Modul 3.B Ketrampilan untuk menyampaikan hasil
DeskripsiKetika kita sebagai akademisi dan peneliti merasa bahwa rekomendasi dan saran kita tidak diikuti, mungkin kita harus bertanya: Apakah penelitian kita menjawab pertanyaan-pertanyaan para pembuat kebijakan? Apakah kita mendengarkan mereka? Apakah kita mendengarkan apa yang mereka butuhkan? Ketika para pembuat kebijakan tidak menggunakan rekomendasi kebijakan kita, sudahkah kita melihat ke dalam agenda kebijakan mereka? Di departemen pemerintah, terkumpul begitu banyak literatur dan rangkuman yang ditujukan untuk menangani beragam masalah, terakumulasi selama bertahun-tahun, namun ternyata mereka masih menghadapi pertanyaan yang sama. Sebagian besar masalah tersebut mungkin sudah diselesaikan di atas kertas, namun operasionalisasi dari solusi yang diusulkan mungkin belum ada. Namun, kita tidak bisa merekomendasikan petunjuk pelaksanaan dan operasional jika penelitian kita tidak sejalan dengan pemikiran para pembuat kebijakan. Kita harus sedekat mungkin dengan arah para pembuat kebijakan; kebijakan harus "dijual" sedemikian rupa (dengan tetap menjaga standar penelitian), memberikan arah yang jelas, termasuk menunjukan trade-off yang jelas. Jika kita telah memastikan bahwa kita sudah melakukan semua hal di atas, maka pertanyaan berikutnya adalah apakah kita memiliki keterampilan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang telah kita lakukan. Komunikasi, pertukaran ide dan informasi, adalah inti dari bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dalam hal berbagi ide dan bekerja secara efektif bersama-sama. Namun kenyataannya sebagian besar konflik terjadi akibat komunikasi yang salah antara pengirim dan penerima. Selain itu, bagaimana Anda berkomunikasi akan berdampak pada bagaimana orang lain berkomunikasi dalam tim Anda. Bagaimana anggota tim berkomunikasi berdampak pada produktivitas dan efisiensi tim Anda. Pemahaman yang lebih baik tentang proses komunikasi, bagaimana kita berkomunikasi, perangkap tersembunyi dalam komunikasi, dan peningkatkan keterampilan komunikasi dapat membantu tim meningkatkan kinerja mereka dan membantu anggota tim meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal mereka. Jadi, modul ini tidak hanya menyinggung tentang ketrampilan mengkomunikasikan hasil penelitian kepada para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan, tetapi juga ketrampilan komunikasi interpersonal di dalam tim.
Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari modul ini, peserta akan lebih memahami berbagai keterampilan interpersonal yang diperlukan dalam menyampaikan hasil penelitian kepada para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari modul ini dan membaca bahan-bahan bacaan yang direkomendasikan, peserta akan:
Modul 3.B.1 Melakukan advokasiAdvokasi adalah hal yang pertama dan merupakan proses yang terpenting yang terjadi antara peneliti dan para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan. Advokasi berjalan selama waktu yang tidak ditentukan, kadang-kadang singkat namun sering kali panjang. Advokasi juga harus strategis dan merupakan kegiatan tertarget yang dirancang dengan baik untuk pemangku kepentingan maupun pengambil keputusan. Dan terakhir, advokasi selalu diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan, hukum, peraturan, program, atau keputusan pendanaan yang dibuat di sektor publik atau swasta. Kegiatan advokasi dapat dilakukan pada tingkat nasional, regional, atau lokal. Advokasi harus dibedakan dari konsep yang informasi, pendidikan, dan komunikasi (KIE). Advokasi adalah serangkaian tindakan yang diarahkan untuk para pembuat kebijakan untuk mendukung isu-isu kebijakan tertentu. Tahapan dalam Proses Advokasi: Definisikan isu. Advokasi dimulai dengan sebuah isu atau masalah yang kita dukung untuk mempromosikan perubahan kebijakan. Tetapkan Tujuan dan Sasaran. Tujuan adalah pernyataan umum tentang apa yang diharapkan untuk dicapai dalam jangka panjang (tiga sampai lima tahun). Tujuan advokasi menggambarkan prestasi jangka pendek yang spesifik dan terukur yang berkontribusi terhadap tujuan advokasi. Mengidentifikasi Audien/Target. Yang termasuk kelompok sasaran utama adalah mereka para pengambil