Program Pengembangan Jarak-Jauh Tahap 1:

Program Pengembangan Jarak-Jauh Tahap 1:

Mengembangkan Tata Kelola Unit Penelitian
dan Rencana Business

Oktober, November, Desember 2012

Tanggal 3-4 januari 2013 kegiatan tatap muka di University Club Hotel UGM
Boulevard UGM, Bulaksumur Yogyakarta

  Deskripsi Program

Lembaga yang meneliti kebijakan kesehatan secara independen belum banyak jumlahnya di Indonesia. Sebagian besar berada di universitas dan lembaga penelitian di pulau Jawa. Akibat yang terjadi adalah kemajuan perkembangan penelitian kebijakan kesehatan masih lambat. Sementara itu, sebagian dosen justru mempunyai kegiatan penelitian di berbagai Yayasan dan PT milik swasta atau milik sendiri. Mengapa terjadi seperti ini? Salah satu hal yang sangat penting adalah bahwa para dosen mempunyai persespi dan pengalaman buruk dengan birokrasi dan tata kelola kampus. Kenyataan pahit yang sering dialami adalah pihak universitas memotong anggaran penelitian sekitar 10% yang ternyata sangat merugikan peneliti. Dalam hal ini seharusnya penelitian didukung oleh universitas, ternyata justru harus dipotong. Dengan latar belakang ini maka pengembangan lembaga/unit penelitian di universitas menjadi terhambat, dan semakin sulit berkembang.

Program Pengembangan Jarak Jauh ini dirancang dalam latar belakang ini, yang semakin menjadi penting karena adanya kebijakan tata kelola universitas yang dipicu oleh terbitnya UU no 12 tahun 2012, mengenai Pendidikan Tinggi. Para pengelola unit penelitian perlu memperhatikan UU ini dan kebijakan Badan Layanan Umum.
 

  Tujuan Pengembangan Jarak-Jauh
 

  1. Memahami tata kelola perguruan tinggi dalam konteks UU no 12 tahun 2012: UU Pendidikan Tinggi
  2. Memahami kebijakan Badan Layanan Umum
  3. Memahami konsep dan melakukan business plan

 

jen mod  Jenis Modul 

Program Jarak Jauh ini tersusun atas 2 modul sebagai berikut:

Modul PJJ-RU-01: Mempelajari Tata Kelola Universitas berdasarkan UU Pendidikan Tinggi dan Badan Layanan Umum.
Akan dilakukan pada minggu ke 2 dan 3 bulan Oktober.

Modul PJJ-RU-02: Merencanakan Business Plan.
Akan dilakukan pada bulan November sampai Desember . Hasil akan disajikan di Yogyakarta pada 3-4 Januari 2013.

 

cara pjj  Cara melakukan Program Jarak-Jauh
 

  • Tiap perguruan tinggi mempunyai tim yang akan terlibat dalam penyusunan Business Plan dan tata kelola
  • Tim ini terdiri atas dua kelompok: (1) Tim Kecil yang mengikuti pertemuan di Surabaya (2 atau 3 orang), dan (2) Tim Besar yang akan terlibat dalam penyusunan Business Plan, dan sudah ditulis di Surabaya.
  • Tim Kecil akan membahas Modul no 1 dan no 2. Pembahasan akan dilakukan melalui mailing-list, dan dengan audio streaming. Para peserta diharapkan untuk diskusi melalui miling-list. Seluruh anggota Tim Kecil akan masuk ke miling list untuk berdiskusi secara virtual. Diskusi akan dipacu oleh fasilitator.
  • Modul 1 danModul 2 diharapkan menjadi dasar untuk melakukan penyusunan Business Plan.

