Modul 2.C.3. Lensa Etnografis
Modul 2.C.3. Lensa Etnografis
Tujuan Pembelajaran
|
Modul 2.C.3. Lensa Etnografis
Tujuan Pembelajaran
|
Modul 2.C.1 Perspektif potong-lintang
Tujuan Pembelajaran
|
Pengembangan Keterampilan Advokasi
PengantarAdvokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Proses advokasi ini sangat penting bagi para peneliti dalam mengkomunikasikan hasil kajian dan isu-isu penting, dilakukan dengan perencanaan strategis dengan target utama adalah pengambil kebijakan dan korporasi. Advokasi bukan revolusi, namun lebih merupakan suatu usaha perubahan sosial melalui semua saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku. Keberhasilannya diperoleh bila proses dilakukan secara sistematis, terstruktur, terencana dan bertahap dengan tujuan yang jelas, untuk mempengaruhi perubahan kebijakan agar menjadi lebih baik. Keterampilan advokasi merupakan sebuah ilmu dan seni, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi tim peneliti. Peningkatan keterampilan komunikasi dapat membantu tim untuk meningkatkan kinerja, khususnya dalam melakukan advokasi. Dalam modul ini dibahas penyelenggaraan advokasi yang direncanakan dan dilakukan dengan strategi yang tepat antara lain dengan menetapkan tujuan, fungsi dan monitoring, menentukan siapa yang akan melaksanakan, serta perlunya melakukan mengembangkan jaringan untuk melakukan advokasi.
Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat lebih memahami keterampilan advokasi yang diperlukan dalam penyampaian hasil penelitian kepada pemangku kepentingan dan pengambil keputusan. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajrai modul ini, peserta akan:
1. Kerangka Kerja Advokasi
Bagian terpenting dari advokasi adalah aspek perencanaannya. Sebuah perencanaan lengkap yang kita sebut sebagai kerangka kerja (framework) advokasi yang mancakup hasil analisis kasus sesuai isu, aktivitas, dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu advokasi. Kerangka kerja ini sangat diperlukan mengingat advokasi merupakan jalinan interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan situasi. Kerangka kerja advokasi terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
Daftar tolok ukur analisa isu strategis:
Peluang kerjasama ini dimaksudkan untuk membangun konstituen dalam hal mendukung keberhasilan advokasi. Semakin besar basis dukungan, semakin besar peluang keberhasilan. Kita perlu membangun aliansi dengan berbagai kelompok dan memanfaatkan berbagai media, antara lain membangun jejaring dengan organisasi melalui kegiatan-kegiatan bersama, pertemuan publik, media-media sosial, serta menggunakan jaringan berbasis internet.
Pelaksanaan advokasi mencakup banyak kegiatan, baik berurutan maupun serempak. Satu tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal secara serentak dan saling mendukung. Dalam pelaksanaannya setelah disusun kerangka kerja lengkap, kegiatan advokasi yang dapat dilakukan antara lain: Berbagai pendekatan model komunikasi untuk mendefinisikan advokasi dalam mempengaruhi kebijakan publik dan masing-masing memiliki proses berbeda-beda, sebagai berikut:
Gb. 1 . Proses advokasi melalui legislasi, birokrasi, sosialisasi dan mobilisasi
Kegiatan evaluasi dan monitoring terjadi selama proses advokasi dilakukan, sebelum melaksanakan advokasi perlu ditentukan bagaimana akan memantau rencana pelaksanaannya. Dalam hal ini indikator sebagai ukuran kemajuan dan hasil yang dicapai, perlu dipersiapkan.Dapatkah kita secara realistis mengharapkan untuk membawa perubahan dalam kebijakan, program, atau dana sebagai hasil dari upaya? Secara spesifik, apa yang akan berbeda setelah selesainya kampanye advokasi? Bagaimana kita tahu bahwa situasi telah berubah? Kegiatan advokasi yang sering kali dilakukan di lingkungan yang bergejolak. Seringkali, kita tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti setiap langkah dalam proses advokasi sesuai dengan model yang disajikan di sini. Namun demikian, pemahaman yang sistematis dari proses advokasi akan membantu advokat merencanakan dengan bijaksana, menggunakan sumber daya secara efisien, dan tetap fokus pada tujuan advokasi.
