Notulensi hari I

Notulensi hari I  Notulensi hari II

Peran Gerakan Pramuka Dalam Peningkatan Perilaku Sehat Di Masyarakat
Prof Dr dr Azrul Azwar MPH

Gerakan pramuka
azrulAdalah gerakan pendidikan non formal, bersifat sukarela, non politik terbuka untuk siapa saja tanpa membedakan ras suku bangsa yang bertujuan didik yang tidak mengajarkan ilmu tapi: membentuk karakter pembina, menambah semangat kebangsaan, dan meningkatkan ketrampilan sehingga nantinya bisa mandiri. Selain itu, tugas pramuka adalah Duty to god, duty to country, duty to other, duty to self. Sejak tahun 2012 gerakan pramuka diperkuat dengan UU No 12 tahun 2010 tentang gerakan pramuka. Jumlah anggota sampai saat ini sebanyak 20 juta orang di indonesia dan tersebar di 320.000 gugus. Untuk meningkatkan mutu sebagai bentuk akuntabilitas maka pramuka ke depan akan dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi.

Peran pramuka dalam meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat masyarakat adalah sebagai gerakan pendidikan, termasuk pendidikan nilai-nilai. Kesehatan sebagai salah satu nilai yang ada di dalam gugus depan dengan cara menterjemahkan nilai-nilai tersebut menjadi ketrampilan-ketrampilan. Pramuka dijadikan sebagai wadah yang menghimpun 20 juta orang. Oleh karena itu, sebagai organisasi yang besar sehingga harus dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sambutan Ketua IAKMI
dr. H Adang Bachtiar, MPH., Sc.D

Sambutan Sekretaris Jenderal IAKMI
Dedi Supratman SKM

Keynote Speech:

Penguatan kepemimpinan berwawasan kesmas melalui peningktan mutu dan peran tenaga kesmas

Drs Bambang sardjono MPH (staf ahli menteri kesehatan bidang peningkatan kapasitas kelembagaan dan desentralisasi

Tema kepemimpinan yang diangkat sesuai dengan adanya Surat Keputusan Menkes tentang syarat kompetensi pejabat struktural kesehatan. Dalam peraturan menteri tersebut dijelaskan bagaimana seyogyanya seorang kepala dinas kesehatan propinsi maupun kab/kota yang duduk sebagai pejabat di kesehatan. Dalam implementasi begitu banyaknya pemilihan seorang leadership. Intinya seorang leadership dalam hal ini adalah kepala dinas harus mengetahui betul kondisi wilayahnya.

 

Panel 1: Kepemimpinan Berwawasan Kesehatan Masyarakat dalam Mempercepat Pencapaian MGDs

Peranan pemangku kepentingan daerah dalam mempercepat pencapaian MDGs 2015
Dr Arum Atmawikarta, SKM., MPH

Tujuan MDGs adalah untuk mensejahterakan rakyat melalui koordinasi baik dari struktur di tingkat pusat, di propinsi yang di pimpin oleh gubernur dengan peraturan gubernur yang didalamnya ada rencana aksi MDGs. Percepatan pencapaian MDGs sampai tahun 2015 diperkirakan akan tercapai walaupun berjalan masih lambat dan masih ada beberapa program yang memerlukan kerjakeras sampai tahun 2015 yaitu HIV AIDS, Tutupan lahan, dan Emisi gas CO2.

Selain itu perlu melihat kondisi di Indonesia per indikator baik tingkat kemiskinan, konstribusi wanita, angka kematian bayi, angka kematian ibu, akses terhadap air minum, HIV/AIDS, TB dan lain sebagainya. Dimana indikator-indikator tersebut masih menjadi permasalahan di negara kita sehingga perlu upaya tingkat nasional dan daerah untuk mencapainya dan agar berhasil maka MDGs harus terintergrasi antara pusat sampai daerah. Di daerah harapannya MDGs bisa masuk ke dalam RPJMD.

Situasi Dan Tantangan Kepemimpinan Kesmas Dalam Pencapaian Target MDGs
Prof Veni Hadju, dr, MSc., Ph.D

Situasi kepemimpinan kesehatan masyarakat adalah "Menempatkan leadership dan system thinking". Salah satunya adalah dimilikinya kompetensi yang diperoleh sejak S1 sampai dengan doktoral. Dalam kepemimpinan terdapat lima pertanyaan yang sering dikemukankan:

  1. apa yang kita inginkan bersama?
  2. Apa yang sekarang ini terjadi?
  3. mengapa terjadi perbedaan?
  4. apa yang ingin diubah?, dan 
  5. Apa yang harus dikerjakan? 

Dimana pertenyaan-pertanyaan membutuhkan keahlian seorang pemimpinan untuk menyelesaikan. Tantangan kepemimpinan yang harus disadari adalah bahwa sistem kesehatan sangat kompleks harus ada interaksi antara household, goverment, dan community. Ketiga interaksi tersebut masing-masing membawa practice, value dan resources. 

 

Lunch Symposium

Consultant opportunity for Public Health Expert
Dr Broto Wasisto, MPH

Konsultan adalah seorang ahli independent dalam pembangunan kesehatan. Konsultan bukan bawahan tetapi dia seorang yang profesioanl dan independent. Jika akan menjadi konsultan perlu memiliki keahlian. Keahlian yang diperolehnya itu harus didasarkan pada pendidikan yang asalnya dari PT yang terakreditasi. Untuk menjadi konsultan perlu pengalaman seperti pernah bekerja di tim atau institusi, pernah memimpin, networking partner, pernah menulis riset dan pengalaman dalam birokrasi. Selain itu perlu memiliki kemampuan berbasis intelektual yang baik, mampu menulis dengan baik, mampu menganalisis data. bermodalkan informasi tersebut mampu untuk melakukan lobi, negosiasi dan harus mempunyai kemampuan persuasi, mempengaruhi dan mengajak orang lain.

Wadah untuk konsultan adalah Management Technical Assistant Facility (MTAF) yang diprakarsai oleh UNDP dan GF. Tugas MTAF antara lain: memberikan technical asistance pada unit-unit atau institusi kesehatan dan institusi masyarakat, menghimpun para calon konsultan atau perusahaan konsultan kesehatan Pekerjaan awal diprioritaskan pada GF, jangka panjang kementerian kesehatan, dan diperlukan kualifikasi tertentu dalam MTAF.

 

Panel 2: Reformasi Mutu Tenaga Kesehatan Masyarakat melalui Sertifikasi Tenaga Kesehatan Masyarakat

Peran AIPTKMI Dalam Persiapan Uji Kompetensi Dan Sertifikasi Tenaga Kesehatan Masyarakat
Ridwan M Thaha

Saat ini pengelolaan sumber daya tenaga kesehatan telah mengalami kemajuan, namun masih terdapat beberapa keterbatasan, meliputi jumlah, distribusi yang belum merata dan belum optimal. Pada sisi lain, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang lebih merata dan berkualitas semakin meningkat sehingga diperlukan upaya sistematis dan berkelanjutan untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi penghasil tenaga kesehatan dan penjaminan mutu tenaga kesehatan. Oleh karena itu pentingnya disusun standar pendidikan kesehatan masyarakat dalam bentuk uji kompetensi, bagaimana pelaksanaan uji kompetensi, dan bagimana Peran AIPTKMI dalam Uji Kompetensi dan STR tersebut.

Implementasi Standarisasi Tenaga Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Drg Oscar Primadi, MPH (Kepala Pustanserdikjut BPPSDM)

Tupoksi dari Pustanserdik adalah melakukan quality control function dan quality improvement dalam bentuk standarisasi, sertifikasi, dan pendidikan berkelanjutan sehingga tercapai mutu tenaga kesehatan. Selain itu menjamin jumlah, jenis, mutu dan penyebarannya.

Global Code on Practice of Health Personnel
Dr Mohammad Shahjahan (WHO Indonesia)

 

Panel 3: SDH dan Health Financing

Determinan Sosial Kesehatan Dan Sistem Kesehatan
Prof dr DR Charles Surjadi MPH (FK Unika Atmajaya)

Masalah kesehatan terjadi karena faktor kesenjangan yaitu determinan sosial kesehatan. Sistem kesehatan berkaitan dengan determinan sosial dan pencegahan penyakit.

Anggaran Sektor Kesehatan Social Determinants of Health
Prof Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D

Pertanyaan awal adalah "Siapa anggota IAKMI ini?", dana sektor kesehatan tidak hanya dipegang oleh sektor kesehatan tetapi juga ada di instansi lain seperti PU, BKKBN, BPOM.

Oleh kerena itu urusan kesehatan tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan saja tapi juga menjadi urusan di luar kesehatan. Cakupan kesehatan sangat luas sehingga pertanyaannya: "Apa betul IAKMI itu hanya profesi kesmas saja?".