 

  Bacaan utama:
 

  1. UU PendidikanTinggi
  2. Kebijakan BLU 
  3. PP No 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum 
  4. PP No 74 Tahun 2012 tentang Perubahan PP 23 tahun 2005 
  5. Matriks perbandingan PP No 23 tahun 2005 dengan PP No 74 tahun 2012 

 

 

 

 

Pengembangan Kelompok Riset Kebijakan Kesehatan

Pengembangan
Kelompok Riset Kebijakan Kesehatan
Di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran

September 2012 – Mei 2013

Dimulai tanggal 18 September 2012 pada Forum Kebijakan Kesehatan Nasional 2012
di Hotel Oval Surabaya

Diselenggarakan oleh
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

 

Silahkan klik tombol untuk melihat isi halaman

rdeskripsi

rtujuan

rstruktur

  Proses Pembelajaran                                                                                     

rpeserta

 

 

 

  

Audio Streaming , 20 Februari 2013

 Arsip Audio Streaming selengkapnya Klik Disini

 

 

 

 

Silahkan Klik pada Modul untuk melihat isi halaman


 

INFORMASI LEBIH LANJUT :

Angelina Yusridar
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Farmako, Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp/Fax. +62274 – 549425 (hunting)
Email :  This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Website : www.kebijakankesehatanindonesia.net 

 

Sesi 3: Workshop metode Realist Evaluation

  Deskripsi

Dalam modul jarak jauh (2.C.4) digarisbawahi bahwa dewasa ini semakin marak tuntutan untuk evaluasi kebijakan kesehatan. Seiring dengan perkembangan di bidang evaluasi program sosial, pendekatan realist evaluation dalam evaluasi kebijakan kesehatan semakin diminati. Fokus pendekatan tersebut bukan semata pada apakah suatu kebijakan efektif atau tidak, namun lebih jauh pada kebijakan tersebut efektif bagi siapa dalam kondisi apa. Salah satu dasar pemikiran utama dari pendekatan ini adalah bahwa kebijakan yang sama apabila diterapkan dalam kondisi yang berbeda dapat menghasilkan dampak yang berbeda pula (Bagan 1).

Sebagai implikasi dari prinsip dasar tersebut dalam evaluasi kebijakan dengan pendekatan realist evaluation peneliti mencermati:

  1. Outcome (O): dampak dari kebijakan
  2. Mechanisme (M): mekanisme yang mendasari dampak dari kebijakan
  3. Context (C) : karakteristik kondisi dimana mekanisme tersebut menghasilkan dampak yang terdokumentasi

context

Bagan 1. Interaksi context, mechanisme dan outcome dalam kebijakan kesehatan

 

  Tujuan Kegiatan :

Setelah mengikuti kegiatan workshop ini diharapkan para peserta:

• Memahami dasar-dasar realist evaluation
• Memahami aplikasi realist evaluation dalam konteks evaluasi kebijakan
 

  Jadual Kegiatan Workshop sesi 3 :

 

  1. Pengantar prinsip-prinsip realist evaluation
  2. Mempelajari contoh artikel aplikasi realist evaluation dalam evalusi kebijakan
  3. Diskusi pembelajaran contoh artikel aplikasi realist evaluation dalam evaluasi kebijakan
  4. Sintesis

 

 

Sesi 5: Pengembangan Individu/peneliti/Konsultan dan Lembaga Penelitian Kebijakan

  Deskripsi

Ketika seorang peneliti kebijakan bekerja di sebuah lembaga, pertanyaan pentingnya adalah: apa jenis lembaganya? Apakah lembaga penelitian saja, ataukah sebuah lembaga penelitian kebijakan yang dapat berfungsi sebagai think tank ? Lebih jauh lagi, pertanyaannya adalah: Apakah lembaga penelitian kebijakan ini bonafid? Apakah mempunyai dasar hukum yang kuat, apakah mempunyai infrastruktur yang cukup baik, apakah mempunyai sumber daya keuangan yang cukup sehingga secara keuangan sehat. Pertanyaan lebih jauh lagi: apakah lembaga ini mempunyai independensi? Berbagai pertanyaan tersebut akan dibahas di Sesi ke 7 ini , dan diawali dengan pemahaman mengenai apa yang disebut sebagai konsultan, dosen, dan peneliti. Selanjutnya pembahasan mengenai lembaga penelitian kebijakan akan dilakukan dengan studi kasus Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM yang tahun ini berusia 15 tahun. Aspek keterlekatan peneliti dengan lembaga penelitian akan dibahas di Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia di Surabaya pada tanggal 18 September 2012. Kegiatan ini dapat diklik pada www.kebijakankesehatanindonesia.net
 

  Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan Sesi 5 ini diharapkan para peserta:

•  Memahami beda antara dosen, peneliti, dan konsultan (termasuk advocator kebijakan)
•  Memahami jenis-jenis lembaga penelitian
•  Memahami hubungan antara peneliti dengan lembaga penelitian
•  Memahami system manajemen lembaga penelitian yang baik.
•  Memahami tantangan dalam mengelola lembaga penelitian kebijakan.
 