2. Membangun Jejaring Jaringan komunikasi Dalam kamus Bahasa Indonesia, jaringan komunikasi adalah sejumlah kegiatan komunikasi yang saling bertautan. Dalam jaringan komunikasi ini tidak hanya mencakup satu atau dua orang saja, namun lebih luas lagi yaitu antar kelompok/komunitas atau pun masyarakat luas. Jaringan komunikasi adalah penggambaran bagian proses komunikasi "how say to whom" (siapa berbicara kepada siapa) dalam suatu sistem sosial. Dalam menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik tertentu yang erjadi dalam suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa, sebuah organisasi, ataupun sebuah perusahaan (Gonzales, 1993). Kita dapat melakukan analisa terhadap jaringan berdasarkan unit analisis hubungan diantara individu-indivu. Suatu perangkat hubungan yang biasa disebut personal network. Istilah ini menunjukkan lingkaran pergaulan langsung seseorang pada suatu topik tertentu. Network seseorang dapat bervariasi tergantung pada topik yang didiskusikan, ketika individu-individu lebih sering berinterakasi satu sama lain daripada dengan individu-individu lain dalam suatu kelompok yang lebih besar, maka mereka telah membentuk sebuah klik. Peranan jaringan komunikasi dalam proses perubahan perilaku Dalam suatu jaringan komunikasi, terdapat pemuka-pemuka opini, yaitu orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang mereka pengaruhi. Jika pemuka opini terdapat dalam kelompok-kelompok yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelompok, meskipun pemuka opini seringkali bukan termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok-kelompok yang konservatif juga bersikap agak konservatif (Gonzales, 1993). Pada proses difusi, yaitu proses masuknya inovasi dalam suatu kelompok sehingga terjadi perubahan perilaku, hampir semua pemuka-pemuka opini menyokong perubahan. Pada beberapa peranan jaringan komunikasi dalam perubahan kelompok/organisasi, seperti disampaikan di atas adanya klik yang muncul di suatu organisasi yang disebabkan adanya adanya persamaan-persamaan tertentu (karena adanya tipe homofili), seseorang dalam suatu organisasi bisa menjadi anggota dari beberapa klik. Klik yang terlalu banyak dalam suatu klompok/organisasi biasanya terjadi karena banyaknya perbedaan, dan dapat mengakibatkan perpecahan dalam suatu organisasi. Tetapi bila klik dapat diatasi maka perubahan yang positif dalam organisasi dapat dicapai. Perkembangan jaringan seiring dengan perkembangan teknologi Perkembangan teknologi kian pesat. Perkembangan teknologi yang signifikan menjadikan perubahan yang mulai merambah dalam tiap hal yang dijajaki dan diperdalami oleh teknologi. Perkembangan computer, sistem data, dalam hardware dan software, hingga ke perkembangan komunikasi. Dengan perkembangan demikian membuat manusia kembali beradaptasi dan menyesuaikan seiring dengan perkembangan tersebut. Teknologi pun mewabah ke jaringan informasi yang ada, sehingga menjadikan perkembangan komunikasi yang mengalami perubahan dalam pemanfaatan teknologi. Dalam perkembangan teknologi Indonesia, perkembangan teknologi dalam jaringan kian pesat dan sudah mulai terkenal hingga melekat di hati pengguna. Semakin banyak yang harus dipahami, semakin banyak yang harus diketahui dan banyak yang mengalami perubahan. Perkembangan teknologi dalam jaringan sudah dijajaki oleh para produsen ternama, bahkan sudah mengembangkan hingga memiliki jaringan tersendiri. Dengan hal seperti ini, membuat persaingan di dunia komunikasi dan teknologi semakin menarik. Tidak hanya itu, jaringan yang ada bahkan sudah bayak diakses dan mulai dikenal orang banyak tanpa dengan adanya publikasi. Saat ini untuk melakukan suatu komunikasi sangatlah mudah karena banyak dukungan teknologi dalam berkomunikasi dengan komunitas kita ataupun masyarakat luas, teknologi memberikan kemudahan dalalm kegiatan kita sehari-hari khususnya membangun suatu jaringan komunikasi. Kesibukan membuat kita tidak dapat berkomunikasi dengan mudah namun saat ini komunikasi tidaklah sesulit seperti waktu lampau, siapapun dapat lebih mudah berkomunikasi dengan komunitas atau keluarganya walaupun terbatasi oleh jarak yang sangat jauh. Teknologi menghilangkan kesenjangan ruang dan waktu. Jejaring Sosial Saat ini orang mulai berbicara santai mengenai net dan kemudian world wide web, mereka mulai menyadari bahwa mereka pun saling terhubung sama seperti komputer mereka. Hubungan-hubungan jelas bersifat sosial, hingga sekarang nyaris semua orang akrab dengan laman dan situs web jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Linkedln, MySpace, DeviantART, Flickr, Friendster, Google, dan lainnya. Social media membawa manfaat namun juga kerugian bagi penggunanya apabila tidak digunakan secara bijaksana. Nicholas dan James dalam bukunya Connected menjelaskan jejaring sosial sebagai barang indah yang rumit. Gb. Jejaring. Nicholas A. Christakis & James H. Flower (2010) Aturan dalam jejaring:
Keragaman asal-usul sosial dan genesis dalam pilihan ini menghasilkan aneka ragam struktur jaringan dan menempatkan kita di lokasi unik dalam jaringan sosial. Berdasarkan aturan tersebut di atas secara emosional individu nilai positif yang dapat diambil antara lain adanya prinsip bahwa dukungan yang diberikan pasangan dapat banyak manfaat. Pasangan hidup saling memberi dukungan sosial dan saling menghubungkan dengan jejaring sosial yang lebih luas mencakup teman, tetangga, dan kerabat. Cara bekerja Jaringan Jaringan dapat dibentuk dan dimonitor melalui beberapa bentuk kegiatan, yaitu:
Langkah dalam membangun jaringan Berikut ini tips yang dapat dilakukan untuk membangun sebuah jaringan dan bagaimana meningkatkan pengelolaannya. Langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Sedangkan untuk mengelola jaringan perlu dilakukan langkah monitoring dan evaluasi secara terus menerus untuk melihat keefektivitasan dan pencapaian tujuan. Untuk membangun jaringan yang bertahan lama dibutuhkan elemen esensial seperti saling menyajikan informasi terkini, saling percaya dan kebijaksanaan.
Bahan BacaanNational Association of Social Workers: Grassroots Advocacy Tools Children's Defense Fund: Advocacy That Works American Planning Association: Effective Advocacy
Tugas
|
Modul 2B4. Aplikasi Prinsip-Prinsip Etika
|
Modul 2B3. Mengupayakan Kualitas Riset Kebijakan Medik
Tujuan Pembelajaran
|
Disain telah ditetapkan (fixed) |
Disain fleksibel |
Reliabilitas: apakah pengukuran variabel reliabel? |
Konfirmabilitas: apakah data mengkonfirmasi temuan-temuan utama dan mengarah pada implikasi-implikasinya? |
Validitas konstruk: apakah peneliti mengukur yang ingin diukur oleh peneliti? |
Dependability : apakah proses penelitian logis dan terdokumentasi dengan baik |
Validitas internal: apakah penelitian menunjukkan hubungan sebab-akibat secara logis? |
Kredibilitas: apakah terdapat kecocokan antara pandangan responden dan rekonstruksi yang dilakukan oleh peneliti? |
Validitas eksternal: apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan secara statistik? |
Transferrabilitas: apakah penelitian menghasilkan insight yang dapat ditransfer ke setting lain? |
Tabel 2. Proses untuk mengupayakan kualitas dalam studi kasus dan pengumpulan serta analisis data kualitatif
Prinsip |
Deskripsi |
Interaksi jangka panjang (prolonged engagement) |
Dalam Riset Kebijakan Medik, peneliti sering harus mengandalkan wawancara yang panjang dan berulang dengan para responden, dan/atau berinteraksi berhari-hari/berminggu-minggu dalam satu setting studi kasus. |
Penggunaan teori |
Teori diperlukan untuk mengarahkkan seleksi sampel, pengumpulan data dan analisis, serta analisis interpretatif |
Pemilihan kasus |
Pemilihan purposif untuk menguji teori dan asumsi awal atau untuk mengkaji kasus yang umum atau pengecualian |
Sampling |
Orang, tempat, waktu, dsb, awalnya untuk meliputi sebanyak mungkin faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mereka yang dikaji (selanjutnya diperluas berdasar temuan awal). Mengumpulkan pandangan dari berbagai perspektif dan responden untuk menghindari dominasi satu pandangan |
Multiple method |
Menggunakan beberapa metode sekaligus untuk studi kasus |
Triangulasi |
Mencari pola konvergensi dengan membandingkan hasil antar bukti, antar peneliti, antar metode, dengan teori |
Analisis kasus negatif |
Mencari bukti yang kontradiktif terhadap penjelasan peneliti dan teori, serta mempertajamnya berdasar bukti tersebut |
Peer debriefing |
Review temuan dan laporan oleh peneliti lain |
Validasi responden |
Review temuan dan laporan oleh responden |
Audit trail |
Dokumentasi semua aktifitas yang dapat dipelajari oleh orang lain dan memaparkan secara lengkap bagaimana metode penelitian berkembang |
Pada intinya, riset kebijakan medik selalu memerlukan pendekatan kritis yang berbasis pada empat proses utama:
Gilson L et al. (2011). Building the field of health policy and systems research: social science matters.