Determinan Sosial Kesehatan Dan Anggaran Kesehatan
Dwijo susilo SE MPH MBA


SDH termasuk health system yang terkait dengan distribusi uang. Kebijakan ini ada di level nasional maupun daerah. Mengacu pada pembiayaan kesehatan di UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa pembiayaan kesehatan harus berkesinambungan, cukup, dimanfaatkan, berhasil guna, dan berdaya guna untuk meningkatkan derajat kesmas. Sumber pendanaan adalah minimal 5% dari APBN untuk pemerintah dan minimal 10% APBD untuk pemerintah daerah. Berdasarkan alokasi anggaran, sektor kesehatan masih mendapatkan porsi dibawah 5%, yaitu sebesar 3,4% APBN dimana 2,1% dikelola Kementrian Kesehatan dan sisanya 1,3% dikelola kementrian/lembaga lain. Kerja sama lintas sektor sangat diperlukan untuk pemanfaatan anggaran kesehatan untuk program kesehatan yang efektif dan efisien. Adanya alokasi anggaran kesehatan di kementrian/lembaga lain juga merupakan peluang bagi tenaga kesmas untuk berkarya di luar sektor kesehatan. 

PANEL SESI 1

Dr. Arum Atmawikarta, MPH - Peran Pemangku Kepentingan di Daerah Dalam Pencapaian Target MDGs

Prof. Dr. Veni Hadju - Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Kesmas dalam Pencapaian Target MDGs
 

PANEL SESI 2

Ridwan M. Thaha - Peran AIPTKMI dalam Persiapan uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kesehatan Masyarakat

Dr Mohammad Shahjahan - WHO Global Code of Practice on the International Recruitment of Health Personnel
 

PANEL SESI 3

Prof dr DR Charles Sujardi MPH - Determinan Sosial Kesehatan dan Sistim Kesehatan

Dwidjo Susilo, SE, MBA, MPH - Determinan Sosial Kesehatan dan Anggaran Kesehatan

Dr. Wendy Hartanto , MA - Upaya Percepatan Program Kependudukan dan KB 

Prof dr Laksono Trisnantoro, MSc., PhD - Anggaran Sektor Kesehatan, Social Determinants of Health, dan siapa anggota IAKMI? 

PANEL SESI 4

Dr. Andy Jap, M.Kes - Implementasi Pengendalian faktor risiko PTM di Provinsi Kalbar

Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, MKes - Kebijakan dan peranan pemerintah dalam pengendalian penyakit tidak menular di indonesia

Ismoyowati - Pentingnya peran promosi kesehatan dalam pengendalian PTM di indonesia 

PANEL SESI 5

Octovianus Ramba - PT ASKES (PERSERO) Menuju BPJS Kesehatan

Dr. Theresia Ronny Andayani, MPH, Drg - Dillemma Iuran : Nominal vs Prosentasi dalam Sistem Jaminan Kesehatan

Dr. theresia Ronny Andayani, MPH, Drg - BPJS Kesehatan dan peran IAKMI kini dan masa depan

ORAL TRACK 1

Dina V. Rombot - Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik hidup Bersih dan Sehat Siswa di Sekolah dasar GMIM 52 MAPANGET Kecamatan Talawaan

Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MPd, MSi - Pengembangan Model Perilaku Sehat Berbasis Masyarakat Menuju Bebas Jentik melalui Pendidikan Kesehatan Lingkungan di Kecamatan Padang Timur

J. M. L. Umboh, Grace D. Kandou, J. M. Pangemanan - Analisis Hubungan beban kerja dengan Stress pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumahsakit Umum Bethesda GMIM TOMOHON

ORAL TRACK 2

dr. Budi T. Ratag, MPH - Hubungan antara kebiasaan merokok dengantekanan darah pada nelayan di Kelurahan Bitung karangria kecamatan tuminting kota Manado

Regina Chrysantie Weking, SKM - Pemeriksaan PAP SMEAR dan kejadian kanker serviks di RSUP SANGLAH TAHUN 2011

Made Kerta Duana - Analisis Situasi Persepsi Masyarakat Kota Denpasar Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Wahiduddin - Faktor yang berhubungan dengan pertisipasi Pegawai wanita terhadap pemeriksaan PAP SMEAR  Sulawesi selatan

Widyastuti Wibisana - Rokok, faktor risiko utama PTM dan upaya pengendaliannya

ORAL TRACK 3

Abu Khoiri, S.KM., M.Kes - Analisis Penerimaan Petugas Loket Puskesmas di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur Terhadap Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Elektronik dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM)

Muh. Syafar dan Selvia Nasution - Dampak rehabilitasi medis terhadap penderita cacat kusta (PCK) di RS DR. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

A.J.M. Rattu, G.D.Kandou, S.S.Pangerang - Hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi balita di pusatkesehatan masyarakat MOTOBOI KECIL KOTA KOTAMOBAGU SULAWESI UTARA

Tri Astuti Sugiyatmi & Firdaus Hafidz - HIV-AIDS Sebagai Salah Satu Kondisi yang Ditanggung Oleh BPJS ?

K. Tresna Adhi, P. Widarini, D.P. Yuli Kurniati - Karakteristik, Konsumsi zat gizi dan kejadian sakit pada anak balita dengan status gizi normal dan pende

ORAL TRACK 4

Muhammad Arifin - Effects of Virgin Coconut Oil and fish albumin onTB patients Receiving dots in South SULAWESI, INDONESIA

Citrakesumasari - Model Predisi suspek penyakit jantung koroner berbasis kesehatan masyarakat

Tri Astuti, Sugiyatmi Khairul, Arbiati - Pendampingan Pembiayaan Program HIV- AIDS (Akses Layanan) dari APBD II di Dinas Kesehatan Kota Tarakan, Kaltim

ORAL TRACK 5

Eka Sari Ridwan - Perilaku waria dan Bocah (pasangan waria remaja usia sekolah) dalam mencegah HIV/AIDS (Penyakit malam) di Kabupaten Bulukumba

Partha Muliawan - Kejadian IMS dan HIV+ pada Pekerja Seks Anak di Bali, Tahun 2012

P. Kawatu, J. Pangemanan, B. Lampus, J. Rattu - Hubungan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan tindakan perawat terhadap penderita HIV di rumahsakit kota Manado

Raihana Nadra alkaff ,SKM , MMA - Seharusnya kebutuhan kami didengar ?

Nancy S.H. Malonka - Gambaran pengetahuan, sikapm dan tindakan kesehatan reproduksi remaja SMP di Manado

Closing dan Kesimpulan

pesan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI MUKERNAS XII IAKMI

Masukan IAKMI kepada Menkes RI

 

 

 

Global Health Conference

Globalhealth Conference : health systems strengtheninig stream

The widening  gap  in equity  of  pluralistic health systems in low income and middle income countries in Asia: emerging issues in unregulated health systems.

 

Rohan
Jayasuriya

 

There is  wide recognition that health systems in low income and middle income countries have substantial constraints  and that efforts to strengthen them are failing. Evidence shows that  in  countries with pluralistic ( ie mixed)  systems there is a  widening gap  in universal access  to primary care and  a disproportionate financial burden on the poor.

Historically many countries in Asia took the path to build publicly funded national health  systems with a focus  to cater for episodic care of acute disease. These investments in secondary and tertiary facilities are now a costly burden in infrastructure and  specialised  staff. Most countries now face the heaviest burden of disease from chronic disease.   

Private health care has  over the years lead to  a distortion of demand  and health seeking behaviour. Countries face policy issues of an unregulated private sector and dual practice of public sector staff. A comparative analysis of selected case studies from Asian countries will be used to illustrate the underlying factors that contributed  to this situation and to analyse reform strategies , taken by design  and default  to respond to the emerging crisis.

Strengthening public health systems in health sector reform

 

 

Vivian Lin

 

Following a burgeoning of global health funding and orientation towards vertical programming (eg via MDGs, Global Fund and other PPPs), attention has shifted more recently to health system strengthening, as a pre-requisite for successful delivery of program to achieve health outcomes.   The call for renewal of primary health care has become more focused on universal coverage, as health sector reforms sweep across both developed and developing nations. 

The emphasis in health sector reform has been on financing of personal health services, and to a lesser extent the organisation of healthcare and the development of health workforce for personal health care.  Despite studies conducted on core public health functions, there has been limited attention on health promotion, disease prevention, and health promotion, ie activities which are at the core of improving population health outcomes.  Where essential public health services have been incorporated into health system reforms, they have also focused largely on personal preventive services. 

The basic building blocks of public health systems – workforce, financing, information, leadership, organisation – have not necessarily been considered as a core component of health reforms, although the strengthening of public health systems is also needed.  This presentation will review some experiences with improved financing for public health and approaches to strengthen public health systems, and raise issues about what might a public health system strengthening agenda entail. 

