Jadual Diskusi Webinar Reformasi Pelayanan Kesehatan

 

Hari. Tanggal Topik
Modul 1: Kerangka Konsep Sistem Kesehatan dan aplikasinya di berbagai masalah kesehatan

Sesi 1
Senin, 8 Juli 2019,
08.00 - 09.40

Sesi 1 Pengantar: Kerangka Sistem Kesehatan

Deskripsi:
Dalam menggambarkan sector kesehatan yang demikian besar dan kompleks, perlu pendekatan dengan menggunakan kerangka konsep yang jelas. Apa yang disebut sebagai Kerangka Konsep?

Di referensi disebutkan:
A theoretical structure of assumptions, principles, and rules that holds together the ideas comprising a broad concept

Kerangka konsep ini diperlukan oleh para pelaku di sector kesehatan agar batasan system kesehatan yang sangat besar ini dapat digambarkan dengan baik dan dilakukan analisis-analisis tajam untukperbaikan. Kerangka konsep diperlukan untuk kegiatan perencanaan, kegiatan evaluasi, sampai ke pegangan konsultan manajemen untuk bekerja.

Pertemuan 1 ini akan membahas Kerangka Konsep Sistem Kesehatan yang mendasari pemikiran berbagai pihak tentang sector kesehatan.

Tujuan:

Setelah mengikuti sesi ini para peserta mampu untuk:

  1. Mengidentifikasi berbagai Kerangka Konsep dalam Sistem Kesehatan
  2. Memahami Sistem Kesehatan dan Reformasi Kesehatan.
  3. Memahami kasus yang terjadi di program JKN saat ini, dan perbandingan dengan di berbagai negara Asia Tenggara.

Narasumber: Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Materi Presentasi

materi 1   materi 2   materi 3

Sesi 2
Senin, 8 Juli 2019,
13.00-14.40

Sesi 2: Menggunakan pendekatan kerangka konsep Sistem Kesehatan untuk mendiagnosis berbagai Problem Kesehatan di Indonesia

Deskripsi:
Sesi ini membahas penggunaan Kerangka Konsep Sistem Kesehatan untuk membantu para pelaku disektor kesehatan seperti di: KIA, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Jantung, TB, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kinerja programnya. Bagaimana menurunkan angka kematian ibu misalnya, perlu untuk menggunakan kerangka konsep ini. Penggunaan kerangkan konsep ini juga sangat penting untuk melakukan diagnosis mengenai mengapa terjadi kinerja program yang kurang baik.

Tujuan:

Setelah mengikuti sesi ini diharapka para peserta:

  1. Memahami mengenai penggunaan kerangka kerja untuk melakukan diagnosis permasalah kesehatan
  2. Memahami penggunaan kerangka kerja untuk melakukan program-program yang bertujuan untuk mengatasi masalah
  3. Mampu menggunakan kerangka konsep yang ada untuk mengatasi permasalahan kesehatan khusus.

Materi

Sesi 3
Selasa, 9 Juli 2019,
08.00-09.40

Sesi 3: Latihan Diagnostik di berbagai Topik:

Sesi ini bertujuan untuk melatih para peserta menggunakan diagnostic tool untuk mengidentifikasi akar   permasalahan di berbagai bidang, antara lain:

  • KIA
  • Kesehatan Jiwa
  • Jantung
  • TB
  • ….

Para peserta diharapkan untuk melatih diri menggunakan proses diagnostic.

materi

Sesi 4
Selasa, 9 Juli 2019,
10.00-11.40

Sesi 4: Perlukah Kebijakan Kesehatan yang Reformis di sektor kesehatan dan di berbagai masalah khususnya?

Deskripsi:
Setelah melakukan diagnosis permasalahan, apakah mungkin melakukan sebuah reformasi dalam kebijakan kesehatan? Pertanyaan ini akan dibahas dalam Sesi ini yang menggunakan kerangka konsep   Reformasi Kesehatan sebagai sebuah konsep ideal. Pertanyaan selanjutnya, apakah mungkin berbagai topic seperti KIA. TB, Kesehatan Jiwa dan lain-lain dicari solusinya dengan menggunakan pendekatan reformasi?

Tujuan kegiatan:

  1. Memahami arti reformasi sector kesehatan
  2. Memahami hasil diagnostik menggunakan konsep sistemkesehatan di berbagai masalah kesehatan
  3. Membahas aplikasi reformasi dalam topic kebijakan khusus di sektor kesehatan

Kasus: Kebijakan KIA.

materi

Modul 2: Kerangka-kerangka Konsep berbagai komponen kebijakan

Sesi 5
Selasa, 9 Juli 2019,
13.00-14.40

Sesi 5: Kerangka Konsep kebijakan Pembiayaan

Deskripsi:
Sesi ini membahas kerangka konsep pembiayaan dengan menggunakan pendekatan Revenue Collection, Pooling, dan Purchasing. Selama 5 tahun ini perdebatan mengenai apakah mengandalkan sumber daya pajak atau harus banyak dari masyarakat akan dibahas. Juga konsep single pool menjadi isu kunci dalam system jaminan kesehatan. Di beberapa waktu ini konsep Strategic Purchasing menjadi isu baru yang banyak dibahas dalam usaha mengatasi masalah kesehatan. Pendekatan pembiayaan ini selain untuk dipakai oleh system kesehatan besar, juga untuk memahami komponen pembiayaan di topic-topik kesehatan seperti KIA, TB, Jantung, dan sebagainya. Di dalam konteks ini perlu dilihat bahwa tidak semua pembiayaan kesehatan berasal dari JKN.