  Jadual Kegiatan Workshop sesi 5 :

 

  1. Memahami beda konsultan, dosen, dan peneliti.
  2. Memahami lembaga penelitian yang mempunyai komponen kebijakan seperti PMPK.
    Memahami hubungan antara peneliti dengan lembaga
  3. Tour ke PPMPK
  4. Melihat prospek lembaga penelitian kebijakan yang dapat dimasuki sebagai tempat bekerja, atau afiliasinya.

 

  Bahan Bacaan

Bennett S, Corluka A, Doherty A and Tangcharoensathien V. 2012.Approaches to developing the capacity of health policy analysis institutes:
a comparative case study. Health Research Policy and Systems 2012, 10:7 http://www.health-policy-systems.com/content/10/1/7

Jennifer Stephens J, Levine R, Burling A, Russ-Eft D . 2011. An Organizational Guide to Building Health Services Research Capacity.
Agency for Healthcare Research and Quality Rockville, MD. American Institutes for Research Washington, DC 

White F. 2002. Capacity-building for health research in developing countries: a manager's approach.
Rev Panam Salud Publica/Pan Am J Public Health 12(3), 2002 

 

 

 

Workshop penyusunan Policy Brief

  Deskripsi

Di dalam modul jarakjauh telah diuraikan bahwa pemanfaatan hasil riset kebijakan kesehatan merupakan salah satu isu yang berkembang dibicarakan di antara para analis kebijakan. Beberapa penelitian kebijakan dapat memberikan manfaat berupa temuan yang disitasi oleh peneliti atau penelitian lain. Namun beberapa peneliti lainnya bergerak lebih jauh dengan mencoba memasuki ranah proses pembuatan kebijakan. Menurut mereka, suatu kebijakan atau proses pembuatan kebijakan seyogyanya merupakan hasil atau setidaknya mendapat masukan dari hasil-hasil riset kebijakan. Dalam konteks inilah upaya mengkomunikasikan hasil-hasil riset kebijakan kepada pengambil keputusan menjadi relevan.

Modul 3 jarakjauh telah membahas beberapa saluran yang dapat digunakan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil riset kebijakan kepada pengambil keputusan atau pemangku kepentingan (stakeholders) lain, misalnya Policy Brief, Policy Paper dan Policy Memorandum. Tanpa mengecilkan arti saluran lain yang ada dan ketrampilan lain yang dibutuhkan, sesi ini secara khusus akan melatih penyusunan Policy Brief.

Sebagaimana telah disampaikan dalam pengantar Modul 3A (modul jarak jauh), sebelum menyusun Policy Brief, Anda harus telah mengidentifikasi beberapa hal berikut:

  1. Mengidentifikasi isu kebijakan
  2. Mengembangkan dialog dua-arah dan 'keterlibatan' dengan beneficiary dari manfaat riset (misalnya: pembuat kebijakan)
  3. Menciptakan tim komunikasi dan diseminasi
  4. Mengidentifikasi kelompok target audiens yang relevan
     

  Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan workshop ini diharapkan para peserta:

  1. Mengidentifikasi isu kebijakan yang menjadi topic policy brief
  2. Mengidentifikasi target audiens
  3. Menyusun halaman pertama dari policy brief

 
 

  Jadual kegiatan Workshop
 

  1. Pengantar Materi
  2. Kerja mandiri menulis policy brief (1 halaman)
  3. Diskusi contoh hasil penulisan policy brief (sampel 1 -2 peserta)

 