 

Making health systems more accountable for the quality of their health care ,

Judith Healy

 

 

Many governments are strengthening their governance in order to become better ‘stewards’ of their health systems. According to the World Health Organisation, this involves three key tasks: setting priorities for improving the health of their populations, assessing progress towards these goals, and ensuring that the relevant actors are held to account. Governments with well-established health care systems are passing legislation and establishing regulatory agencies that require health care organisations and professionals to be more accountable for their performance to the state and to the public. 

 

These new national meta-regulators are experimenting with strategies that include persuasion, standard-setting, financial incentives and enforcement. The traditional strategy of leaving health care regulation solely to the doctors is no longer acceptable. While poorer countries understandably are preoccupied with funding, they should also consider ways to strengthen their regulation of health care quality in order to make better use of scarce resources and to ensure better health care for their populations. 

Challenges in Universal Health Coverage :

Can Indonesia improve socio-economic and geographic equity together?

 

Laksono Trisnantoro

In Indonesia the new law on social security agency which targets universal coverage  will be effective  in 2014. While the main objective is to improve health equity it will pose various challenges to access for health services funded by the social security agency with a real possibility of worsening geographic inequity. The presentation will provide historical facts which have influenced health equity in Indonesia and discuss a possible dilemma in reducing economic and geographical inequity at present and in the future. As  a direct response  to the economic crisis  in late 1990’s, financial protection for health care for the poor was set nationally in 1999. 

The protection policy aimed to reduce out of pocket spending by increasing central government funding targeting the poor. A steady growth of central government funding for health social security resulted in a relatively low incidence of catastrophic out of pocket health expenditure, which has declined over time. The financial protection program reduced financial barriers to access for poor households for both hospital and non-hospital services. However, alongside these positive impacts, the regional inequalities in access to services have not improved over time. 

There is regional inequity due to shortages in inputs such as health facilities, medical specialist and trained nurses. Historical facts will be used to explain this situation.  Indonesia has taken the route of market –based economies  and is has not been a welfare state since the colonial era.  Hospitals and health service providers are distributed based on market demands and cluster in the cities and regions with good economic development. Therefore, the new Law faces a difficult challenge in terms of geographic inequity. There is a possibility that the improvement of socio-economic equity may worsen the geographic inequity in Indonesia.

 

Leaflet conference pdf

Simposium Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional XII IAKMI

SIMPOSIUM NASIONAL DAN MUSYAWARAH KERJA NASIONAL XII
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

"Penguatan Kepemimpinan Berwawasan Kesehatan Masyarakat
melalui Peningkatkan Mutu & Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat"

Pontianak, Kalimantan Barat
8 – 10 Juli 2012

materisym

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan Indonesia belum mengalami perbaikan yang signifikan. Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011 menempatkan Indonesia di posisi 124 dari 177 negara, masih di bawah negara-negara ASEAN. Selain itu, beberapa target MDGs juga belum mencapai target. Masalah bertambah rumit karena terjadinya disparitas status kesehatan di berbagai daerah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah antara lain dengan memberlakukan sistem desentralisasi atau otonomi daerah. Namun, kebijakan tersebut kini mu-lai menimbulkan kekecewaan. Banyak daerah justru mengalami kemunduran karena komitmen politik pemerintah daerah yang belum menjadikan pembangunan kesehatan sebagai prioritas utama pembangunan. Kondisi seperti ini dapat dipahami mengingat masih lemahnya Public Health Leadership baik di tingkat nasional maupun lokal.

Melihat kompleksitas permasalahan yang ada, dibutuhkan upaya dari seluruh elemen bangsa untuk memperkuat pembangunan kesehatan. Atas dasar tersebut Pengurus Pusat Ikatan Ahli kesehatan Masyarakat Indonesia akan menyelenggarakan Simposium Internasional sekaligus Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) XII IAKMI. Kegiatan ini juga merupakan ajang pertemuan ilmiah yang menghadirkan akademisi, peneliti, praktisi, pemerintah pusat dan daerah serta mahasiswa untuk memberikan solusi dan rekomendasi terhadap kesehatan bangsa.

TEMA

"Penguatan Kepemimpinan Berwawasan Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatkan Mutu & Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat"

 TOPIK PLENO/SIMPOSIUM

  • Kepemimpinan Berwawasan Kesehatan Masyarakat dalam Mempercepat Pencapaian MDGs
  • Reformasi Mutu Tenaga Kesehatan Masyarakat melalui Sertifikasi Tenaga Kesehatan Masyarakat
  • Pengobatan Tradisional, Komplementer dan Alternatif Sebagai Salah Satu Pendekatan Promo-tif dan Preventif untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
  • Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular
  • Kesiapan BPJS Melaksanakan Jaminan Kesehatan dalam Rangka Menuju Universal Coverage

 

WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : Minggu-Selasa 8-10 Juli 2012

Tempat : Hotel Kapuas Palace Pontianak Kalimantan Barat

 KEYNOTE SPEAKER

 Menteri Kesehatan RI

 

PEMBICARA

Menteri PPN, Kepala BKKBN, Duta MDGs Indonesia, Gubernur Kalbar, WHO Geneva, WHO INO, Dirjen Dikti Kemdikbud, Ka Badan PPSDM, Direktur Tradkom Kemenkes, Litbangkes Kemenkes, PT Sido Muncul, UNFPA, UGM., PT Askes

CALL FOR PAPER

Akademisi, peneliti, praktisi, pemerintah/swasta, mahasiswa dipersilakan mengirim abstrak untuk dipresentasikan pada sesi paralel. Isi abstrak memuat latar belakang, metode, hasil dan kesimpulan. Panjang abstrak maksimal 500 kata, huruf times news roman ukuran 12, spasi 1,5, format doc/pdf. Kirimkan abstrak ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. dan This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..

TOPIK MAKALAH

Topik abstrak secara umum terbuka meliputi bidang ilmu kesehatan masyarakat dengan pene-kanan pada beberapa aspek berikut::

  1. Mutu Tenaga Kesehatan Masyarakat
  2. Kepemimpinan Berwawasan Kesehatan Masyarakat
  3. Upaya Preventif dan Promotif dalam Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM
  4. Jaminan Kesehatan Semesta dan Pembiayaan Kesehatan
  5. Kependudukan, Kesehatan Reproduksi, HIV dan AIDS
  6. Pengobatan Tradisional, Komplementer dan Alternatif
  7. Determinan Sosial Kesehatan

 TANGGAL PENTING

21 Mei Penerimaan Abstrak Dimulai

21 Juni Deadline Pengiriman Abstrak

25 Juni Pengumuman Hasil Abstrak

6 Juli Deadline Pengiriman Makalah

8 Juli Pre Simposium/Training

9-10 Juli Pelaksanaan Simposium & Mukernas XII.

 

Download :

Leaflet Mukernas.pdf

Pertemuan Jejaring EPI-4

PERTEMUAN JEJARING EPI-4

ANALISA KESENJANGAN PENCAPAIAN MDG 4, 5 & 6 DI INDONESIA
DALAM UPAYA PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2015

SUSUNAN ACARA
Selasa, 5 Juni 2012 : MDG 4 dan 5

 

Waktu

Acara

Penyaji Materi

09.00 – 09.15

Pembukaan

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA

(Dr. H. Slamet Yuwono, MARS, DTM&H)

09.15 – 10.00

Sesi I : Presentasi dan diskusi panel

Situasi terkini terkait MDG 4 & 5

  1. Pencapaian MDG 4 & 5 saat ini
  2. Kebijakan dalam Percepatan Pencapaian target MDG 4 & 5

Moderator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs (Prof. Dr. Nila Djuwita F. Moeloek, dr., Sp.M(K))

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA (Dr. H. Slamet Yuwono, MARS, DTM&H)

epi2

10.00 – 10.30

Rehat

 

10.30 – 11.00

Lanjutan Diskusi Sesi I

Moderator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

epi1

11.00 – 12.00

Sesi II: Presentasi dan Diskusi Kegiatan EPI – 4

  1. Pengantar : Kegiatan EPI-4 di China, India, Indonesia, Vietnam
  2. Hasil Kegiatan Review dan Analisis data EPI-4 di Indonesia terkait MDG 4 dan 5

Moderator : drg. Dibyo Pramono, SU, MDSc.