PLoS Medicine 8(8):e1001079.
Pertanyaan
Bagaimana anda akan mengupayakan supaya penelitian anda berkualitas?
Jelaskan hal ini dalam proposal Anda pada bagian "Metode".
Modul 2B2. Menyusun Rancangan Riset
DeskripsiSetelah menetapkan fokus dan pertanyaan riset, langkah penting berikutnya adalah menyusun rancangan atau desain riset. Rancangan riset yang mendefinisikan dengan jelas dasar, latar belakang dan tujuan riset akan menentukan keberhasilan sebuah riset. Seberapa baik riset dirancang, akan secara signifikan mempengaruhi pelaksanan riset. Proses penyusunan rancangan riset seharusnya dilakukan seawal mungkin dalam proses pengembangan gagasan dan topik riset. Fokus dan pertanyaan riset perlu "diterjemahkan" dalam langkah-langkah operasional sebagai sebuah "projek" riset agar menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan. Bahasan dalam modul 2B.2 diharapkan dapat memperkaya wawasan peserta bahwasannya konteks riset sistem dan kebijakan kesehatan sangat luas dan dapat diteliti dengan berbagai rancangan riset untuk meningkatkan manfaat hasil riset.
Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran modul 2B.2 tentang desain riset adalah :
Mengingat pelatihan ini berfokus pada kebijakan medik, maka penetapan desain yang tepat sesuai dengan tujuan risetriset ditujukan untuk meningkatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pemangku kepentingan yang berkaitan dengan topik kebijakan medik tersebut, baik berupa rekomendasi atas sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan atau penyiapan untuk lahirnya sebuah kebijakan baru.
Isi ModulMendesain riset merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan peneliti untuk menyusun sebuah riset. Dalam suatu sumber disebutkan bahwa mendesain riset atau membuat rancangan riset adalah menyusun rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar sebuah riset dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan. Namun demikian, merancang riset tidak hanya soal cara pengumpulan data, melainkan serangkaian langkah mulai dari penentuan tujuan riset sebagai pengarah bagi peneliti untuk membuat strategi pengumpulan dan analisis data. Selain penentuan tujuan, yang termasuk dalam lingkup rancangan riset adalah penetapan jenis riset, populasi, sampel, sampling, instrumen riset, cara pengumpulan dan pengolahan data, teknik analisis, serta cara pengambilan kesimpulan. Kerangka rancangan riset
Tujuan dalam rancangan Riset Tujuan riset akan menentukan strategi yang akan dirancang, meliputi pengumpulan data baru dan analisis data yang tersedia. Namun demikian, tujuan riset tergantung pada paradigma pengetahuan yang digunakan oleh peneliti. Sebagaimana telah dipelajari dalam modul sebelumnya, yang dimaksud dengan paradigma adalah sudut pandang peneliti terhadap riset yang akan dilakukan. Paradigma riset tersebut terdiri dari paradigm positivist dan relativist atau pula paradigm yang berada di antaranya, yaitu Critical Realism Berdasarkan tujuannya, rancangan riset kemudian dibedakan menjadi riset yang bersifat eksploratif, deskriptif, analitik dan eksperimental, untuk setiap paradigma riset. Paradigma Positivist: Berdasarkan paradigma positivist, tujuan riset dibedakan dalam kelompok eksplanatori, deskriptif, dan eksploratori. Dalam kelompok eksplanatori, tujuan riset adalah untuk memberikan eksplanasi atau penjelasan tajam tentang sebuah isu kebijakan medik yang diteliti. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dengan eksperimen dan kuasi-eksperimen, misalnya untuk riset pre-post (sebelum dan sesudah). Analisis yang digunakan pada umumnya adalah dengan menggunakan model simple dan multiple-variable. Sementara, dalam kelompok deskriptif, dengan tujuan riset untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah isu dan permasalahan kebijakan medik, maka pengumpulan data umumnya dilakukan dengan survei. Penyelenggaraan survei yang dimaksud adalah dengan menyebarkan kuesioner, melakukan wawancara, dan melakukan observasi langsung. Survei yang dilakukan berulang juga diperbolehkan dalam kelompok deskriptif ini untuk analisis kecenderungan (trend analysis) dalam periode waktu tertentu. Sedangkan, analisis data dapat dilakukan dengan cara analisis data sekunder (seperti data sensus dan catatan data yang telah terekam). Selain itu, analisis juga bisa dilakukan dengan analisis pendekatan kuantitatif dari berbagai sumber. Kelompok eksploratori, sesuai dengan tujuannya untuk menggali informasi maka pada umumnya dalam bentuk survei atau pilot research. Paradigma Relativist Pada paradigm relativist, tujuan riset juga dapat terdiri dari riset ekplanatoris, deskriptif, dan eksploratoris. Dalam kelompok tujuan riset ekspalanatori, pengumpulan data baru dilakukan dengan desain riset kasus dan dengan pendekatan teori Grounded (untuk membentuk atau membangun teori baru). Rancangan riset kasus yang dimaksud dapat merupakan pendekatan longitudinal. Pendekatan longitudinal adalah riset yang dilakukan pada periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang ditentukan secara berurutan Sedangkan analisis terhadap data yang telah tersedia dapat dilakukan dengan melakukan analisis isi (content analysis) secara kualitatif, misalnya dengan analisis diskursus yang berkembang (discourse analysis) dan analisis terhadap fakta sejarah (historical analysis). (Penjelasan tentang desain riset kasus akan didapatkan lebih terinci pada modul tersendiri) Berikutnya, untuk mencapai tujuan riset deskriptif, pengumpulan data dapat dilakukan pula dengan riset kasus atau desain etnografi dengan fokus terhadap observasi secara langsung atau tidak langsung secara tidak terstruktur. Sebagai contoh, adalah narrative inquiry dan critical ethnography. Secara selintas, Etnografi dapat dijelaskan sebagai bentuk kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, tradisi atau kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985). Penjelasan lebih lanjut tetang etnografi akan diperoleh pada modul berikutnya. Adapun untuk riset yang bersifat eksporatif pada paradigma relativist, tujuan riset dapat dicapai metoda pengumpulan data yang disesuaikan dengan desain lapangan (field design) atau desain etnografi dengan penekanan pada narasumber, sebagai contoh auto-etnografi, autobiografi, sejarah hidup seseorang. Artinya, narasumber dijadikan sebagai sumber ekplorasi dari kajian yang tengah diteliti. Pengumpulan data untuk membuat riset eksplorasi juga dapat dilakukan dengan riset kasus (sehingga menghasilkan kategorisasi dari berbagai data kajian yang baru ditemukan) dan riset dengan pendekatan kualitatif, antara lain melalui wawancara. Strategi Riset Strategi riset terbagi dalam dua kelompok utama berdasarkan karakteristik yang membedakan keduanya, yaitu : desain yang "tetap atau konstan" (fix) dan desain yang fleksibel (flexible) Desain yang konstan (fix design) dibangun sebelum data dikumpulkan dan berkembang selama riset dilakukan (Robson, 2002). Data yang dikumpulkan biasanya berupa angka sehingga pengolahannya menggunakan pendekatan kuantitatif. Sementara, yang dimaksud karakteristik fleksibel dalam metode riset adalah desain riset yang lebih "bebas, tidak kaku, dapat berubah", dan dapat mulai disusun pada saat data dikumpulkan, tergantung pada data yang berhasil dikumpulkan. Biasanya