  Bahan Bacaan

Modul Penyusunan Policy Brief - Nenggih Wahyuni

Implementation research evidence uptake and use for policy-making
(Health Research Policy and Systems 2012, 10:20) 

Yes, research can inform health policy; but can we bridge the 'Do-Knowing It's Been Done' gap?
(Health Research Policy and Systems 2011, 9:23)  

The Knowledge Translation Toolkit: Bridging the Know-Do gap, a resource for researchers (IDRC, 2011) .
Available online at: http://www.idrc.ca/EN/Resources/Publications/Pages/IDRCBookDetails.aspx?PublicationID=851

J. Lavis. J. Lomas, M. Hamid and N. Sewankamo. Assessing Country-Level Efforts to Link Research to Action.
Bulletin of the World Health Organisations, 84 (2006): 620 – 28. Available online at:
http://www.who.int/bulletin/volumes/84/8/06-030312.pdf

What Difference does a Policy Brief Make? Penelope Beynon, Christelle Chapoy, Marie Gaarder and Edoardo Masset (August 2012).
Available online PDF [[115p.] at: http://bit.ly/NX9hWx

 

 

Sesi 2: Workshop Perumusan Masalah

  Deskripsi

Di dalam modul jarak jauh diuraikan berbagai hal:

  1. Penyusunan proposal penelitian berangkat dari pendahuluan yang merupakan bagian pertamadan menentukan tahap – tahap selanjutnya dalam riset. Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya menjelaskan suatu isu atau concern untuk membangun kerangka penelitian sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan penelitian - penelitian lain (Wilkinson, 1991). Selain itu, pendahuluan juga harus membuat pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada riset, meletakkan riset dalam literatur yang lebih luas, dan menjangkau audiens tertentu (Creswell, 2011).
  2. Pada umumnya, pendahuluan berisi masalah, lalu menjustifikasi alas an mengapa masalah tersebut harus diangkat dalam riset, itu sebabnya identifikasi focus dan pertanyaan penelitian disampaikan pada bagian pendahuluan. Mengidentifikasi dan menjabarkan masalah pada riset bukanlah perkara mudah. Ketika masalah penelitian tidak jelas terdeskripsikan, maka signifikansi riset menjadi sulit dipahami (Creswel, 2011).
  3. Masalah dalam riset merupakan problem atau isu yang menuntun pada kepahaman tentang urgensi atau keharusan dilaksanakannya riset tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber, antara lain data atau fakta riil yang ditemui dan dialami peneliti, perdebatan tajam dan meluas dalam berbagai literature atau perbedaan kebijakan di pemerintah atau antara para eksekutif dan pejabat public lainnya.

 

Di dalam modul jarak jauh disebutkan bahwa: Identifikasi masalah sebagai dasar menentukan focus dan pertanyaan penelitian. Lebih lanjut diuraikan: Langkah pertama dari HPSR adalah mengidentifikasi isu atau problem serta pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Berbagai isu atau permasalahan dalam pendahuluan dimunculkan dengan pertimbangan relevansi kebijakan serta ditujukan untuk memberikan informasi kepada pengambil kebijakan.

Semestinya penetapan prioritas isu senantiasa dikaitkan dengan aspek konteks, konten, dan actor pada skala lokal, nasional bahkan global. Keterlibatan para stakeholder atau actor kebijakan adalah penting untuk menerjemahkan permasalahan kebijakan dan system kesehatan menjadi sebuah pertanyaan penelitian, termasuk kemudian penetapan permasalahan berdasarkan urutan prioritas. Pertanyaan penelitian yang baik harus mampu kelola (feasible), misalnya ruang lingkup studi harus mempertimbangkan sumber daya dan waktu yang tersedia (Robson 2002; Varkevisser, Pathmanathan & Brownlee, 2003)

Dalam modul tatap muka ini akan dilakukan identifikasi masalah riset kebijakan yang lebih pragmatis. Mengapa? Pengamatan menunjukkan bahwa para peserta masih kebingungan untuk menentukan masalah penelitian kebijakannya. Oleh karena itu dalam tatap muka ini diusulkan dalam menentukan masalah penelitian kebijakan perlu memperhatikan gambar di bawah ini:

sesi3gbr

  Tujuan Kegiatan :

Setelah mengikuti kegiatan workshop ini diharapkan para peserta:

  1. Memahami apa yang disebut sebagai masalah penelitian kesehatan
  2. Memahami apa yang disebut sebagai masalah penelitian kebijakan kesehatan
  3. Memperbaiki perumusan masalah

  Jadual Kegiatan Workshop Sesi 2 : Perumusan masalah

 

10.00 – 10.20:
Membahas perumusan masalah peserta (sampel 2atau 3 peserta).

