakan,misalnya, suatu sistem harus mampu mengatur penyelesaian-penyelesaian pertentangan atau konflik dan kemudian komitmen terhadap resolusi yang telah dihasilkan. Karena sistem kebijakan tersebut dibangun berdasarkan elemen-elemen yang mendukung sistem tersebut, maka dinamika berlangsungnya sistem tersebut akan bergantung pada interaksi antar berbagai subsistem. (David Easton, Analisis Sistem Politik dalam Mohtar Mas'oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2001) hal. 5-6.). Pandangan tersebut dikuatkan oleh Ronald H. Chilcote(1981), dengan memberikan penjelasan tentang Teori Sistem Kebijakan dan Struktur Politik. Argumentasi yang dibangun adalah bahwa kebijakan merupakan suatu rangkaian logis yang terdiri dari input, proses dan output, dan dipengaruhi oleh infrastruktur politik dan suprastruktur politik. ( Ronald H. Chilcote, Teori Perbandingan Politik-Penelusuran Paradigma (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta) 2004, edisi ke-2.

 

 Bahan belajar

http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/kay/kasva/vk/kerosuo/boundari.pdf

http://shura.shu.ac.uk/1759/1/Prof_Boundaries_FINAL_REPORT.pdf

http://www.jmpk-online.net/images/jurnal/2008/Vol_11_No_2_2008/03_mk_dumilah%20ayuningtyas.pdf

http://www.jmpk-online.net/images/jurnal/2009/Vol_12_No_3_2009/03_mk_dumilah.pdf

 

 Kegiatan pembelajaran

  1. Apakah anda telah menetapkan sebuah paradigm atau sudut pandang dalam proposal penelitian yang anda susun sebagai dasar untuk merancang strategi penelitian (jenis dan disain penelitian) serta sudut analisis anda terhadap temuan penelitian nantinya.
  2. Jelaskan pemahaman anda tentang paradigma yang digunakan dalam HPSR (positivism, realism, critical realism) dan apa implikasinya terhadap HPSR
  3. HPSR merupakan penelitian kebijakan kesehatan yang memandang sebuah permasalahan kesehatan tertentu secara sistemik, di dalam sebuah lingkungan yang dipengaruhi oleh konteks politik dan sosial. Apakah anda telah mempertimbangkan konteks tersebut sebagai dasar dalam menetapkan paradigma penelitian anda?

Jawaban dikirim ke pengelola dengan cara:
File ditulis dalam word dan diberi kode: XYYYM2A4.doc

Keterangan:

X       = nomor fasilitator anda.
YYY   = kode nama peserta
M2A4 = Modul2A4

 

  Kirim tugas ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

Jangan lupa memberi cc ke email setiap fasilitator yang telah ditunjuk untuk anda.

Tugas paling lambat dikirim tanggal 9 Desember 2012, jam 24.00