data bukan berupa angka sehingga proses analisis dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Namun pada strategi fleksibel pun, data kuantitatif juga dapat digunakan sehingga riset berkembang menjadi riset multi-method. Berdasarkan tipe desain riset yang menyeluruh, fix dan flexible design sama-sama dapat menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Pada fix design, pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan eksperimen yang secara umum lebih mengarah pada quasi eksperimental dan bukan eksperimen penuh. Bentuk pertanyaan riset pada kedua strategi inipun berbeda. Pada fix design, bentuk pertanyaan riset misalnya adalah : apa dampak dari sebuah kebijakan, serta mengapa dan bagaimana kebijakan dapat berdanpak, dengan sebuah catatan bahwa peneliti memiliki "kontrol" terhadap kejadian atau pelaksanaan kebijakan tersebut serta memiliki pengetahuan dan data "riil" dengan keterlibatan dalam mekanisme yang berlangsung, sehingga gambaran " Apa" yang ingin diketahui pun menjadi lebih definitif, meliputi ,misalnya, gambaran berapa banyak, siapa, dan dimana. Pada flexible design bentuk pertanyaan risetnya akan lebih mengarah pada "bagaimana" dan "mengapa", dan peneliti hanya memiliki sedikit kontrol terhadap kejadian juga informasi atau data serta keterlibatan yang relatif lebih terbatas pada mekanisme riil yang berlangsung. Contoh metode pengumpulan data yang sering digunakan pada fix design adalah Interview terstruktur dan semi terstruktur (termasuk pertanyaan open ended), melakukan perekaman data atau informasi dan mereviewnya secara berkala. Sedangkan flexible design. Lazim dilakukan dengan wawancara mendalam atau diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), selain observasi, dan juga telaah dokumen. Prinsip sampling dalam menetapkan sampel serta analisis dan interpretasi data dari kedua strategi ini juga menunjukkan perbedaan. Metode Gabungan (Mix method): Selain fix dan flexible design, terdapat pula metode riset gabungan yang memadukan kedua desain tersebut. Mix Method risetes mengkombinasikan elemen-elemen pada fix design dan flexible design" untuk memperluas ruang lingkup dan kedalaman sudut pandang yang dibentuk (Sandelowski,2000). Beberapa manfaat penggunaan metode gabungan pada riset kebijakan medik adalah sebagai berikut: • Untuk menangkap dimensi berbeda dari fenomena utama pada fokus riset Riset dengan metode gabungan dapat digunakan antara lain untuk sebuah riset intensif skala kecil, dengan pendekatan kualitatif terlebih dahulu agar diperoleh pemahaman mendetil tentang fenomena yang ada. Kemudian dapat diikuti dengan survei terstruktur dalam skala lebih besar untuk membangun pemahaman yang lebih luas dari fenomena yang telah diperoleh secara kualitatif dan detil pada riset awal. Atau dapat pula dilakukan sebaliknya, survei awal terstruktur dengan pendekatan random sampling dilakukan lebih dulu untuk mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang ada pada populasi responden. Metode ini menyediakan dara dasar untuk penggalian lebih lanjut melalui purposive sampling dari populasi yang sama, sehingga didapatkan penggalian lebih mendetil dan pemahaman lebih mendalam dari hasil survei awal. Apapun pendekatan yang digunakan, metode riset gabungan atau campuran berfokus pada fenomena khusus dan manfaat dari kombinasi metode untuk mencapai tujuan riset, Metode gabungan atau campuran ini dapat pula dilakukan dengan mengkombinasikan analisis data dan mengintepretasikan kumpulan hasil riset yang berbeda atau dengan merubah tipe data agar dapat dilakukan analisis statistik daru data kualitatif, misalnya. Menyusun kerangka