10.20 – 10.50:
Diskusi mengenai masalah penelitian kesehatan dan masalah penelitian kebijakan kesehatan. Apa persamaan dan perbedaannya?

10.50 – 11.20:
Perbaikan perumusan masalah penelitian masing-masing.

11.20 – 11.45:
Diskusi perbaikan dan menempelkan di papan.

 

Jadwal Kegiatan Pelatihan Tatap Muka Angkatan I

jadwal-tatap-muka

jadwal-tatap-muka2

tamuk3

 Deskripsi

Setelah menempuh modul jarak jauh melalui web selama lebih kurang dua bulan, para peserta sampai ke program Tatap Muka. Kegiatan ini akan berjalan selama dua hari efektif. Dalam program ini para peserta diharapkan melakukan kegiatan sebagai berikut:

  1. Menyajikan proposal yang sudah disiapkan di depan juri yang akan menilai isi dan cara penyajian;
  2. Mendapatkan masukan dari para narasumber, khususnya dalam perumusan masalah dan metode penelitian;
  3. Menyiapkan diri untuk berbagai kemungkinan. Setelah pertemuan tatap muka para peserta mempunyai waktu sekitar satu bulan untuk memperbaiki proposal.
  4. Proposal yang sudah diperbaiki, dikirim kembali ke pengelola. Setelah proposal dinilai, akanada 5 proposal yang mendapat dana pemicu penelitian kebijakan. Bagi para peserta yang tidak didanai, akan diajak untuk mencari dana dari berbagai sumber.

  Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan para peserta:

  1. Mampu merumuskan masalah penelitian kebijakan dengan lebih terfokus
  2. Mampu memilih metode penelitian yang tepat
  3. Memahami mixed method
  4. Memahami hubungan antara peneliti dan lembaga penelitian
  5. Melakukan Plan of Action untuk pelatihan tahap berikutnya, dengan skenario diterima atau tidak diterima.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

backk

Jadwal Kegiatan Pelatihan Tatap Muka Angkatan I

jadwal-tatap-muka

jadwal-tatap-muka2

tamuk3

 Deskripsi

Setelah menempuh modul jarak jauh melalui web selama lebih kurang dua bulan, para peserta sampai ke program Tatap Muka. Kegiatan ini akan berjalan selama dua hari efektif. Dalam program ini para peserta diharapkan melakukan kegiatan sebagai berikut:

  1. Menyajikan proposal yang sudah disiapkan di depan juri yang akan menilai isi dan cara penyajian;
  2. Mendapatkan masukan dari para narasumber, khususnya dalam perumusan masalah dan metode penelitian;
  3. Menyiapkan diri untuk berbagai kemungkinan. Setelah pertemuan tatap muka para peserta mempunyai waktu sekitar satu bulan untuk memperbaiki proposal.
  4. Proposal yang sudah diperbaiki, dikirim kembali ke pengelola. Setelah proposal dinilai, akanada 5 proposal yang mendapat dana pemicu penelitian kebijakan. Bagi para peserta yang tidak didanai, akan diajak untuk mencari dana dari berbagai sumber.

  Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan para peserta:

  1. Mampu merumuskan masalah penelitian kebijakan dengan lebih terfokus
  2. Mampu memilih metode penelitian yang tepat
  3. Memahami mixed method
  4. Memahami hubungan antara peneliti dan lembaga penelitian
  5. Melakukan Plan of Action untuk pelatihan tahap berikutnya, dengan skenario diterima atau tidak diterima.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

backk