Tujuan:

Setelah mengikuti kegiatan ini para peserta mampu memahami:

  • Kerangka Konsep Pembiayaan di sector kesehatan
  • Aplikasi kerangka konsep pembiayaan di berbagai masalah kesehatan.

Kasus: Pembiayaan TB

materi

Sesi 6
Rabu, 10 Juli 2019,
08.00-09.40

Sesi 6. Kerangka Konsep Mekanisme Pembayaran untuk Dokter dan Lembaga Pelayanan Kesehatan

Deskripsi:
Sesi ini membahas kerangka konsep yang digunakan untuk menggambarkan mekanisme pembayaran untuk tenaga dokter dan lembaga kesehatan. Akan dibahas secara teoritis konsep perilaku Ekonomi Tenaga Kesehatan dan Lembaga Kesehatan yang bersifat profit maupun non-profit. Pemahaman akan kerangka konsep ini dapat digunakan untuk melihat potensi problem seperti fraud di kalangan tenaga dokter dan manajer, korupsi, rujukan yang berlebihan, sampai ke in-efisiensi pelayanan kesehatan. Untuk berbagai kasus, seperti kekurangan tenaga tertentu berbagai konsep seperti Taskshifting, dan pendidikan residensi akan dibahas.

Tujuan

Setelah mengikuti sesi ini para peserta diharapkan mampu untuk:

  1. Memahami Kerangka Konsep Pembayaran tenaga Kesehatan dan Pembayaran lembaga Kesehatan
  2. Mengidentifikasi berbagai isu sistemik dalam perubahan mekanisme pembayaran kepada tenaga dan lembaga kesehatan.
  3. Memahami berbagai kebijakan di pembayaran ke SDM dan lembaga.

Kasus: JKN dan Vietnam

materi

Sesi 7
Kamis, 18 Juli 2019,
15.00-16.40

Sesi 7: Regulasi di sektor kesehatan

Deskripsi:
Sektor kesehatan merupakan bidang yang tidak boleh mempunyai kesalahan-kesalahan serta mutu pelayanan yang jelek. Pendekatan berbasis pada pasien (patient-centred) untuk pelayanan kesehatan menuntut kinerja prima pelayanan kesehatan. Sesi ini membahas berbagai hal dalam kebijakan Regulasi yang bersifat koersif untuk memaksa pelayanan kesehatan dan tenaganya untuk bersikap baik. Dalam proses regulasi yang memaksa ini diharapkan ada pelayanan yang standar di Indonesia.

Problem yang dihadapi adalah perkembangan kualitas pelayanan kesehatan yang jauh berbeda antar propinsi, missal antara DKI dengan Papua. Hal ini jelas menyulitkan kegiatan regulasi dalam bidang kesehatan. Kasus akreditasi yang memberikan beberapa level kelulusan menunjukkan bahwa proses untuk menstandarkan mutu melalui regulasi tidaklah mudah, dan membutuhkan program selama bertahun-tahun.

Proses Regulasi ini menjadi semakin rumit dengan adanya JKN. Kasus-kasus penghentian kontrak RS oleh BPJS merupakan tanda bahwa kerumitan semakin terjadi di sector kesehatan di Indonesia.

Di sisi regulasi kesehatan masyarakat, risiko terjadinya wabah penyakit menular ataupun pencemaran lingkungan juga semakin meningkat. Terbukanya bandara-bandara untuk penerbangan internasional, sampai semakin berkembangnya gaya hidup yang merusak lingkungan menjadi tuntutan besar untuk memperhatikan regulasi di bidang kesehatan masyarakat.

Tujuan:

Setelah mengikuti sesi ini diharapkan para peserta memahami mengenai:

  1. Konsep Regulasi dan peran Regulator serta Operator dalam pelayanan kesehatan.
  2. Regulasi Kesehatan Masyarakat yang saat ini terus dikembangkan secara nasional dan internasional
  3. Regulasi Rumah Sakit dalam berbagai bentuk termasuk perijinan dan akreditasi
  4. Regulasi Internasional

Link webinar

https://attendee.gotowebinar.com/register/8760601186721502978
Webinar ID: 598-946-595

Sesi 8
Rabu, 10 Juli 2019,
10.00-11.40

Sesi 8: Kerangka Konsep Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan

Deskripsi:
Sesi ini membahas kerangka konsep yang digunakan untuk pengorganisasian sector kesehatan yang kompleks. Perngorgansiasi bida di level makro dan mikro. Contoh di level makro adalah keadaan yang kompleks tersebut semakin meningkat dengan adanya badan baru yang sangat kuat di system kesehatan yaitu BPJS di Indonesia. Di negara lain di Asia Tenggara juga terjadi peningkatan kompleksitas pengorganisasian karena adanya lembaga baru jaminan kesehatan yang sangat bertenaga karena memegang dana besar dan fungsi strategis.

Pembahasan dalam sesi ini akan melihat hubungan antara posisi Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan yang secara tradisional sangat kuat, menjadi “melemah” dengan adanya pemain baru dalam system kesehatan. “Pelemahan” ini dapat menjadi lebih berat ketika Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan tidak siap menjadi Regulator di era baru. Dalam konteks RS, Kementerian Kesehatan mempunyai dua posisi yang menjadi sulit dalam era JKN. Pertama menjadi regulator untuk seluruh RS di Indonesia, namun sekaligus menjadi Operator RS yang cukup signifikan. Di sisi lain ada BPJS yang mempunyai power besar dalam system pembayaran RS. Akibatnya proses pengambilan keputusan menjadi problematic.