teori dalam menginformasikan kebijakan Dengan kompleksnya fenomena dalam riset sistem kebijakan medik,, teori berperan penting dalam penetapan berbagai rancangan dan desain riset dalam sebuah riset (fix design, flexible design, mix method,ataupun pada fokus dan tujuan riset yang berbeda-beda, apakah implementasi. atau evaluasi kebijakan, analysis of policy atau analysis for policy). Dalam riset evaluasi sebagai contoh ada perkembangan pengetahuam mengenai theory driven inquiry yang bertujuan untuk menelusuri kausalitas yang kompleks (de Savigny & Adam,2009) Fungsi Kerangka Teori Kebijakan Modul ini juga membahas fungsi kerangka teori kebijakan. Sejumlah teori dapat ditangkap dari sebuah kerangka berfikir yang menawarkan penjelasan dan prediksi tentang perilaku, atau outcome yang secara sederhana mengidentifikasi elemen hubungan yang relevan. Kerangka berpikir untuk mengarahkan desain riset dapat dibangun dengan menelaah berbagai bukti empirik yang relevan serta literatur teoritis. Terlebih lagi sebuah kerangka konseptual dapat ditinjau ulang pada saat berlangsungnya analisis data temuan, atau dalam bentuk lain kerangka konsep dapat dibangun sebagai hasil dari proses analisis data. Oleh karena itu riset kebijakan medik tidak terpaku pada pembentukan bukti empiris dalam menyediakan informasi kepada pengambil kebijakan, namun lebih pada mengkombinasikan riset empiris dan teoritis atau mengutamakan teori namun tetap memelihara relevansinya. Kombinasi riset empiris dan teoritis membantu memahami norma, nilai, budaya atau tradisi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan dalam sistem kesehatan, termasuk berbagai konteks khusus lainnya dalam kebijakan. (Riewpaiboon, et,al, 2005; Seikh and Porter. 2010). Kombinasi ini diharapkan memberi ruang yang lebih luas untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan dan pengaruh antar waktu dari perubahan kebijakan pada tingkat lokal, nasional maupun global .(Walt, Lush & Ogden, 2004). Theory Driven Evaluation juga menjadi bahasan dalam bagian ini, untuk mendukung riset yang menjelaskan bagaimana kebijakan baru dan intervensinya mempengaruhi operasionalisasi sistem medik (Marchal, Dedzo & Kegels, 2010) Kombinasi riset teoritis dan empiris juga dapat membangun pemikiran tentang bagaimana mempengaruhi agenda kebijakan (Shiffman, 2007: Advocacy in agenda setting) atau mengelola perubahan kebijakan (Walker & Zgilson, 2004; managing front line providers acting as street level bureaucrats). Riset teoritis dapat membimbing pada cara baru dalam menggambarkan kompleksitas sistem kesehatan atau apakah pengaruhnya pada kinerja kebijakan serta dapat pula mengantarkan pada pemahaman tentang faktor pemicu bagi aktor dalam pengambilan kebijakan. Dengan upaya tersebut riset kebijakan medik memberikan informasi kebijakan dengan memperluas pemahaman tentang apakah yang tercakup dalam upaya penguatan sistem dan kebijakan kesehatan sebagai dasar identifikasi fokus, pertanyaan an berikutnya rancangan riset.
Bahan belajarCharmaz, Kathy (2006) Constucting Grounded Theory: A practical Guide trough Qualitative Analysis. SAGE Published Ltd. California Congdon, Justin.D, Dunham, Arthur E. 1999. Defining the Beginning: The Importance of Research Design. IUCN/SSC Marine Turtle Specialist Group Publication No. 4, 1999. http://mtsg.files.wordpress.com/2010/07/14-defining-the-beginning.pdf Gilson Lucy. Health Policy and Systems Research: A Methodology Reader. WHO. 2012. Buku ini dapat di download dari website WHO. Robson C (2002). Real world research: a resource for social scientists and practitioner-researchers, 2nd ed. Oxford, Blackwell Publishing.