keputusan yang mempunyai wewenang untuk membawa isu tentang perubahan kebijakan yang diinginkan. Yang termasuk kelompok sasaran sekunder adalah orang yang memiliki akses dan mampu mempengaruhi audien-lain, pembuat kebijakan utama, teman atau kerabat, media, tokoh agama, dll. Kita harus mengidentifikasi individu dalam audien/target, posisi mereka, dan basis kekuatan relatif dan kemudian menentukan tingkat dukungan mereka: apakah mendukung, menentang atau netral terhadap isu advokasi. Membangun Dukungan. Membangun konstituen untuk mendukung isu advokasi adalah penting untuk keberhasilan. Semakin besar basis dukungan, semakin besar peluang keberhasilan. Kita harus membuat aliansi dengan kelompok peneliti lain, LSM, jaringan, donor, koalisi, kelompok-kelompok sipil, asosiasi profesi, tokoh masyarakat, aktivis, dan individu yang mendukung masalah ini dan akan bekerjasama dengan kita untuk mencapai tujuan advokasi kita. Bagaimana kita mengidentifikasi kolaborator potensial? Kita dapat menghadiri konferensi dan seminar, meminta dukungan dari media, mengadakan pertemuan publik, publikasi, dan menggunakan jaringan berbasis internet. Mengembangkan Pesan. Pesan advokasi dikembangkan dan disesuaikan dengan sasaran tertentu untuk membingkai masalah dan membujuk penerima untuk mendukung posisi kita. Ada tiga pertanyaan penting untuk menjawab ketika mempersiapkan pesan advokasi: Siapakah yang kita coba capai dengan pesan ini? Apa yang kita ingin capai dengan pesan ini? Apa yang kita inginkan dari penerima dari pesan untuk dilakukan sebagai hasil dari pesan (tindakan yang kita ingin diambil)? Pilih Saluran Komunikasi. Pemilihan media yang paling sesuai untuk pesan advokasi tergantung pada target audiens. Pemilihan media akan berbeda untuk (a) mencapai masyarakat umum, atau (b) mempengaruhi pembuat keputusan, atau (c) mendidik media, atu (d) menghasilkan dukungan untuk isu di antara yang berpikiran organisasi / jejaring dll. Beberapa saluran yang lebih umum dari komunikasi untuk inisiatif advokasi termasuk press kit dan siaran pers, konferensi pers, lembar fakta/fact sheet, debat publik, konferensi bagi para pembuat kebijakan, dll. Kumpulkan Dana. Sumber daya diperlukan untuk pengembangan dan penyebaran materi, perjalanan anggota tim peneliti untuk bertemu dengan pembuat keputusan dan menghasilkan dukungan, menanggung biaya pertemuan atau seminar, menyerap biaya komunikasi, dll. Mengembangkan Rencana Implementasi. Kita harus mengembangkan rencana implementasi untuk memandu kegiatan kampanye dan advokasi. Rencana harus mengidentifikasi kegiatan dan tugas, orang/komite yang bertanggung jawab, kerangka waktu yang diinginkan, dan sumber daya yang dibutuhkan. Selain dari kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam rencana advokasi, kita harus menyadari dua kegiatan yang berkelanjutan dan terus-menerus penting yang perlu dilakukan, yakni mengumpulkan data serta pemantauan dan evaluasi. Mengumpulkan Data. Pengumpulan data mendukung banyak dari tahapan proses advokasi. Tim peneliti harus mengumpulkan dan menganalisis data untuk mengidentifikasi dan memilih masalah mereka, serta mengembangkan tujuan advokasi, membuat pesan, memperluas basis dukungan mereka, dan mempengaruhi pembuat kebijakan. Memantau dan Mengevaluasi. Seperti pengumpulan data, pemantauan dan evaluasi terjadi selama proses advokasi. Sebelum melakukan advokasi, kita harus menentukan bagaimana akan memantau rencana pelaksanaannya. Kita harus memutuskan bagaimana akan mengevaluasi atau mengukur kemajuan dan hasil. Dapatkah kita secara realistis mengharapkan untuk membawa perubahan dalam kebijakan, program, atau dana sebagai hasil dari upaya? Secara spesifik, apa yang akan berbeda setelah selesainya kampanye advokasi? Bagaimana kita tahu bahwa situasi telah berubah? Kegiatan advokasi yang sering kali dilakukan di lingkungan yang bergejolak. Seringkali, kita tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti setiap langkah dalam proses advokasi sesuai dengan model yang disajikan di sini. Namun demikian, pemahaman yang sistematis dari proses advokasi akan membantu advokat merencanakan dengan bijaksana, menggunakan sumber daya secara efisien, dan tetap fokus pada tujuan advokasi.