Di sisi mikro ada kebijakan otonomi RS pemerintah yang diwujudkan secara terbatas melalui kebijakan BLUD. Kebijakan ini diharapkan meningkatkan motivasi kerja dokter. Di kebijakan RS Swasta, ada kebijakan yang memperbolehkan mempunyai dokter dari RS pemerintah. Dengan adanya pembayaran claim INA-CBG, pengorganisasi di level mikro menjadi lebih rumit.

Tujuan:

Setelah mengikuti sesi ini para peserta diharapkan mampu memahami:

  1. Konsep Governance dan hubungan antar pelaku di era JKN
  2. Desentralisasi dalam era JKN
  3. Konsep Hubungan antar Agensi.

Link webinar

https://attendee.gotowebinar.com/register/8760601186721502978
Webinar ID: 598-946-595

Sesi 9
Kamis, 11 Juli 2019,
15.00 - 16.40

Sesi 9. Kerangka Konsep Merubah Perilaku Masyarakat

Deskripsi:
Ketika kebijakan pembiayaan ditingkatkan secara besar-besaran, namun kebiasaan merokok dibiarkan bahkan dipacu, para ahli pembangunan bangsa sudah akan memprediksi kesulitan besar di masa depan. Sesi ini membahas kerangka konsep penting perubahan di masyarakat untuk merubah pola hidupnya agar sehat dan menghindari berbagai penyakit. Indonesia merupakan negara yang buruk dalam kebijakan merubah perilaku ini, sementara Thailand dengan dukungan politik sangat kuat dari pemerintah dan rajanya,mengembangan kebijakan anti merokok yang sangat kuat. Sesi ini tidak hanya membahas mengenai masalah merokok,tapai juga bagaimana kerangka konsep yang dibutuhkan untuk melakukan peningkatan kesehatan jiwa di masyarakat, menghindari dari obesitas dan kolesterol serta berbagai gangguan kesehatan yang katastropik.

Tujuan

Setelah mengikuti sesi ini diharapkan para peserta mampu:

  1. Memahami bahwa kebijakan merbah perilaku masyarakat menjadi hal yang sangat kunci dalam meningkatkan indikator sistem kesehatan.
  2. Memahami berbagai strategi promosi kesehatan, mulai dari yang bersifat kebijakan multi sektor sampai ke kebijakan promosi kesehatan di rumahsakit
  3. Memahami kemampuan merubah perilaku masyarakat di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Link webinar

https://attendee.gotowebinar.com/register/2307256281739194626
Webinar ID: 913-636-707

Penutup: Apa yang diperlukan untuk mengaplikasi Konsep Reformasi Kesehatan di berbagai masalah kesehatan?

Akan ditentukan

Analisis Kebijakan

Apakah kebijakan kesehatan di Indonesia sudah bercirikan sebuah Reformasi atau bukan?

  • Reformasi KIA?
  • Reformasi Kesehatan Jiwa?
  • Reformasi Kesehatan Jantung?
  • Reformasi Kesehatan….
Akan ditentukan

Diskusi:

  • Kebijakan KIA
  • Kebijakan TB
  • Kebijakan JKN
  • Kebijakan Kesehatan Jiwa
  • ….

Apakah membutuhkan Konsultan?

Akan ditentukan Penutup / Review


pelthnkon

Kerangka Acuan Kegiatan Outlook 2019

Kerangka Acuan Diskusi Outlook 2019

Perlukah kita kembali mengacu ke Reformasi Sistem Kesehatan?

Diselenggarakan oleh:

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada

Januari 2019
Dapat diikuti melalui webinar dan tatap muka

 

   Latar Belakang

Outlook 2019 untuk kebijakan kesehatan di Indonesia direncanakan berdasarkan diskusi Kaleidoskop sebelumnya yaitu  pada Desember 2018 dan berbagai hasil penelitian FK - KMK UGM. Dalam penyusunannya, Outlook 2019 kebijakan kesehatan menggunakan kerangka kerja Reformasi Sistem Kesehatan (Health System Reform). Kerangka kerja ini menyatakan bahwa kebijakan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, perlindungan terhadap bencana keuangan karena sakit, dan mutu pelayanan perlu dilakukan tidak hanya ke satu komponen sistem kesehatan. Terdapat berbagai topik kebijakan yang perlu dipertimbangkan dan diputuskan secara bersama, yaitu:

  • kebijakan pembiayaan kesehatan
  • kebijakan sumber daya manusia dan pendidikannya
  • kebijakan mutu pelayanan kesehatan
  • kebijakan obat dan teknologi kedokteran
  • kebijakan governance sistem kesehatan dan
  • kebijakan IT di sektor kesehatan
  • sampai ke kebijakan untuk merubah perilaku masyarakat menuju perilaku sehat.

Dengan pendekatan Health System Reform, Outlook 2019 akan dilaksanakan dalam beberapa hari pada Januari 2019 dengan pembahasan topik yang berbeda. Diskusi ini bertujuan untuk membuka kesempatan yang lebih intensif dalam melakukan pembahasan per topik kebijakan namun tetap terkait dengan kerangka berpikir Health System Reform. Dalam kerangka ini, memang masih ada satu kebijakan yang belum dibahas mendalam, yaitu kebijakan untuk berperilaku sehat. Kebijakan ini akan diatur tersendiri.