Kegiatan pembelajaranDi dalam proposal Anda pada bagian metode riset, silakan periksa:
|
Penyusunan proposal penelitian yang
|
Modul 2B1. Identifikasi fokus dan pertanyaan penelitian
DeskripsiDalam pengembangan suatu studi HPSR terdapat empat langkah penting yang harus dilakukan oleh semua peneliti:
Dalam menilai kualitas dari suatu studi HPSR empiris, kesemua langkah diatas harus dipertimbangkan. Modul 2B1 akan menjabarkan langkah pertama: identifikasi fokus dan pertanyaan penelitian
Tujuan pembelajaran Modul 2B.1.Mempelajari modul 2B.1 menjadi sangat penting bagi peserta untuk :
Setelah mempelajari Modul 2B.1 ini diharapkan para peserta dapat melanjutkan proses penulisan yang telah diawali sebelumnya (bab pendahuluan dari modul pertama). Pada tahap ini, proposal penelitian diharapkan menjadi lebih lengkap dan menunjukkan arah dan tujuan yang jelas.
Isi ModulProses pengembangan studi HPSR dimulai dengan identifikasi topik yang akan menjadi fokus – masalah yang akan dikaji – dan pertanyaan-pertanyaan terkait. Hal ini dikarenakan setidaknya dua alasan:
Secara praktis, identifikasi topik dan pertanyaan penelitian studi HPSR disarankan meliputi:
Pada akhirnya prinsip pragmatism akan sangat penting dalam menentukan pertanyaan penelitian. Penelitian harus feasible, sesuai dengan waktu dan sumber daya yang tersedia (Varkevisser, Pathmanathan & Brownlee, 2003). Berinteraksi dengan pelaku kebijakan dan peneliti lain memastikan bahwa topik dan pertanyaan penelitian benar-benar relevan bagi kebijakan. Kedua kelompok tersebut, melalui pengalaman di berbagai setting, memiliki pemahaman akan tantangan dan peluang yang dihadapi sistim kesehatan. Networking juga dapat menstimulasi berpikir secara kreatif. Selain itu, explorasi pemahaman konseptual dan teori dapat memfasilitasi identifikasi area baru yang jarang dipertimbangkan sebelumnya, atau cara baru untuk meneliti suatu topik yang pernah diteliti sebelumnya. Tinjauan pustaka sangat diperlukan dalam HPSR untuk mengetahui penelitian-peneltian relevan apa yang telah dilakukan sebelumnya untuk menghindari duplikasi dan menegmbangkan penelitian lebih lanjut. Kajian pustaka yang sistimatis atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan di settinglain sangat diperlukan, meskipun peneliti yang bersangkutan memiliki pemahaman yang cukup baik atas setting penelitian yang akan dilakukan. Tantangan-tantangan utama
Identifikasi tujuan penelitian Peneliti HPSR dalam mengembangkan pertanyaan oenelitian sebaiknya juga mempertimbangkan tujuan penelitian secara umum, terutama terkait dengan:
Seiring dengan proses pengembangan pertanyaan penelitian, empat aspek berikut sebaiknya dipertimbangkan:
Tujuan penelitian semestinya mencerminkan tingkat pengetahuan atas suatu topik. Penelitian eksploratif sangat penting saat pengetahuan akan suatu topik masih sangat terbatas atau saat teori mennunjukkan cara baru untuk mengkaji dan memahaminya; penelitian deskriptif memerlukan pengetahuan yang cukup ekstensif atas sitausi yang dikaji untuk dapat menentukan apa yang bermanfaat untuk diteliti. Pada kenyataannya, peneliti HPSR sering memiliki lebih dari satu tujuan sekaligus. Multidisiplin dalam HPSR Dalam HPSR berbagai perspektif disiplin dapat meghasilkan pertanyaan penelitian yang berbeda atas topik yang sama sehingga menghasilkan pemahaman-pemahaman yang relevan dan bervariasi atas suatu topik kajian. Dengan demikian peneliti HPSR sebaiknya mempertimbangkan bagaimana dapat memberdayakan berbagai perspektif disiplin dalam meneliti suatu topik. Finalisasi pertanyaan penelitian
Bahan belajarSheikh K et al. (2011). Building the field of health policy and systems research: framing the questions. PLoS Medicine 8(8):e1001073. Varkevisser CM, Pathmanathan I, Brownlee A (2003). Parsons W (1995). Public policy: an introduction to Designing and conducting health systems research the theory and practice of policy analysis. Aldershot, projects: Volume 1: proposal development and fieldwork Edward Elgar. [e-book]. Amsterdam, KIT Publishers, International Development Research Centre
Kegiatan pembelajaranDalam proposal penelitian anda, mohon:
|