Modul 3.B.2 Membentuk JejaringAdanya jejaring tim peneliti dapat berharga dalam advokasi kebijakan karena jejaring menciptakan struktur untuk organisasi dan individu untuk berbagi kepemilikan tujuan bersama. Untuk sukses, jejaring harus terorganisir dengan baik dan beroperasi secara efisien. Anggota pendiri harus menyatukan sumber daya, waktu, tenaga, dan bakat dari orang dan organisasi yang berbeda dan terampil dalam memanfaatkan peluang untuk mempengaruhi proses kebijakan berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Poin kunci jejaring adalah sebagai berikut:
Pembentuk jejaring harus menentukan pengelolaan logistik. Misalnya, apakah pertemuan mereka diselenggarakan secara ad hoc atau dijadwalkan secara teratur setiap bulan atau dua mingguan? Pertemuan dapat memakan waktu dan membuat frustasi, namun hal ini menjadi perlu jika jejaring ingin memenuhi tujuan advokasinya. Tantangannya adalah membuat pertemuan menjadi produktif dan sesingkat mungkin dengan mengikuti aturan dasar seperti menggunakan agenda, melibatkan fasilitator, menggunakan tambahan waktu (jika ada) dengan efektif, menyusun agenda pertemuan berikutnya, dan mengevaluasi pertemuan dan membuat kesimpulan. Berdasarkan keterampilan dan keahlian profesional anggota, tentukan apa yang akan menjadi peran individu dalam jejaring. Apakah tanggung jawab dibagi melalui gugus tugas atau komite? Haruskah ada steering committee yang dipilih untuk mengawasi kegiatan?Apakah mekanisme rotating coordination sesuai? Bagaimana identitas dibentuk untuk jejaring? Akan dinamai apa jejaringnya? Apakah sumber daya keuangan tersedia untuk hal-hal seperti kop surat dan ongkos kirim? Jika tidak, bagaimana anggota tetap berhubungan? Rincian seperti ini harus diputuskan dalam tahap perencanaan jejaring, dan dapat direvisi kemudian jika diperlukan. Memastikan anggota mendapatkan informasi dan tetap terlibat merupakan pertimbangan penting. Komunikasi dapat mempertahankan momentum, kepercayaan dan kepentingan yang ada. Hal ini juga meminimalkan kesalahpahaman dan dapat mengidentifikasi potensi masalah sebelum menjadi masalah serius. Anggota harus menerima notulensi dari pertemuan, update, siaran pers, dan informasi tentang aktifitas atau rencana kegiatan. Apakah ada dana dan mekanisme untuk komunikasi ini? Dengan menginvestasikan waktu di awal untuk menentukan bagaimana jejaring harus berfungsi, anggota dapat menghindari banyak masalah dan kesalahpahaman di kemudian hari. Setelah isu manajemen jejaring disepakati, barulah anggota jejaring bebas untuk berkonsentrasi pada pencapaian tujuan advokasi mereka. Situs jejaring – Sebuah platform interaktif Situs jejaring penelitian dapat menjadi platform komunikasi yang sangat kuat. Situs jejaring merupakan "rumah" untuk informasi, yang memungkinkan para partisipan penelitian untuk berbagi informasi antara satu dengan lainnya secara efisien. Selain itu juga memfasilitasi interaksi dengan komunitas luar yang membuat, menggunakan, dan mengevaluasi kebijakan. Sekelompok peneliti seharusnya memiliki situs jejaring professional. Situs tersebut harus terstuktur dengan baik, menyajikan kontennya dalam cara yang mudah diakses dan digunakan. Situs harus mempublikasikan hasil penelitian yang dilakukan dalam jejaring dan secara jelas mengidentifikasi siapa anggota jejaringnya. Harus diingat bahwa penyajian situs konsorsium harus tetap online bahkan setelah penelitian selesai dan dapat diakses masyarakat luas. Jika dikembangkan sebagaimana merstinya, situs jejaring memiliki sebuah kapasitas interaksi yang komunikatif. Selain dapat mendiseminasi temuan kebijakan yang relevan yang ditargetkan, sebuah situs jejaring penelitian juga memiliki potensi untuk mengakomodasi input