  Tujuan

Diskusi outlook 2019 ini bertujuan untuk:

  1. Memaparkan outlook 2019 untuk berbagai kebijakan kesehatan
  2. Melakukan analisis hubungan antar kebijakan dalam kerangka Health Care Reform
  3. Melakukan identifikasi topik - topik yang dianggap penting untuk penelitian, pengembangan intervensi serta advokasi kebijakan pada 2019.

  Manfaat

Hasil diskusi diharapkan menjadi awal kolaborasi bersama berbagai pihak yang terkait untuk pengembangan berbagai kebijakan di sistem kesehatan pada 2019 dengan menggunakan prinsip Health System Reform.

  Narasumber

  1. Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., PhD
  2. Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS
  3. Anis Fuad, S.Ked, DEA
  4. Dr. dr. Dwi Handono Sulistyo, M.Kes
  5. Dody Naftali, ST
  6. Dra. Erna Kristin, M.Si., Apt.
  7. M. Faozi Kurniawan, SE,Akt., MPH
  8. dr. Hanevi Djasri, MARS
  9. Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, PhD
  10. dr. Jon Paat, M. Kes
  11. Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD
  12. dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, PhD
  13. drg. Puti Aulia Rahma, MPH, CFE

  Rundown Acara

Tempat: Common Room Gedung Litbang FK KMK UGM

Topik Kegiatan


14 Januari 2019

Pembukaan: Kerangka Kerja Health System Reform

  MATERI   video

Outlook 2019 untuk Kebijakan Pembiayaan Kesehatan

  MATERI 

Reportase dan Ringkasan diskusi dapat diakses pada link berikut

  REPORTASE

 

Diskusi panel narasumber dan pembahas:

  • Analisis Anggaran Kemenkes 2019
  • Pendanaan untuk JKN
  • Peran Pemerintah Daerah dalam JKN

Narasumber:

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD

video

M. Faozi Kurniawan, SE, Akt., MPH

video

Pembahas:

dr. Donald pardede, MPPM (Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan)

video

Ir. Gatot Saptadi ( Sekretaris Daerah Provinsi DI Yogyakarta)

video


16 Januari 2019

Outlook 2019 Kebijakan Governance Sistem Kesehatan

  MATERI   video

Topik 1:

  • Hubungan Kemenkes, DJSN, BPJS dan berbagai lembaga pusat
  • Hubungan Pemerintah daerah dan BPJS pasca Perpres 82 Tahun 2018.

Topik 2:

Sinkronisasi RPJMN dan RPJMD Kesehatan

  MATERI   video

  REPORTASE

 

Narasumber Topik 1:

  • Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD

Pembahas Topik 1:

  • dr. Asih Eka Putri, MPPM (DJSN)
  • dr. Andi Afdal Abdullah, MBA, AAK (Deputi Direksi Bidang Riset dan Pengembangan

video

Narasumber Topik 2:

  • Dr. dr. Dwi Handono Sulistyo, M.Kes.

Pembahas Topik 2:

  • Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, PhD (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS)

video

17 Januari 2019  

Outlook 2019 Kebijakan Sumber daya Manusia Kesehatan (Khusus Dokter)

Topik 1:
Masa depan dokter umum dalam era JKN: Bagaimana kesempatan bekerja untuk dokter umum?

  materi

Topik 2:
Penyebaran Spesialis pasca dibatalkannya WKDS: Menelaah Sistem Kontrak dan Task Shifting.

  MATERI

  reportase

Narasumber:

Topik 1: Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS

Topik 2:

  • Dr. dr. Dwi Handono Sulistyo, MKes
  • dr. Jon Paat, M. Kes (dari Papua)

Pembahas:

Topik 1:

  • Kepala Pusat Perencanaan & Pendayagunaan SDM, Kemenkes RI
  • Ikatan Dokter Indonesia

Topik 2:

  • Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Kemenkes RI

 

18 Januari 2019  |  08.00 - 10.00 Wib

Outlook 2019 Kebijakan IT di sektor kesehatan IT untuk mendukung Telemedicine dan sistem rujukan terpadu

  materi

Resume Medis Terintegrasi sebagai pendukung Sistem Rujukan

  materi

Sistem rujukan pelayanan kesehatan berbasis kompetensi

  materi

  reportase

 

Narasumber:

  • Dody Naftali, ST (RSUP Dr. Sardjito)
  • Anis Fuad, Sked., DEA (FKKMK UGM)

Pembahas:

  • dr. Lutfan Lazuardi, PhD.
  • dr. Guardian Yoki Sanjaya, MHltInfo
  • Dr. dr. Yout Savitri, MARS

 

23 Januari 2019 

Outlook 2019 Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan

Narasumber:

Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan - Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD

  materi

Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional: Pandangan dan Harapan di Tahun 2019 - dr. Hanevi Djasri, MARS

  materi

Sistem Anti Fraud Pelayanan Kesehatan di Tingkat Provinsi - drg. Puti Aulia Rahma, MPH, CFE

  materi

  reportase


Diskusi panel:

  • Penerapan National Quality Policy and Strategy (NQPS) Indonesia untuk 2019-2023
  • Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan dalam JKN
  • Sistem Anti Fraud Pelayanan Kesehatan di tingkat Provinsi

Pembahas:

  • PERSI Provinsi DI Yogyakarta
  • Dinas Kesehatan DIY
  • BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah Jawa Tengah - DIY

23 Januari 2019  

Kebijakan Pendidikan: Teaching hospital

  materi

Bahan bacaan:


Narasumber:

  • Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

Pembahas:

  • dr. Widyandana, MHPE, Ph.D, Sp. M

4 Februari 2019  |  10.00 - 12.00 Wib

Outlook 2019 Kebijakan Obat dan Teknologi Kedokteran

Manajemen Kebijakan Obat

materi

Health Technology Assessment

materi

reportase


Narasumber:

  • Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, PhD
  • Dra. Erna Kristin, M.Si., Apt

Pembahas:

  • Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K) (Direktur Utama RS Pelni)

 

  Contact Person Kegiatan:

Maria Lelyana
Telp       0274-549425
HP/WA   08111019077
Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. 