Koodinator EPI – 4
(Sarah Thomsen, Ph.D – Karolinska Institute, Sweden)

ftepi3

Peneliti EPI – 4
(dr. Nawi Ng., MPH, Ph.D / Prof. Lars Weinehall, Ph.D – Umea University, Sweden)

12.00 – 13.00

Makan Siang

 

13.00 – 14.00

Sesi III : Diskusi Kelompok I

Sintesis Hasil Kegiatan EPI – 4

Peserta

14.00 – 15.00

Sesi IV : Diskusi Kelompok II

Perumusan Policy Brief dan Rencana Tindak Lanjut

Peserta

15.00 – 15.30

Rehat

 

15.30 – 16.00

Pleno

Moderator : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

16.00 – 16.15

Penutupan

Prof. dr. Hari Kusnanto, Dr.PH

 

 

notulensi final forum melaka

Post Graduate Forum  Laporan Hari I Laporan Hari II

Point Sesi Oral Presentation Pertama:
21 May 12/ Room 1 / Theme: Health Policy / Health Promotion

  1. Evidence based budgeting policy in maternal and child health program: Do they work?

    (Deni Harbianto, Digna Purwaningrum, M. Faozi Kurniawan, Tiara Marthias ; Gadjah Mada University Indonesia)

    Point presentasi: Meskipun jumlah yang relatif besar MNCH dana di Papua, keterbatasan sumber daya manusia menimbulkan masalah serius dalam skala untuk intervensi prioritas. Kendala utama dalam kebijakan kesehatan penganggaran adalah komitmen pemerintah daerah masih rendah. Masalah-masalah ini mungkin juga berlaku untuk daerah lain di Indonesia sebagai efek dari desenftralisasi kesehatan.

  2. Improving mental health policy in the case of schizophrenia in Thailand: Evidence-based information for efficient solutions

    (Pudtan Phanthunane; Naresuan University, Thailand)

    Point presentasi:
    Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang membutuhkan biaya perawatan relatif mahal. Saat ini skizofrenia sudah menimbulkan dampak ekonomi tinggi pada pasien dan keluarga, perubahan kebijakan yang mendorong biaya kesehatan ke pasien mungkin menyebabkan efek jangka panjang negatif bagi pasien dan pemerintah jika terjadi peningkatan pada pasien yang tidak diobati. Dengan mengupayakan intervensi yang lebih efektif dan dengan kombinasi penggunaan risperidone generik, diharapkan hal ini menjadi solusi tepat bagi pasien skizofrenia. Para pembuat kebijakan dan dokter perlu mempertimbangkan kebutuhan riil pasien.

  3. Global initiatives to improve access to essential medicines and health products for neglected tropical diseases (NTDs)

    (Ahmed Amara; United Nations University International Institute for Global Health)

    Point presentasi:
    Peningkatan akses terhadap obat-obatan esensial yang berkualitas untuk masyarakat miskin tetap merupakan masalah kritis. Saat ini kemitraan internasional, termasuk perusahaan farmasi yang terlibat dalam penyediaan obat-obatan atau melakukan penelitian dan pengembangan untuk NTDs.

  4. Cervical cancer in Malaysia: can we improve our screening and preventive practice?

    (Shanthi Varatharajan; Majdah M.; Syed Al-Junid3; Won- Sun Chen; Mukarramah A and Chee-Meng Yong; UNU-IIGH Malaysia)

    Point presentasi:
    Saat ini Malaysia sedang berusaha untuk mengatur ulang dan memperbaharui program screening kanker serviks. Pendekatan praktis dan hemat biaya perlu dikembangkan. Proses ini harus termasuk peneliti dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu dan menggunakan pendekatan berbasis bukti.

  5. Medical pluralism in diabetes care among the urban poor of Yogyakarta: closing the gap in healthcare reform?

    (Retna Siwi Padmawati; Universitas Gadjah Mada)

    Point presentasi:
    Pola pengobatan diabetes pada masyarakat miskin sangat bervariasi. Mencari obat yang cocok, kebosanan, keputusasaan, tingginya biaya pengobatan formal, dan tekanan sosial adalah penyebab pluralisme tersebut. Asuransi bagi masyarakat miskin telah mendukung merawat pasien diabetes, tetapi pengeluaran keluarga yang memiliki anggota keluarga pasien diabetes termasuk yang tertinggi di lingkungan itu. Skema asuransi tidak diberikan kepada semua pasien diabetes. Hambatan yang ada bagi pasien yang memiliki jaminan asuransi kesehatan adalah waktu pelayanan, informasi, prosedur, cost sharing, percaya kepada penyedia, dan pilihan pengobatan. Hambatan-hambatan inilah yang terkadang memaksa orang-orang terpinggirkan untuk memilih sumber non kesehatan formal.

  6. Service infrastructure and health workforce in Bangladesh: Experience of an NGO

    (Mohammad Fazlul Haque, JatiyaTarun Sangha; Bangladesh)

    Point presentasi:
    Bangladesh memiliki permasalahan utama dalam hal kurangnya sumber daya manusia dan infrastruktur memadai untuk pelayanan kesehatan. Pelatihan gadis-gadis muda untuk bekerja sebagai paramedis masyarakat di Bangladesh dan keterlibatan masyarakat untuk pembangunan infrastruktur pelayanan kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di tingkat akar rumput.

 

Point Presentasi Scientific Award:
21 May 2012 / Room 1/ Scientific Merit Symposium O1

  1. Oral manifestations among 20-25 year old women in Bangalore City suspected with eating disorders

    (Pallavi Vasantrao, M.R.Ambedkar; Dental College, Bangalore India)

    Point presentasi:
    Penelitian ini membahas tentang pentingnya deteksi dini manifestasi oral dari gangguan makan (eating disorder). Dokter gigi memegang peranan penting dalam mendeteksi manifestasi oral gangguan makan dan mencegah apa saja kemungkinan yang memperparah situasi ini.

  2. What does health system need to act on informal drug dispensaries? The case of self-medication in Yogyakarta Province.

    (Eunice Setiawan, Mubasysyir Hasanbasri, Laksono Trisnantoro; Gadjah Mada University, Indonesia)

    Point presentasi:
    Peningkatan jumlah apotik tidak resmi di Yogyakarta perlu mendapat respon dari otoritas kesehatan provinsi dan kabupaten dalam bentuk pengawasan dan pengaturan. Studi ini menunjukkan bahwa apotik tidak resmi memperoleh pasokan obat dari distributor farmasi yang tidak terdaftar.

  3. Patient-reported outcomes after one year of periodontal treatment at public specialist dental clinics in Peninsular Malaysia.

    (Tuti Ningseh Mohd Dom, Syed Mohamed Al Junid, Mohd Rizal Abd Manaf, Khairiyah Abd
    Muttalib, Ahmad Sharifuddin Mohd Asari, Rasidah Ayob, Yuhaniz Yaziz, Noorlin Ishak,
    Hanizah Abdul Aziz and Noordin Kasan; UKM-UNU IIGH, Malaysia)

    Point presentasi:
    Pelayanan kesehatan gigi di klinik kesehatan gigi milik pemerintah terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan gigi-mulut pasien. Dengan melakukan analisis efektivitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, diharapkan hal ini dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan itu sendiri.

  4. Health impact of intimate partner violence and implication on services

    (Tengku Nur, Siti Hawa, Halim Salleh, Mohamed Yusoff; University of Sciences of Malaysia)

    Point presentasi:
    Perempuan menderita konsekuensi kesehatan fisik dan mental karena intimate partner violence. Sektor kesehatan telah mulai menunjukkan perhatian terhadap masalah ini, namun masih perlu ditingkatkan melalui pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu dan inisiatif manajemen dari penyedia layanan kesehatan.

  5. Home-based family-assisted therapy for people with stroke: Findings from a Randomised Controlled Trial

    (Nor Azlin Mohd Nordin, Noor Azah Aziz, Saperi Sulong, Syed Aljunid; UKM-UNU IIGH, Malaysia)

    Point presentasi:
    Terapi perawatan rumah berbasis keluarga merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasca stroke. Program ini dapat menjadi alternatif dalam proses rehabilitasi pasca perawatan di rumah sakit.

  6. Using the adjusted clinical group to determine morbidity burden and healthcare resource use of diabetes patients at Buddhachinaraj Hospital, Phitsanulok

    (Roongkarn Pannarunothai; Naresuan University, Thailand)

    Point presentasi:
    Penelitian ini menunjukkan kemungkinan penggunaan sistem ACG (Adjusted Clinical Group) untuk menentukan morbiditas pasien dengan diabetes dan bagaimana menjelaskan penggunaan layanan kesehatan dan biaya yang dikeluarkan.

  7. Selection of HMG-coenzyme A reductase inhibitors using multiattribute scoring tool

    (Azuana Ramli, Syed Mohamed Aljunid, Saperi Sulong, Faridah Aryani Mohd. Yusof; UKM-UNU IIGH, Malaysia)

    Point presentasi:
    The multiattribute utility scoring tool telah berhasil membuat sistematika model pembuatan keputusan untuk penggunaan statin. Berdasarkan skor total penggunaan hasil model MAST, atorvastatin dan simvastatin sebaiknya dipertimbangkan menjadi obat lini pertama bagi kasus hiperkolesterolemia.