dari komunitas pembuat kebijakan yang lebih luas. Situs jejaring kebijakan bagaimanapun juga harus diperbaharui secara aktif. Tidaklah cukup hanya memiliki situs jejaring dengan halaman muka yang statis dengan deskripsi penelitian dan alamat email saja. Sebuah jejaring penelitian seharusnya memiliki sebuah seksi atau "pojok" dari situs jejaringnya yang didedikasikan untuk isu-isu kebijakan. Pada seksi ini harus terdapat basis data kebijakan yang dapat diunduh dari penelitian itu sendiri dan link ke dokumentasi para pihak ketiga yang terkait, misalnya perundang-undangan, instruksi, dan position paper. Jika dimungkinkan situs juga harus memiliki mekanisme interface (misal: forum, ruang obrolan atau blog) untuk menangkap masukan dari pihak luar. Jika dibuat dan dirawat dengan baik, sebuah situs jejaring dapat memfasilitasi dialog dengan semua stakeholder yang terkait dan meningkatkan tingkat respon dari penelitian kebijakan. Untuk mengeksplorasi potensi komunikasi dari situs jejaring, sebuah tim penelitian harus mengalokasikan sumber daya (waktu, keahlian, dan dana) untuk itu. Kemampuan khusus dibutuhkan untuk membangun dan memelihara situs jejaring. Maka dari itu koordinator penelitian harus memasukkan tenaga profesional TI ke dalam anggaran tim diseminasi.
Modul 3.B.3 Mengembangkan Ketrampilan Komunikasi InterpersonalKemampuan interpersonal sangat penting untuk produktivitas di lembaga penelitian yang semakin banyak menggunakan pendekatan tim untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks dalam organisasi. Para pemimpin harus memahami, memotivasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Tidak peduli kecemerlangan pemikiran atau pendekatannya, meyakinkan orang lain untuk bekerja untuk mencapai apa yang diinginkan memerlukan keterampilan interpersonal yang dikembangkan dengan baik. Interpersonal skill mencakup empati, kebijaksanaan, menghormati, menolong, integritas, keterbukaan dan sopan untuk ide-ide dan budaya orang lain, mendengarkan secara aktif, komunikasi tertulis dan lisan yang efektif dan sensitif, fleksibilitas kognitif, kematangan emosional, memahami posisi orang lain, dll. Ketrampilan interpersonal menunjang atmosfer keyakinan dan kepercayaan yang menumbuhkan hubungan yang berharga dan menginspirasi kelompok atau tim untuk menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Keterampilan interpersonal ditunjukkan setidaknya melalui kesadaran diri dan pemahaman tentang dampak seseorang pada orang lain, dan empati terhadap kebutuhan orang lain. Individu dengan keterampilan interpersonal yang kuat bersedia dan mampu untuk melihat sesuatu dari perspektif lain, mencerminkan pemahaman tentang masalah lain, dan menunjukkan kemampuan mendengarkan yang memungkinkan orang lain untuk menjadi dan merasa didengarkan. Mereka memperlakukan orang lain dengan hormat, memahami dan menggunakan bahasa tubuh yang efektif, dan membangun kepercayaan. Semua anggota harus penuh perhatian terhadap isyarat emosional, berkolaborasi dengan orang lain, dan mencari umpan balik untuk memperjelas masalah dan memastikan saling pengertian antara tujuan dan sasaran kinerja. Mendengarkan adalah keterampilan yang diremehkan. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui berbicara. Banyak orang sukses, bagaimanapun juga, menghabiskan waktu lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam advokasi, anggota jejaring memiliki tanggung jawab untuk berkomunikasi dengan satu sama lain seefektif mungkin. Mereka harus mengirimkan pesan mereka dengan cara yang memastikan bahwa pendengar mengerti maksud dari pesan tersebut. Demikian pula, mereka harus dapat menafsirkan pesan tepat sepertiyang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik merupakan hal yang menantang. Sebuah jejaring akan lebih efektif jika semua anggota berusaha untuk mengirimkan pesan mereka dengan jelas dan mendengarkan dengan cermat apa yang orang lain katakan. Dengan cara itu, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian khusus dari anggota dapat dibagi dan digunakan atas nama tujuan jejaring. Komunikasi yang efektif dimulai dengan memahami bagaimana proses komunikasi itu sendiri. Model Pengirim-pesan-saluran-penerima menggambarkan proses komunikasi. Model tersebut adalah sebagai berikut:
Masing-masing variabel mempengaruhi bagaimana kita menyampaikan pesan dan bagaimana pesan akan diterima. Kemampuan berkomunikasi pengirim meliputi mendengarkan, berbicara, menulis, membaca,m\ komunikasi non-verbal, berpikir dan logika pemikiran. Sikap pengirim didefinisikan sebagai kecenderungan umum seseorang untuk merasa sesuatu atau tentang sesuatu. Sebuah proses internal bawah sadar yang khas yang seseorang mungkin menggunakan ketika berkomunikasi adalah (1) "Apakah orang tersebut sedang menghakimi saya?" (2)"Apakah orang menilai masalah saya, keyakinan, ide, tujuan, dll, yang saya coba komunikasikan" (3) "Apakah orang tersebut layak disimak dari perspektif hidup saya?" (4) "Saya memutuskan untuk mendengarkan orang ini dari perspektifnya". Yang penting untuk dimengerti tentang sikap terhadap penerima adalah bahwa ada dialog internal yang terjadi di bawah sadar yang sering menghambat kemampuan untuk mengirim atau menerima. Jika dialog bawah sadar tidak dibawa ke tingkat kognitif, maka dapat menghambat komunikasi yang efektif. Tingkat pengetahuan Pengirim Jika kita memiliki pengetahuan dan percaya diri dalam pengetahuan kita, maka kita menyampaikan pesan kita jauh berbeda dibandingkan jika kita tidak tahu isi atau tidak percaya diri dalam mengetahui isinya. Posisi sosial Pengirim Bagaimana hirarki dalam tim? Apakah orang-orang menghargai apa yang saya harus komunikasikan? Jika tim memandang pengirim sebagai anggota tim yang berharga, maka tim akan lebih banyak mendengar dengan sungguh-sungguh. Budaya Pengirim Budaya yang berbeda mendorong gaya komunikasi yang berbeda, misalnya, komunikator linier (berurutan dari awal sampai akhir), komunikator melingkar (konteks berada dalam dialog yang lebih luas/cerita), atau komunikator spiral (mulai dari perspektif yang luas dan dipersempit untuk titik). Tidak ada gaya komunikasi yang salah, tetapi anggota tim harus belajar bahwa budaya yang berbeda berkomunikasi secara berbeda. Tanpa kesadaran ini, anggota tim mungkin keliru menganggap anggota bukan komunikator yang efektif ketika anggota tim hanya berkomunikasi secara berbeda dari yang diharapkan. Pengirim pesan juga harus menyadari umpan balik seluruh proses pengiriman pesan. Umpan balik memungkinkan kita untuk menentukan efektivitas komunikasi.Apakah penerima memahami pesan yang dikirim? Dengan demikian pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk komunikasi inter personal yang efektif adalah: • Pemahaman tentang nilai-nilai sendiri dan kemauan untuk menahan diri untuk memberikan penilaian tentang orang yang lain
Perlakuan adalah bagaimana isi pesan disusun, berkaitan dengan konteks dan isi pesan tersebut. Konten adalah komunikasikan secara sederhana: apa yang Anda inginkan untuk di komunikasikan. Kadang-kadang, karena bersemangat untuk berbicara, kita tidak berpikir tentang apa yang kita katakan. Konteks melibatkan adaptasi konten presentasi Anda untuk audiens Anda. Jika Anda berbicara kepada seorang pemikir linier, jangan menambahkan banyak "bunga-bunga" dalam pesan Anda. Jika Anda berbicara dengan seseorang yang ingin memahami "gambaran keseluruhan," tambahkan detilpada konteks presentasi.