 

Reportase HSR 2018, Hari Kelima

Jum'at, 12 Oktober

Sesi 1

Keterlibatan Sektor Swasta dan Pemerintah dari Berbagai Belahan Dunia


  Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:

Sesi pagi ini membahas berbagai insiasi kemitraan pemerintah dengan swasta di berbagai wilayah dunia. Bahasan utamanya mengenai bagaimana program kemitraan tersebut didesain, dilaksanakan dan apa saja hasilnya.

Pertama, Alice Sabino membahas penggunaan voucher untuk layanan KIA di Yemen, yang bisa digunakan oleh masyarakat miskin baik di faskes pemerintah maupun faskes swasta. Pemerintah mengontrak beberapa faskes swasta untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan tersebut, dan jasa mereka dibayar melalui voucher tersebut.

Berikutnya, Anna Laterra membahas tentang pemanfaatan bidan desa di Bangladesh. Mereka menerima peralatan dan perlengkapan dari pemerintah, dan berhak atas reimbursement dari pemerintah atas layanan yang diberikan. Hasilnya, mereka berhasil menurunkan proporsi kelahiran yang dibantu dukun bayi.

Selanjutnya, Ann Levin bercerita mengenai kerja sama untuk layanan imunisasi di Georgia (yang seluruhnya diselenggarakan oleh swasta), Benin (layanan disediakan mayoritas di faskes for profit di wilayah perkotaan) dan Malawi (layanan disediakan di faskes nirlaba). Vaksin yang tersedia tidak hanya yang ada dalam daftar imunisasi rutin, tetapi juga vaksin-vaksin lain. Pemerintah menyediakan dukungan untuk penyediaan layanan imunisasi di sektor swasta ini dalam berbagai bentuk.

Terakhir, pengalaman di Indonesia dipaparkan oleh Agnes Pratiwi. Layanan yang dibahas adalah HIV tes dan konseling HIV di Tarakan. Ketiadaan panduan dari pemerintah mengenai bagaimana layanan ini bisa tersedia di sektor swasta menghasilkan banyak masalah dalam akses layanan ini di sektor swasta, misalnya rendahnya rujukan untuk tes dan konseling, rendahnya kepercayaan masyarakat untuk layanan tes dan konseling HIV di sektor swasta, dan penggunaan OOP untuk layanan ini di sektor swasta.

 

  Refleksi untuk Indonesia:

Kemitraan dengan pihak swasta merupakan salah satu alternatif yang dapat digali untuk membantu pemerintah mencapai cakupan kesehatan semesta. Kemitraan tersebut dapat mengambil beberapa bentuk, mulai dari model yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Pelajaran dari negara-negara lain menunjukkan potensi yang besar dalam berbagai mekanisme kemitraan degan swasta, masing-masing dengan tantangannya. Beberapa pelajaran berharga yang bisa ditarik untuk Indonesia adalah:

  1. Kita perlu mengadopsi perspektif total untuk mengidentifikasi berbagai jenis pihak swasta dan berbagai jenis model yang dapat dioptimalkan untuk masing-masing layanan
  2. Stewardship dari pemerintah mutlak dilakukan, harus ada kerangka pemantauan yang jelas dan dipahami dan disepakati.
  3. Kualitas harus dimasukkan kedalam prasyarat kemitraan. Kontrak tidak dibuat dalam jangka panjang, kecuali pemerintah memiliki mekanisme yang sangat kuat untuk memastikan kualitas tidak akan berkurang selama jangka waktu kontrak tersebut.
  4. Pendanaan tambahan khusus untuk mencapai kelompok masyarakat yang paling miskin atau sulit dijangkau

Reporter : Shita Dewi

 

 

Link Terkait:

{jcomments on}

 

Reportase HSR 2018, Hari Keempat

Kamis 11 Oktober

Sesi 1

Peluruncuran Buku Rangkuman Analisis Kebijakan Kesehatan (Health Policy Analysis: Reader)

Lucy Gilson, University of Cape Town


  
Pokok-pokok bahasan/paparan/diskusi:

hsr4 1Buku Analisis Kebijakan Kesehatan (WHO, 2018) terbaru diluncurkan pagi ini. Buku ini merupakan pengembangan dari buku sebelumnya, Health Policy and System Analysis: A Methodological Reader (WHO, 2012). Lucy Gilson, sang penulis utama dan editor, menyampaikan bahwa terbitnya buku baru ini penting untuk lebih menempatkan kebijakan kesehatan pada posisi yang penting. Analisis kebijakan kesehatan merupakan bagian yang memiliki interface dengan perubahan kebijakan dan pengembangan sistem kesehatan. Pemahaman atas proses dan implementasi kebijakan memiliki potensi yang besar untuk memberi daya dorong untuk perubahan kebijakan kesehatan dan perbaikan dalam sistem kesehatan.