  8. Role of microRNAs in the pathophysiology of sporadic colorectal cancer

    (Fung Lin, Chee Wei, Chee Woon; UM-UNU IIGH, Malaysia)

    Point presentasi:
    MiRNAs dapat menjadi sumber informatif dalam menyoroti mekanisme molekuler yang mendasari patogenesis CRC sporadis. Penelitian lebih lanjut ke profil darah MiRNAs akan menjelaskan peran potensinya sebagai biomarker noninvasif dalam CRC.

 

 

 

Reportase Room 1 dan Room 2

Post Graduate Forum  Laporan Hari I Laporan Hari II

The 6th Postgraduate Forum on Health Systems and Policies
Melaka, Malaysia

Reportase :

Room 1 : Health Policy and Health Promotion
22 Mei 2012 Jam 11.00-13.00

  1. Paper : Alert Village Program and Health Promotion Regarding Healthy Behaviors

    From : Sriwijaya University
    Pembicara : Asmaripa Ainy

    Point: Desa Siaga yang merupakan program dari Kementerian Kesehatan tahun 2009 dengan 56,1% desa di Indonesia dijadikan desa siaga. Program desa siaga dalam tulisan ini diambil di Sumatra Selatan. Tujuannya implementasi kebijakan desa siaga. Dengan kualitatif studi di Ogan Hilir, Puskesmas Indralaya dan Poskesdes di desa Sakatiga. Yang hasilnya bahwa seluruh kegiatan promosi kesehatan di lakukan di poskesdes desa Sakatiga tersebut. Pemberdayaan masyrakat penting untuk optimalisasi poskesdes di desa siaga tersebut.

    Question from Thailand: Bagaimana desa mendapatkan dana untuk menjalankan aktifitas sebagai desa siaga?

  2. Paper : Prevention of Chronic Kidney Disease (CKD) in Khlong Khlung Hospital, Kamphaeng Phet Province, Thiland

    From : Naraseun University
    Pembicara : Vinai Leesmidt

    Point: Terdapat dua resiko penyakit yaitu DM dan HT dengan tujuan research yaitu mengembangkan screening strategi di CKD untuk DM dan HT pasien di comunitas/masyarakat. Studynya experimental dan membandingkan estimeted Glomerular Filtration Rate (e-GFR) pada populasi sebelum dan sesudah implementasi eGFR. Data terdiri dari 228 sampel yang dianalisis dengan t-tes statistik. Hasilnya dengan melalui terapi melalui end stage renal disease (ESRD) bisa menghemat 18 juta USD per tahun.

    Question:

    GMU: Bagaimana mendapatkan sampel pasien di komunitas karena masyrakat cenderung menutupi penyakit yang dideritanya apalagi di masyarakat miskin yang tidak terdapat banyak data atau sedikit data yang bisa diakses dari masyrakat miskin?

  3. Paper : Measurement of Health Literacy in Rural Malang: Stuy in Private Outpatient Care Provider

    From : Brawijaya University
    Pembicara : Asri Maharini

    Point: Pengetahuan masyarakat tentang level literatur kesehatan. Studi ini ada di klinik swasta di Malang yaitu Apotik Klinik Desa. Studi bertujuan untuk mengukur tingkatan pengetahuan kesehatan pasien swasta di daerah miskin. Ada tingkatan Very low, low dan adequete health literacy. Hasilnya ada korelasi antara pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan. Rekomendasi doktor memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada pasien selama ada terapi.

  4. Paper : An Exploration of Sexual Health Needs in Young Somali Muslim Women in the London Borough of Camden

    From : UNU-IIGH
    Pembicara : Sima Barmania

    Point: Paper ini membahas komunitas Somali di London yang berbeda dalam hal etnic minoritas yang ada di kota. Diterangkan bahwa sedikit data yang tersedia dimana kesulitan akses kamu minoritas terhadap pelayanan kesehatan sexual. Studi ini bertujuan mengungkapkan hubungan kesehatan seksual yang dibutuhkan bagi kaum muda wanita Somali. Studi dilakukan dengan grup diskusi dengan kaum muda wanita Somali. Hasilnya kaum muda ini memang membutuhkan informasi kesehatan seksual karena pendidikan sex yang mereka terima terkadang tidak cocok bagi mereka.

  5. Paper : Elderly Health Post Empowerment in Promoting Healthy Diets and Physical

    From : Sriwijaya University
    Pembicara : Afriyadi Cahyadi

    Point: Studi ini menekankan pada aktifitas manula di Indonesai. Studi dilakukan di Poslansia Silaberanti dan Poslansia Indralaya. Tahun 2012 ada 245 juta jiwa dengan manula 6.1%. manajemen empowerment sangat penting dilakukan.. Manajemen elderly healt post (EHP) pada promosi kesehatan untuk kaum manula sangat penting. Biasaya kaum manula di keluarga tidak mendapat pengetahuan yang cukup mengenai resiko kesehatan, kurang mengkonsumsi vitamin, makanan yang sehat seperti rendah kadar garam dan kolesterol. Juga bagaimana pos kesehatan desa untuk manula bisa menerangkan terapi kesehatan dan bagaiman aktifitas fisik yang seharusnya dilakukan manula. Hal ini juga terkait bagi kebijakan dinas kesehatan setempat sebagai pendidik dan advokasi. Dan sekarang hanya kader sebagai penghubung antara tenaga kesehatan dengan masyarakat.

    GMU: Karakteristik sampel adalah manula, pada manula biasanya mempunyai grup sopporting. Bagaimana dengan supporting grup disana untuk mendukung manula? Dijogja mungkin grup ini bisa digabung grup lain. Misal seperti posyandu balita dll.

  6. Paper : Health System, Policies and Infant Mortlityin Developing Countries

    From : UNU-IIGH
    Pembicara : David Baguma

    Point: Pada situasi global, bagaiman meningkatkan manfaat kehidupan pada sistem kesehatan dan kebijakan untuk mengurangi resiko kesehatan karena perubahan cuaca dan lingkungan. Fokus studi ini pada status kematian bayi pada kelahiran di negara berkembang. Studi area negara di asian dan africa. Hasil nya ada penurunan kematian bayi lahir dan uur satu tahun di Afrika Timur sebesar 7%, Eropa barat 23% dan negara Asia selatan 15%. Untuk mengurangi kematian bayi dilakukan dengan pelatihan , perhatian gizi, program emergensi. Meningkatkan pengawasan air bersih karena berhubungan dengan malaria dan diare/kolera. Pada negara dengan penghasilan rendah kebijakan bisa difokuskan pada pengembangan kesehatan global.

  7. Paper : Obesity Among The Poor Women Living In Urban Slum Areas: Health System Respone

    From : Gadjah Mada University
    Pembicara : Digna Purwaningrum

    Point: Obesitas menjadi isu kesehatan dan merupakan resiko untuk penyakit tidak menular. Obesitas diderita banyak di keluarga miskin di Indonesia. Dan bagaimana sistem kesehatan bisa merespon kondisi seperti ini. Hasil studi menunjukkan dari 140 wanita 34% adalah obesitas dengan subyek keluarga dengan pendapatan 600.000 IDR per bulan. Ditemukan banyak faktor resiko untuk obesitas pada wanita miskin. Dari diskusi yang terjadi disimpulkan bahwa pemerintah perlu meningkatkan promosi kesehtan khususnya bagi populasi yang memang rentan terhadap obesitas.

    Question dari Sriwijaya : Pendekatan promosi apa yang dilakukan pada aktifitas sosial seperti halnya promosi untuk berhenti merokok menggunakan grup PKK sebagai media untuk promosi kesehatannya?

    GMU: Bagaimana mensosialisasikan obesitas ?

    Bagaimana pendekatan kualitatif data untuk mengurangi obesitas.

  8. Paper : Usage of Uygur Herbal Medicine Among the People in Hotan

    From : UNU-IIGH
    Pembicara : Maihebureti Abuduli

    Point: Studi ini tentang pengobatan dengan Uygur Medicine (UM) merupakan cara pengobatan tradisional di Turki. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan tentang penggunaan obat Uygur oleh komunitas Turki yang tinggal di provinsi Sin Jiang, district Hotan, China. kombinasi TCM, 80% populasi di dunia menggunakan utk PHC. Modern uygur pada medical hospital di adopsi oleh RS dan teknologi farmasi untuk memproduksi UM. Intinya penggunaan UM menjadi Uygur Herbal Medicine (UHM) di Hotan. Studi ini menunjukkan pemakain UHM pada orang kaya, orang tua, orang yang bekerja di pemerintahan lebih digunakan dari pada yang lain. Kesimpulannya bahwa orang tua lebih memahami UHM dan memiliki pengetahuan yang lebih mengenai UHM. Implikasi kementrian kesehatan mengembangkan promosi kesehatan bagi UHM.