Saluran sensorik didasarkan pada panca indera: penglihatan, suara, sentuhan, bau, dan rasa. Para ilmuwan sosial telah menemukan bahwa lebih mungkin untuk mendapatkan perhatian penerima jika pengirim menggunakan dua atau lebih saluran sensorik untuk mengirim informasi. Saluran institusional adalah metode yang dipilih untuk menyebarkan informasi percakapan tatap muka, materi cetak, dan media elektronik.Setiap media institusional memerlukan satu atau lebih dari saluran sensorik untuk membawa pesan dari pengirim ke penerima.Sebagai contoh, ketika kita melakukan percakapan tatap muka (media institusional), kita menggunakan penglihatan (gerak tubuh, ekspresi), bunyi (suara), dan mungkin sentuhan, bau, dan rasa.
Penerima harus menggunakan keterampilan yang sama sebagaimana yang digunakan oleh pengirim pesan. Ketrampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi sosial, budaya, dan umpan balik semuanya penting. Selanjutnya, penerima memiliki variabel tambahan: kredibilitas pembicara. Jika penerima merasa bahwa pengirim kredibel, objektif, dan memiliki keahlian dalam topik yang sedang dibahas, maka penerima lebih mungkin untuk dapat menerima pesan yang dikirim. Oleh karena itu, pengirim harus memiliki keahlian atau menemukan seseorang dengan keahlian topikal untuk mengkomunikasikan pesan. Ada saatnya ketika kita harus percaya bahwa kita harus menjadi ahli dalam segala hal. Supaya komunikasi efektif terjadi, seseorang harus mengkomunikasikan baik apa dia tahu dan apa yang tidak tahu. Ingat tujuan komunikasi untuk penerima adalah untuk menerima pesan akurat dari pengirim. Ini tidak berarti penerima akan setuju dengan pesan, namun lebih karena penerima secara akurat memahami pesan Penerima menerima pesan melalui perhatian dan pemahaman. Perhatian adalah tuning untuk pesan yang dikirim, dan pemahaman melibatkan memahami pesan dan menerima atau menolaknya. Menerima pesan melibatkan baik penerimaan kognitif pesan dan penerimaan afektif pesan. Nilai dalam pemikiran tentang komunikasi melalui model ini adalah untuk menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif adalah proses yang kompleks, bukan hanya mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita harus berpikir tentang efektivitas komunikasi kita pada pola komunikasi ini – baik pengirim maupun penerima.
Bahan belajarSilakan click beberapa link berikut: National Association of Social Workers: Grassroots Advocacy Tools Children's Defense Fund: Advocacy That Works American Planning Association: Effective Advocacy Communications: Process and Leadership, Cooperative Extension Service, Iowa State University.