Peneliti, pembuat kebijakan dan pemerhati kebijakan kesehatanmembutuhkan kerangka yang lebih, agar dapat menangkap situasi yang kompleks termasuk berbagai faktor sosial ekonomi dan politik yang terlibat dalam proses kebijakan untuk mencapai cakupan kesehatan semesta. Buku ini disusun khusus dengan konteks negara berkembang, dan dimaksudkan sebagai referensi yang dapat digunakan untuk mencari bahan - bahan terkini dalam Analis Kebijakan Kesehatan.

 

hsr4 2Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama semacam Overview terhadap topik Analisis Kebijakan Kesehatan, yang mencakup konsep dasar, arti pentingnya serta konteks politik ekonomi yang terkait di dalamnya.

Bagian kedua membahas faktor - faktor yang sangat mempengaruhi proses kebijakan di negara berkembang, yaitu kekuasaan, konteks nasional serta peran aktor global dan pengambil kebijakan nasional.

Bagian ketiga membahas berbagai isu dalam metodologi analisis kebijakan.

Bagian keempat merupakan kumpulan dari artikel - artikel seminar yang menjelaskan lebih lanjut mengenai tiap sub topik yang dibahas di dalam bagian satu hingga tiga.

Sayangnya buku ini baru tersedia dalam bentuk hardcopy (tersedia di perpustakaan PKMK), namun akan segera tersedia secara online di laman WHO.

Bagi pembaca yang memerlukan Reader and Methodology Reader lain, silakan unduh di:
http://www.who.int/alliance-hpsr/resources/publications/methodsreaders/en/

 


  Refleksi untuk Indonesia:

Buku Health Policy Analysis: Reader (WHO, 2018) ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti dan analis kebijakan, maupun tenaga pengajar dan mahasiswa. Terlihat dari daftar artikel seminar yang dimasukkan ke dalam Reader ini bahwa mayoritas lokasi berada di Afrika atau Asia Selatan. Miskinnya referensi yang tersedia untuk Indonesia mengenai kebijakan kesehatan Indonesia menyisakan pekerjaan rumah bagi para peneliti kebijakan dan analis kebijakan di Indonesia untuk semakin aktif melakukan penelitian dan menulis mengenai berbagai isu yang relevan untuk Indonesia.

Pekerjaan rumah kedua, adalah tersedia potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan Reader khusus untuk Analisis Kebijakan Kesehatan Indonesia. Hal ini tentunya membutuhkan kerja sama dari berbagai bidang ilmu dan para pakar dengan berbagai perspektif yang relevan dengan area kebijakan kesehatan.

Reporter : Shita Dewi

Link Terkait:

 

 {jcomments on}

 

 

Reportase HSR 2018, Hari Ketiga

Rabu, 10 Oktober 2018

Sesi 1

Placing Community health systems at the heart of service delivery

Pembicara :

  1. Kumanan Rasanathan, Health Systems Global Board, Cambodia
  2. Soumya Swaminthan, World Health Organization, Switzerland
  3. Amuda Baba Dieu-Merci, Panafrican Institute of Community Health, Democratic Republic of Congo
  4. Ariel Frisancho, Catholic Medical Mission Board, Peru
  5. Manmeet Kaur, City Health Works, USA
  6. Stefan Swartling Peterson, UNICEF, USA
  7. Helen Schneider, University of the Western Cape, South Africa

  Pokok-pokok bahasan/paparan/diskusi:

Placing Community health systems at the heart of service delivery

  Laporan Kegiatan

Kumanan Rasanathan, Health Systems Global Board, Cambodia, membuka plenary dengan menampilkan video tentang “we are free”. Video tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterbatasan dari penderita HIV yang ingin mengakses layanan kesehatan, karena masalah akses, Deklarasi Alma Atta menekankan pada kepentingan layanan kesehatan yang dekat ke kehidupan dan partisipasi masyarakat. Diperkirakan dalam 40 tahun mendatang sistem kesehatan akan berjuang dengan perubahan penyediaan layanan disebabkan oleh demografi, epidemiologi, budaya dan transformasi teknologi termasuk urbanisasi. Namun, upaya penguatan sistem kesehatan sering mengabaikan peran komunitas/masyarakat. Para narasumber mempertimbangkan bagaimana kebutuhan sistem kesehatan harus sejalan dengan komunitas yang heterogen baik untuk manusia dan lingkungannya, serta pengalaman masyarakat tersebut.

hsr3 15

Soumya Swaminthan, World Health Organization, Switzerland, memberikan keynote speech  yang memaparkan tentang fasilitas kesehatan primer tidak hanya bagaimana ketersediaan gedung, dan obat, namun bagaimana melibatkan masyarakat untuk diberdayakan sehingga dapat berpartisapasi dalam masalah kesehatannya. Penelitian diharapkan dapat memberikan dampak tidak hanya kepada berapa banyak jumlah publikasi, namun lebih penting adalah bagaimana penelitian kita dapat berdampak langsung politik dan sistem kesehatan yang berguna kepada masyarakat. WHO menekankan dan mendorong pelaksnaan penelitian yang berlangsung interdisiplin sehingga luarannya dapat mencakup berbagai cakupan. WHO mendukung peningkatan penelitian dengan peningkatan kapasitas tim multi displin sehingga memiliki tools yang lebih sesuai dengan konteks penelitian tersebut.