    Qestion from Thailand: Biaya antara UHM dan obat biasa yang dipakai untuk mengatasi masalah kesehatan?

 

Reportase :

Room 3 : Disease Epidemiology & Burden
21 Mei 2012 Jam 11.00-13.00

  1. Paper: Burden of risk factors for non-communicable diseases: an epidemiological review of the evidence from INDEPTH Health and Demographic Surveillance System (HDSS) in Indonesia

    Pembicara: Dwidjo Susilo
    Dari: Universitas Gadjah Mada

    Penelitian epidemiologis ini merupakan telaah literature yang berfokus pada Non-Communicable Disease di Indonesia. Sebanyak 64% kematian di Indonesia pada akhir 2008 disebabkan oleh penyakit tidak menular. Kenyataan ini diperparah dengan fakta bahwa prevalensi merokok, diet tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang di Indonesia masih sangat tinggi.

    Penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin pria, usia tua dan rendahnya tingkat pendidikan berhubungan dengan risiko tinggi terkena penyakit tidak menular yang kronis. Sementara jenis kelamin wanita, obesitas dan usia tua berhubungan dengan risiko terkena hipertensi. Kebijakan yang perlu diambil harus mengarah pada intervensi tingkat laku dan pengawasan ketat terhadap efek tembakau serta promosi pola hidup sehat.

  2. Paper: Epidemiological pattern of acute respiratory infection among under-fives in Almazar Aljanoubi District -South Jordan

    Pembicara: Nedal Awod Alhawadeh
    Dari: Universitas Kebangsaan Malaysia

    Penelitian dari Jordania ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya infeksi saluran napas akut pada anak balita di Jordania. Latar belakang penelitian ini adalah tingginya angka kematian akibat infeksi saluran napas akut, yaitu sebesar 21% di populasi umum.

    Penelitian ini menemukan bahwa faktor risiko terbesar untuk infeksi saluran napas akut adalah penggunaan kayu atau kerosin sebagai bahan bakar memasak dan penghangat rumah. Faktor risiko lain adalah ventilasi yang tidak baik, riwayat keluarga terkena infeksi saluran napas atas, serta rumah hunian yang terlalu padat.

    Faktor pelindung infeksi saluran napas akut adalah riwayat pernah menyusu dengan ASI serta interval kelahiran yang cukup panjang.

  3. Paper: Beta-thalassaemia major – a public health problem in Malaysia: Impacts, coping strategies and needs of parents with affected children

    Pembicara: Nursalihan binti Muhammad
    Dari: University of Malaya

    Penelitian dari Malaysia ini mengangkat topik penyakit thalassemia beta mayor yang prevalensinya di Malaysia saat ini cukup tinggi, yaitu sebesar 4.5%. Beban penyakit yang ditimbulkan tidak hanya dari sisi perawatan kesehatan tapi juga beban tidak langsung yang ditanggung orangtua atau pengasuh penderita, yang biasanya adalah anak-anak.

    Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dampak terhadap mental orangtua melalui metoda kualitatif pada populasi urban dan rural. Penelitian ini menemukan bahwa diseminasi informasi mengenai thalassemia cukup seimbang antar kedua populasi. Orangtua atau ibu di perkotaan mengalami masalah utama dalam pekerjaan karena sulitnya meminta izin dari kantor, sementara orangtua atau ibu di pedesaan tidak mengalami masalah ini. Karena ibu-ibu di pedesaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga.

    Yang menarik adalah bahwa Pemerintah Malaysia telah meng-cover semua pembiayaan kesehatan dengan universal coverage. Namun, biaya transportasi masih belum di-cover. Hal ini tetap menjadi beban keluarga. Malaysia juga telah mengadakan program family support untuk keluarga yang memiliki anak penderita Thalassemia. Hal ini menjadi forum yang sangat mendukung diseminasi informasi, baik dari segi pengetahuan medis bagi keluarga tapi juga pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan apa saja yang tersedia dan dapat diakses oleh pasien.

  4. Paper: Incidence of bacterial meningitis in South East Asia region

    Pembicara: Namaitijiang Maimaiti
    Dari: University Kebangsaan Malaysia

    Telaah pustaka sistematis dari beberapa negara di Asia Tenggara ini menunjukkan bahwa pendataan atau registri penyakit meningitis masih sangat terbatas. Dan dari data yang ada, Indonesia adalah negara dengan indidensi meningitis tertinggi di Asia Tenggara, diikuti oleh Thailand dan Sri Lanka.

    Insidensi yang sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi, mengingat keterbatasan deteksi dan pendataan di negara-negara berkembang, serta rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan.

  5. Risk factors of HT in people living with HIV/AIDS: A Single-center experience

    Pembicara: Nazisa Hejazi (PhD cand.)
    Dari: University Kebangsaan Malaysia

    Dengan meningkatnya prevalensi penderita HIV/AIDS, termasuk di Malaysia, penyakit penyerta pun (termasuk NCD) berpotensi menjadi beban dalam sistem kesehatan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin potennya pengobatan anti-retroviral yang ada maka harapan hidup penderita HIV/AIDS lebih tinggi, namun populasi ini tetap lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Penelitian ini memfokuskan pada hipertensi pada penderita HIV/AIDS dan hubungannya dengan faktor-faktor risiko.

    Ditemukan bahwa prevalensi hipertensi pada penderita HIV/AIDS jauh lebih tinggi daripada populasi umum, yaitu 44.7%. Faktor risiko yang ada hampir sama dengan populasi umum, yaitu obesitas serta umur tua. Pengobatan antiretroviral tidak berhubungan langsung dengan tingginya hipertensi pada penderita HIV/AIDS. Penelitian ini menegaskan perlunya pendekatan khusus untuk prevensi hipertensi pada populasi penderita HIV/AIDS.

  6.  A study on social determinants of infant mortality in Malaysia

    Pembicara: Dr. Amaluddin Ahmad
    Dari: Cyberjaya University College of Medical Sciences)

    Paper ini menggunakan pendekatan inequality atau kesenjangan berdasarkan social determinants of health pada mortalitas anak di Malaysia. Analisa indeks pendapatan dan koefisien Gini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan sosioekonomi dalam tingkat kematian anak di Malaysia. Faktor yang berhubungan erat dengan kesenjangan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, perbedaan status ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, serta jenis tempat tinggal.

    Kesenjangan sosioekonomi dalam kesehatan anak perlu ditelaah lebih lanjut, terutama dalam hubungannya dengan kebijakan yang lebih terfokus pada populasi yang kurang beruntung.

Konferensi Internasional ke 4 Sejarah Kedokteran di Asia Tenggara

4th International Conference on
The History of Medicine in Southeast Asia (HOMSEA 2012)
http://www.fas.nus.edu.sg/hist/homsea/conference.html

To be held in Solo (Surakarta)
2-5 July 2012
to coincide with
IAHA 2012 (International Association of Historians of Asia)

Organised by:
PERSEKIN
(Perhimpunan Sejarah Kedoktoran Indonesia /
Indonesian Association of the History of Medicine)

With support from:
The University of Indonesia
KITLV
University of Sydney
The Canada Research Chair in Health Care Pluralism, Université de Montréal (Canada)

Program HOMSEA

Monday 2 July

1.30 – 2.00 pm

Opening

Rethy Chhem , president HOMSEA

Kartono Mohamad, president PERSEKIN

Wang Gungwu, NUS, TBC

2.00 – 3.30 pm

 

Disease and Political (In)stability

Chair:

  1. Promoters of Health, Preachers of Consciousness: The Philippine Islands Anti-Tuberculosis Society and its Crusade Against Spitting in the American Philippines, 1910-1946
    Aaron Rom O. Moralina, Ateneo de Manila University
  2. A Pox on the House of Nguyen: The Social and Political Effects of Smallpox on the Last Royal Dynasty of Vietnam
    Michele Thompson, Southern Connecticut State University
  3. Komiks and Public Health Policies during the Japanese Occupation Period in the Philippines
    Karl Ian Uy Cheng Chua, Ateneo de Manila University

3.30 – 4.00 pm

break

4.00 - 5.00 pm

Medical Professionalization and Nation-Building

Chair:

  1. Healers in the Medical Marketplace: Traditional Medical Practitioners, Medicosand Licensed Physicians in Nineteenth Century Philippines
    Mercedes Planta
  2. Reflections on Medicine’s Modernist Project in Indonesia
    Mary-Jo Delvecchio Good, Harvard University