Selanjutnya, plenary dilangsungkan dalam diskusi. Community Health Worker (CHW) dapat menyuarakan tentang masalah sebenarnya yang sedang dihadapi oleh masyarakat. CHW memberikan diharapkan dapat memberikan ruang untuk menghargai setiap ide - ide berdasarkan fakta yang berguna dalam pengambilan kebijakan kesehatan. Di sisi lain, banyak negara memiliki konflik kepentingan dan rapuh terhadap masalah politik dan keamanan. Leaving nobody behind masih terasa jauh, karena pelayanan kesehatan primer di pedesaan Bahakan masih berjuang dalam kekurangan tenaga kesehatan dan kualitas layanan yang diterima. CHW merupakan kunci dalam meningkatkan layanan kesehatan yang berbasis pada masyakarat, sehingga suara masyarakat dapat didengar. Lebih jauh, CHW dapat menjadi pedoman dalam memperbaiki berbagai keterbasan sistem kesehatan. CHW memerlukan dan dapat mendorong performans lintas sektor dalam memepercepat SDGs, sehingga yang masih menjadi persoalan adalah bagaimana kita membawa CHW sebagai social connector. CHW dapat memberikan gambaran konteks/gambaran sehingga dapat menyatukan masyarakat kedalam sistem kesehatan.

  Refleksi untuk Indonesia:

Indonesia telah memiliki banyak CHW diantara kader JKN, Kader STBM dan kader lainnya yang telah diorganisasi oleh puskesmas. Namun, kader - kader tersebut masih bekerja untuk sektor kesehatan dan pemerintah perlu melibatkan mereka dalam kolaborasi lintas sektor. Pengambilan keputusan secara terpisah memperlambat penyelesaian masalah kesehatan dan juga pembangunan kesehatan.

Reporter : Relmbuss Biljers Fanda

 

Link Terkait:

{jcomments on}

Reportase HSR 2018, Hari Kedua

Selasa, 9 Oktober

Sesi 1

Welcoming Plenary
Sustainable Development Goals yang Terintegrasi dan Tidak Dapat Dipisahkan: Memastikan Pendekatan Multi Sektor 


  Pokok-pokok bahasan / paparan / diskusi:

Plenary pembukaan diisi oleh Kabir Sheikh dari Alliance for Health Policy and System Research yang menyatakan bahwa penelitian di bidang kesehatan perlu memperhatikan perspektif ilmu sosial untuk memastikan adanya pendekatan yang inklusif untuk kesehatan dan kesetaraan dalam kesehatan.

Ada berbagai faktor yang membuat berbagai kelompok masyarakat menjadi rawan, yaitu ketidaksetaraan pendapatan, perubahan iklim, pola epidemi dan wabah, kekerasan terhadap perempuan dan anak, perang dan konflik, dan banyak hal lain. Oleh karena itu, salah satu tema utama dalam simposium ini adalah memastikan sistem kesehatan yang tidak mengabaikan satu orang pun.

hsr2 1

Sejalan dengan itu, Menteri Pembangunan Internasional Inggris, Rt.Hon. Alistair Burt, MP menyatakan bahwa pemerintah Inggris menempatkan prioritas yang tinggi terhadap penelitian. Hal ini diindikasikan oleh fakta bahwa 3% dari anggaran DFID digunakan untuk penelitian dan sebagian besar untuk sektor kesehatan. Pada simposium ini, terdapat 40 penelitian yang didanai DFID yang akan dipresentasikan. Komitmen pribadi Alistair untuk mendukung sistem kesehatan Inggris dibuktikan dengan kesaksian bahwa Alistair sekeluarga bahkan semua cucunya berada di dalam sistem NHS dan tidak memiliki asuransi pribadi. Alistair menyatakan tiga posisi strategis dari penelitian. Pertama, penelitian dibutuhkan untuk mendukung pemerintah membuat keputusan mengenai cara apa yang efektif dan berhasil. Kedua, peneliti diperlukan untuk inovasi dalam pelayanan, tetapi lebih penting lagi bagaimana memastikan bahwa inovasi tersebut dapat dinikmati oleh mereka yang paling membutuhkan. Ketiga, hasil penelitian dapat dimanfaatkan bukan hanya pemerintah dan pengambil kebijakan, melainkan juga oleh mereka yang berada di garda depan pelayanan.

hsr2 2

Selanjutnya dilangsungkan diskusi panel yang mengangkat isu mengenai pendekatan multi sektor untuk mencapai SDGs yang dimoderatori oleh Anthony Costello. Panelis pertama, Maureen Samms-Vaughn, mengangkat isu pentingnya tata kelola untuk memastikan pendekatan multisektor bisa berjalan dengan baik. Maureen menyatakan bahwa pendidikan profesi kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat, sanitasi, nutrisi, dst) saat ini berada di silo masing-masing, padahal nantinya di dunia nyata harus bekerjasama untuk mengatasi permasalahan yang sama.

Panelis kedua, Evelyn Kandakai, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dan khususnya perempuan adalah kunci yang masih jarang digunakan. Padahal masyarakat memiliki kekuatan untuk menggerakkan pemerintah, dan pada gilirannya pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengubah arah dari pembangunan. Panelis ketiga, David Stuckler, menyatakan bahwa sudah terlalu banyak penelitian membuktikan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan berbagai indikator pencapaian SDG namun ternyata belum diadopsi. Ada penghalang besar yang membuat berbagai sektor sulit bekerjasama. Contoh yang diangkat adalah bagaimana berbagai kebijakan yang gagal karena lobby para produsen makanan. Hal ini disamakan dengan perjuangan yang lama untuk dapat ‘mengalahkan’ lobby perusahaan rokok/tembakau. Namun, panelis juga mengingatkan akan adanya kekhawatiran bahwa kemampuan fiskal suatu negara akan sangat mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang efektif. Misalnya, ketika negara berkomitmen untuk mencapai SDG tetapi dibatasi oleh budget yang terbatas dan cenderung rendah khususnya untuk sektor kesehatan dan pendidikan serta ketersediaan infrastruktur sanitasi dasar.

hsr2 3

  Refleksi untuk Indonesia:

Pendekatan multi sektor untuk isu kesehatan dan isu sistem kesehatan, adalah pendekatan yang tidak dapat diabaikan mengingat berbagai faktor eksternal mempengaruhi status kesehatan secara luas. Walaupun sektor kesehatan seringkali terlihat didominasi oleh inovasi dalam teknologi perawatan maupun investasi untuk pelayanan kuratif, sistem kesehatan harus terus memperhatikan pendekatan kesehatan masyarakat, karena pendekatan kesehatan masyarakat merupakan garda depan untuk membangun masyarakat yang tangguh menghadapi berbagai faktor eksternal tersebut.

Pendekatan multi sektor hanya dapat dimungkinkan apabila semua pihak merasa bahwa pencapaian SDGs merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, ada berbagai gap yang harus diatasi, misalnya gap tata kelola, perspektif gender, dalam kemampuan mengatasi ego sektoral. Selain itu, pemerintah perlu bekerjasama dengan sejumlah kementerian terkait untuk memastikan anggaran yang cukup untuk mendukung upaya pencapaian SDGs. Perlu pula bantuan dari pihak di luar pemerintah untuk mendesak agenda pencapaian SDGs di semua sektor. Peneliti memiliki posisi strategis untuk mendorong bukti - bukti yang telah dianalisis untuk menunjukkan apa pendekatan yang efektif. Lebih jauh lagi, rekomendasi peneliti juga harus mendorong dan mendesak adanya kerjasama multi sektor.

Reporter : Shita Dewi

 

Link Terkait:

 {jcomments on}

Reportase HSR 2018, Hari Pertama

Senin, 8 Oktober 2018

Sesi 1

Health financing Toward UHC: Practical lessons learned from priority setting and strategic purchasing in low and middle - income countries


  Pengantar

Problem di UHC tetap masih pada akses dan sumber dana. Out of pocket spending masih mendominasi di daerah - daerah miskin. Sementara itu penggunaan dalam bentuk Benefit Packages juga harus dikritisi. Apa yang harus diberikan dalam bentuk apa, dan untuk siapa pelayanan diberikan. Tantangan yang ada antara lain data tidak cukup untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Kurang ada keterlibatan civil society. Tantangan berikutnya adalah situasi supply side, misalnya quality improvement, ketersediaan, problem bernegosiasi dengan pihak swasta merupakan contoh. Juga mengenai alokasi sumber dana: kegiatan apa yang harus dibayari dan untuk siapa.

hsr3 1Sesi ini diawali dengan paparan Professor Anthony Culyer dari University of York yang saat ini menjabat sebagai Ketua International Decision Support Initiative (IDSI). Pada intinya disebutkan bahwa dalam situasi saat ini untuk sektor kesehatan, Cost-Effectiveness Analysis (CEA) bukan satu - satunya solusi. Terdapat ideologi tentang kesehatan yang berguna bagi semua. Apa value  dan impact yang harus memiliki bukti. Hal ini bukan sebuah kegiatan politis namun teknis. Di Inggris dikembangkan oleh NICE dan didukung oleh pemerintah dan kelompok oposisi.

Apa yang bisa di - share dari pengalaman di Inggris? NICE dibentuk karena terdapat skandal - skandal medik. Dibutuhkan lebih banyak perencanaan yang bisa memilah - milah impact pelayanan kesehatan, mana yang logis dan mana yang tidak. Untuk itu capacity building mengenai isu ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi terkait nilai dan dampak dari pelayanan kesehatan.

hsr3 2Prof Calypso dari Imperial College Inggris membahas lebih banyak mengenai rationing plan. Tergantung pada situasi di berbagai negara. Perlu independensi negara yang mengembangkan perencanaan pelayanan kesehatan yang masuk ke UHC atau yang tidak. Menentukan Benefit Package dan obat apa yang harus masuk. Untuk itu capacity development penting sekali dalam kegiatan ini. Namun konteks yang ada perlu diperhitungkan. Setiap negara mempunyai regulasi masing - masing. Terdapat perbedaan transparasi dan perbedaan perilaku politikus.

 

 

Bagi para pembaca yang ingin lebih mendalami mengenai diskusi ini lebih lanjut, silahkan membaca buku yang berjudul menarik ini.

BOOKS
What's In, What's Out: Designing Benefits for Universal Health Coverage

read more

 

 

 

 

  Refleksi untuk Indonesia

Dalam situasi defisit di BPJS, pertanyaan mengenai apa yang masuk dan apa yang harus keluar dari list pelayanan kesehatan dan serta obat – obatan yang dibutuhkan. Apakah BPJS perlu membayar untuk sebuah obat yang sangat mahal dengan manfaat yang sangat kecil? Apakah BPJS harus membayar teknologi yang tidak cocok lagi? Hal-hal ini menjadi kunci yang perlu dipelajari oleh kita para peneliti kebijakan kesehatan, termasuk para klinisi yang sehari hari berhadapan dengan pasien. Pertanyaan mengenai Apa yang akan didanai oleh BPJS dan untuk siapa, akan menjadi pertanyaan klasik sepanjang masa. Untuk itu perlu sekali membaca buku yang dapat di klik di atas.

Reporter : Laksono Trisnantoro (PKMK UGM)

Link Terkait:

 {jcomments on}

  • slot resmi
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot
  • rajabandot