5.00 – 6.00 pm

HOMSEA Plenary Address

Chair:

The Unending Dialogue of Past and the Present in Medicine
Firman Lubis, University of Indonesia 

7.00 – 9.30 pm

Opening Ceremony

 

Tuesday 3 July

 8.00 – 10.15 am

Plenary Session IAHA

10.15 – 10.30 am

Break

10.30 – 12.30 am

Medical Education in Indonesia

Chair:

  1. Indonesian Medical Education: The Role of the SEARO, International Aid, and the Implementation of Public Health during the 1950s
    Vivek Neelakantan, University of Sydney
  2. Midwifery Education inDutch East Indies, 1850-1915
    Liesbeth Hesselink, Independent Scholar
  3. The Oldest Medical School in Indonesia
    S. Somadikarta, University of Indonesia

Commentator: John Harley Warner, Yale University

12.30 – 1.15 pm

Lunch

1.15 – 3.15 pm

Traditional Medicines in Southeast Asia, I

Chair: 

  1. Continuity and Changes: The Evolution of Burmese Traditional Medicine
    CéCoderey, IRSEA, Marseille 
  2. Making Medicine, Materializing a Cure:the Therapeutic Efficacy of Shamanic Based Healing Among the Orang Sakai of Riau (Sumatra)
    Nathan Porath, Pechabun Rajhabat University 
  3. Indigenous Medical Traditions in a Frontier Society
    Sebastianus Nawiyanto, University of
  4. as Curer and Converter: History of Islamic Medicine in Early Indonesia
    Jennifer W. Nourse, University of Virginia

3.15 – 3.45 pm

Break

3.45-4.45 pm

Traditional Medicines in Southeast Asia, II

  1. The Undeclared War: Combating Malaria and Dysentery and Reviving Indigenous Medicine in the Philippines during the Japanese Occupation Period
    Arnel E. Joven, University of Asia and the Pacific

Commentator: C. Michele Thompson, Southern Connecticut State University

4.45 – 5.45 pm

HOMSEA Plenary Address

Exile and Healing: The Boven Digoel camp in the Dutch East Indies, 1927-1943
Rudolf Mrázek, University of Michigan, Ann Arbor

7.00 – 9.00 pm

HOMSEA Dinner

 

Wednesday July 4

8.00 – 9.00 am

Institutions for Health, from Public to Private Endeavours

Chair:

  1. Revisiting Bilbid and Iwahig: Prison Hospitals in the American Occupied Philippines
    Francis Gealogo, Ateneo de Manila University
  2. Non-State Hospitals in Indonesia: The Evolutive Change since the Colonial Period
    Laksono TrisnantoroBaha’uddin, Universitas Gadjah Mada

9.00 – 10.00 am

HOMSEA Plenary Address

‘Cholera’ Before and After 1817 in Indonesia
Peter Boomgaard, KITLV

10.00 – 10.30 am

Break

10.30 am – 12.30 pm

Leprosy in Southeast Asia

Chair: 

  1. United States Policy on Leper Segregation in the Philippines,1906-1935
    Antonio C. Galang, Jr., University of the
  2. Comparing Leprosy in Two Dutch Colonial Contexts
    Frank Huisman, Utrecht
  3. Leprosy in the Dutch East Indies: The Medical Debate on Hereditarianism and Contagionism
    Leo Van Bergen, KITLV

Commentator: Warwick Anderson, University of Sydne

12.30 – 1.15 pm

Lunch

1.15 – 2.15 pm

Mobility, Morbidity and Urban Settings

Chair:

  1. Public Health Organization in Modern Bangkok: Rulers’ Thinking, External Pressures and Habitants’ Reaction
    Nipaporn Ratchatapattanakul, Thammasat
  2. Two Birds with One Stone: Health Concerns in the Process of Urban Transport “Modernization” in American-Occupied Manila
    Michael D. Pante, Ateneo de Manila University

2.15 – 3.45 pm

Workshop on the History of Psychiatry in Indonesia

Byron Good, Mary-Jo Delvecchio Good, Hans Pols, Denny Thong and others

3.15 – 3.45 pm

Break

3.45 – 6.00 pm

Solo Batik Festival

7.00 – 9.00 pm

Dinner hosted by the Mayor of Solo

 

Thursday 5 July

8.00 – 10.00 am

Circulation and Construction of Medical Knowledge in Southeast Asia

Chair:

  1. Southeast Asian Medicine in the 18th Century: Notes from Linnaean Travel Accounts
    David Dunér, Lund
  2. Visualizing the Geography of Diseases in East Asia, 1870s-1930s
    Marta Hanson, Johns Hopkins
  3. Social Institutions as Moderators of Cross-Cultural Knowledge Transfer: The Dutch East India Company in Pre-Colonial Southeast Asia
    Matthew Sargent, University of California,
  4. Exploiting Quinine: From the Tropical Forests of the Andes to the Government Plantations of the Dutch East Indies, 1850-1900
    Arjo Roersch van der Hoogte and Toine Pieters, Utrecht University

10.00 – 10.30 am

Break

10.30 am – 12.30 pm

Doctors, Migrations and Medical Practice

Chair:

  1. Dr. Tung goes to China: Revisiting Ton That Tung's Travels in the Socialist World, 1951-75
    Michitake Aso, National University of
  2. A Doctor and a Reformer: Dr. Willem Bosch on the Welfare of Java 1851-1869
    Rupalee Verma, University of Delhi TBC* 
  3. Czech Physicians in the Dutch East Indies
    Jan Mrázek, National University of Singapore

12.30 – 1.15 pm

Lunch

1.15 – 3.15 pm

Global Movements, Local Concerns

Chair:

  1. Cattle for the Colonizers: Veterinary Medicine in French Indochina
    Annick Guénel and Sylvia Klingberg, CASE (Centre Asie du Sud-Est), CNRS-
  2. Approaches to Women’s Health in Laos, 1969-2000
    Kathryn Sweet, National University of Singapore
  3. The Tropical Persists?: The ROK (Republic of Korea) Military and its Public Health in the Vietnam Context, 1965-1973
    John Di Moia, National University of
  4. Of Ethics and Profit: Opium Addiction as Health Issue in the Late Colonial Indonesia, 1910s-1940
    Abdul Wahid, Utrecht University/UGM Yogyakarta

3.15 – 3.45

Concluding remarks

4.00  – 5.30 pm

Trip to Prambanan Temple

6.00 – 7.00 pm

Dinner

7.00 – 9.00

Prambanan Ballet Dance

 

Friday 6 July

Excursion

Organized by PERSEKIN (Perhimpunan Sejarah Kedoktoran Indonesia; Indonesian Association of the History of Medicine)

Informasi lebih lanjut pada : http://www.fas.nus.edu.sg/hist/homsea/conference.html

 

 

hari kedua

Post Graduate Forum  Laporan Hari I Laporan Hari II

The 6th Postgraduate Forum on Health Systems and Policies
Melaka, Malaysia

Laporan Reportase Room 1 dan Room 2

Laporan Hari Kedua
Hari ke-2, Selasa 22 Mei 2012.

Plenarary Two:

Dr. Harleen Kaur, Research Fellow, UNU-IIGH menyampaikan topic Data Mining in NCD Research and Management. Pesan kunci dari topic ini adalah NCD diseases di Negara berkembang adalah masalah utama dari kesehatan public dan social ekonomi. Maka untuk mendukung program penurunan NCD, digunakan data mining. Data mining adalah bagian terintegrasi antara pengetahuan yang tersimpan dalam data base dengan seluruh proses menguraikan kasus-kasus yang terjadi. Data mining terdiri atas: (1) Data mining cycle. Aplikasi data mining NCD mengekstrasi pengetahuan dan digunakan untuk melakukan diagnosis, screening, prognostic, monitoring dan seluruh resiko manajemen pasien. (2). Teknik data mining yang mncakup aturan dasar data mining, (3) Pohon kesimpulan data mining yang meliputi: neural diagram, clustering dan sebagainya. (4) Aplikasi data mining.

DSCN0083

Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, UGM, menyampaikan topic Enganging Stakeholder in Developing Evidence Based Policies in NCD Management. Salah satu bentuk NCD di Indonesia adalah masalah kebiasaan merokok. Ini adalah kebiasaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kebiasaan merokok ini menyebabkan masalah-masalah pernapasan dan bahkan ke arah penyakit yang lebih serius atau NCD. Beliau juga menyampaikan dukungan terhadap kebijakan kontrol tembakau dan memaparkan analisi stakeholder di level nasional. Pengamatan di level nasional mencakup kesulitan mengaitkan stakeholder di pusat, dan pengaruh dari masyarakat yang anti tembakau sangat kuat. Situasi sekarang yagn sedang berkembang adalah industry tembakau menyampaikan pendekatan baru untuk memperluas pengaruhnya yaitu dengan soft campaign. Maka, apa prospek jangka pendek kita? Yaitu: di level nasional harus siap, masing-masing-masing level perlu memikirkan bagaimana provinsi dan distrik dapat memperkuat diri untuk menyadarkan masyarakat tentang masalah tembakau.

Peta tembakau menunjukkan bahwa 3 provinsi memproduksi 96% tembakau dan 4 provinsi memproduksi 4% tembakau, dan beberapa provinsi lain memproduksi bungkus tembakau.

Prof. Dr. Supasit Pannarunothai, Naresuan University. Influencing Policies Through Research: Case Studi. Pokok bahasannya adalah memahami proses kebiajakan, penelitian NCD berbasis bukti, dan Kebijakan tentang NCD.

Resarch spending: di UK. 2.5 % penelitian berkaitan dengan pencegahan penyakit atau promosi kesehatan: 20% mengkaji pencegahan dasar untk modifikasi behavior. 38,6% melihat pada vaksinasi (UK Clnnical Research Collaboration 2006). Beliau juga menyampaikan keuntungan ekonomi di Jerman termasuk: tembakau, tekanan darah tinggi, kolesterol yang termasuk dalam NCD, dan kebijakan di semua sector kesehatan bagaimana bisa berlaku untuk waktu yang lebih lama dan efektif baik bagi orang miskin dan bagi orang kaya juga. Next step for NCD Policies: (1) pendekatan health in all policies butuh dikembangkan secara global, (2) Healthy public policy making, (3) Supportinve environments, dan (4) Capacity building for health promotion in addressing the determinants od health.

Symposium Two: Room 2

Terdaftar sebagai peserta dalam oral presentation adalah:

Rini Mutahar, Sriwijaya University menyampaikan topic The Analysis of Quality of Antenatal care in Primary Health Care in Ogam Hilir District South Sumatera, Indonesia.

W.D.A Shanta De Silva, USM/MOH Srilanka, menyampaikan topic Knowledge, Attitudes and Skill on Pre Hospital Care Among Primary Health Care Workers in Three Selected MOH Areas in Sri Lanka.

Kamal Kasra Kasim, Andalas University menyampaikan topic The Impact of Cae-Mix System on Quality of Patient care Class B Hospital in West Sumatera Propinsi, Indonesia.

Azam Rahimi, UNU-IIGH menyampaikan topic knowledge and Attitude Regarding Case Mix system among health staff in Indonesia

Misnaniarti, Sriwijaya University menyampaikan topic Analysis oof Readiness of Hospital Construction in the District Ogan Ilir

Weena Promprasert, Naresuan University menyampaikan topic Avoidable Hospitalization by Ambulatory Care Sensitive Conditions at a Tertiary Care Hospital.

Habibi Forouzan, UNU-IIGH menyampaikan topic Validity of AHRQ Pressure (Decubitus) Ulcer" Patient Safety Indicator (PSI3) in a Large Hospital in IRAN Using Reporting System

Arie Kusumaningrum, Sriwijaya University menyampaikan topic The Influence of Mother's Embrace to the Level of Infant Pain on Injection

INTERACTIVE FORUM: Surviving Graduate Education.

Chair person: Asso Prof Dr Sharifa Ezat Wan Puteh University Kebangsaan Malaysia)

  1. Dr. Nilawan Upakdee, Naresuan University. Menyatakan bahwa softskill ini sangat penting, dan perlu bersungguh-sungguh untuk menguasainya. Banyak sekali yang harus dipelajari. Beliau mengatakan bahwa supervisornya sangat mendukungnya dan sangat mendorong dia untuk segera menyelesaikan PhD-nya.
  2. Dr. Retna Siwi Padmawati, Gadjah Mada University, mengatakan bahwa sulit sekali berbagi waktu antara belajar dan bekerja, bahkan untuk mengerjakan tugas-tugas PhDnya hanya 20%. Kuncinya adalah bukan menunggu tapi memanfaatkan waktu luang. Maksimal PhD-nya adalah 7 tahun walaupun dikerjakan part time. Pengalaman di penelitian dan menulis adalah sangat penting bagi program PhD. Supervisi kedua saya berasal dari Denmark, dan ini menuntut menulis email, Skype dan berbicara melalui telp, dan berbicara dengannya bagaimana dan kapan saya harus menyelesaikan tugasnya, semua ditulis dalam bahasa Inggris yang benar dan ini sangat sulit.
  3. Dr. Arpah Abu Bakar (UNU-IIGH). PhD di dua universitas: Malaya dan UNU. Dia hanya diberi waktu 3 tahun dengan perpanjangan waktu 1 tahun. Selama menjalani pendidikan, dia terus menanamkan dalam pikirannya: saya harus dapat menyelesaikan PhD ini tepat pada waktunya. Saya studi di Public health system dan ini cocok dengan PhD saya yang lain yaitu dalam bidang financing. Kedua pembimbing memberikan bimbingan sesuai dengan keilmuan masing-masing. Tidak masalah ketika kita memiliki dasar S1 dan S2 yang tidak linear karena PhD dapat menghubungkan kita dengan berbagai cara untuk mengatasi masalah yang begitu kompleks. Modal utamanya adalah kesabaran sehigga tidak menyerah, seperti banyak orang yang pintar tapi tidak sabar sehingga tidak bisa menyelesaikan PhDnya. Saya punya 6 anak. Saya usahakan yang terbaik untuk anak-anak saya, juga untuk pendidikan saya. Saya selalu bawa anak jika ada agenda atau kegiatan terkait PhDnya. Pentingnya kebugaran, misalnya nge-gym.
  4. Dr. Hasanain Faisal Ghazi (University Kebangsaan Malaysia). UKM/UNU. Saya langsung mendaftar PhD setelah selesai program master karena saya takut banyak pekerjaan dan lain-lain yang akan mengganggu jika saya menundanya. Saran saya: jika sudah berkeluarga maka gunakan system partime PhD sehingga bisa mengkoordinasi keluarga. Saya berpikir untuk menyelesaikan PhD adalah attitude. Yang menjadi masalah adalah saat berpikir Anda berpikir ini adalah sesuatu yang sulit dan Anda rasa tidak bisa mengatasinya maka anda menyerah dan tidak akan menyelesaikan PhDnya. Saya rasa kita harus merubah attitude ini. Menekankan pentingnya bekerja dalam kelompok untuk mengurangi beban kerja dan keuangan.

Rencana Ke Depan:

7th Postgraduate Forum Health System & Policy for the ASEAN Economic Community, 24 – 25 July 2013 in Thailand.

DSCN0083


More Articles ...

  • angka jitu
  • togel 4d
  • agen togel
  • slot 4d
  • bandar toto 4d
  • togel 4d
  • togel online
  • rajabandot
  • slot gacor
  • toto macau
  • toto macau
  • toto macau
  • toto macau
  • situs toto
  • situs slot
  • rtp live slot
  • toto slot
  • bandar slot
  • toto macau
  • bandar togel online
  • togel online
  • togel sdy
  • togel online
  • toto macau
  • hongkong lotto
  • hongkong lotto
  • situs slot
  • slot gacor
  • bandar slot 4d
  • bandar slot
  • bandar slot gacor
  • bandar slot gacor
  • slot dana
  • toto macau
  • bandar togel 4d
  • wengtoto
  • toto hk
  • slot dana
  • hk lotto
  • toto sdy
  • slot gacor
  • slot 5000
  • toto slot
  • toto togel 4D
  • toto macau
  • slot thailand
  • slot gacor
  • togel sidney
  • live draw sgp
  • Bandar Slot
  • bandar slot gacor
  • toto togel
  • toto slot
  • slot qris
  • slot toto 4d
  • Toto Togel 4D
  • rajabandot
  • sdy lotto
  • bola gacor
  • toto slot
  • slot 5000
  • slot 5000
  • toto togel
  • toto hongkong
  • toto slot
  • slot 5000
  • slot 5000
  • BATASRAJABANDOT
  • slot 777
  • slot gacor
  • slot gacor
  • Bandar Slot
  • Situs Slot
  • Bandar Slot
  • Slot gacor
  • Slot Gacor
  • Slot Gacor
  • Slot Gacor
  • situs slot
  • bandar slot gacor
  • Situs slot gacor
  • Situs slot
  • Agen slot
  • slot online
  • bokep
  • toto slot
  • Slot Demo
  • situs togel
  • bola slot
  • permainan slot
  • https://ahujaresidences.com/
  • agent slot
  • slot toto
  • situs bola
  • bola gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • toto slot
  • akun demo slot
  • toto slot
  • slot gacor
  • slot gacor
  • https://naturmercado.com/home/
  • toto slot
  • agen slot
  • bandar slot