TugasApabila Anda hendak membuat sebuah rencana advokasi untuk kebijakan medik yang Anda susun: • Tuliskan setidaknya satu tujuan advokasi Rancangan advokasi ini akan Anda gunakan setelah penelitian Anda selesai dilaksanakan dan siap untuk disampaikan kepada target audiens primer Anda, yaitu para pembuat keputusan.
|
Modul 3.C.3 Policy Memorandum
Tujuan PembelajaranMemahami prinsip membuat nota kebijakan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada pembuat kebijakan
Untuk dapat menghasilkan nota kebijakan yang efektif, kita perlu memahami pembuat kebijakan. Kebutuhan mereka pada dasarnya adalah:
Semakin tinggi kedudukan pembuat kebijakan dalam hirarki, semakin sedikit para pembuat kebijakan yang tahu tentang semua rincian masalah, semakin sedikit ia mampu untuk fokus pada satu isu, semakin ia akan lebih memilih briefing lisan, dan semakin ia akan dipengaruhi oleh pertimbangan politik. Di dunia nyata, keputusan kebijakan didasarkan pada kombinasi dua hal, yaitu:
Ingat: para pembuat kebijakan harus membuat keputusan setiap hari berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau tidak sempurna. Oleh karena itu, tugas kita adalah: Berikan informasi terbaik yang tersedia tentang masalah tersebut dan mengevaluasi kemungkinan solusinya. Tujuan nota kebijakan
Struktur memo kebijakan:Ringkasan • Masalahnya Latar belakang • Terdiri dari poin penting yang singkat Isu-isu • Masalah kunci yang akan ditangani oleh pembuat kebijakan Pilihan untuk pembuat kebijakan • Program tindakan yang masuk akal program tindakan Rekomendasi • Apa yang Anda ingin pengambil keputusan untuk lakukan? Saat menulis memo, tanyakan diri sendiri: • Apa pesan utamanya?
Bahan belajar
|
Modul 3.C.1 Policy Brief
DeskripsiSebagaimana implikasi istilah policy brief, bentuk publikasi ini secara spesifik ditujukan untuk memberikan orientasi untuk mereka yang menghadapi masalah yang terkait dengan kebijakan baik dalam tataran praktis maupun teoritis.Dari seluruh publikasi sebuah penelitian riset, policy brief adalah yang paling mungkin untuk dibaca pertama kali dalam siklus/proses pembuatan kebijakan. Jika kita berhasil menangkap kepentingan pengambil keputusan melalui dokumen ini, maka besar kemungkinan temuan kita akan masuk di dalam perdebatan pembuatan kebijakan. Sebaliknya jika sebuah penelitian gagal menghasilkan policy brief yang meyakinkan, kapasitas temuan untuk mendukung proses pembuatan kebijakan akan jauh berkurang. Policy brief hanya dapat sebagus penelitian yang mendasarinya. Namun demikian, keberhasilannya juga bergantung pada seberapa baik hasilnya dipresentasikan.
Tujuan PembelajaranMemahami prinsip-prinsip dasar penyusunan policy brief untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada pembuat kebijakan.
Policy brief secara sederhana adalah alat untuk menjelaskan secara singkat arti penting hasil penelitian. Policy brief untuk penelitian yang sedang berlangsung atau yang sudah selesai akan sama saja bentuk dan gayanya. Karena ditujukan untuk audien yang awam, penulisannya harus singkat dan dapat dimengerti, harus cenderung ke "profesional" dari pada "teknis". Informasi harus terorganisasai secara logis dan bebas dari jargon. Kalimat-kalimat yang panjang (lebih dari 30 kata) dan kalimat majemuk bertingkat sebaiknya digunakan hanya seperlunya; penggunaan catatan kaki harus dihindari. Akronim harus digunakan dengan bijaksana dan dijelaskan di awal penggunaannya. Lima bagian policy brief
Kekuatan halaman satu Halaman satu dari policy brief menyajikan penelitian kebijakan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Isinya mengidentifikasi tema penelitian, menguraikan masalah utama kebijakan yang dirancang/dianalisis, memperkenalkan temuan kunci dan mengadvokasi serangkaian tindakan. Penulisan judul Ingat: Singkat dan pilihan kata yang cerdas adalah kunci dari judul yang baik. Judul yang panjang yang secara lengkap menjelaskan topik namun membosankan akan membuat pembaca bingung dan tidak akan menguntungkan siapapun. Sama buruknya, judul yang terlalu pendek akan gagal mengidentifikasi topik atau arah penelitian secara akurat. Penulisan judul membutuhkan imajinasi dan kemampuan. Pendahuluan Mulailah dengan sebuah paragraf yang menjelaskan tantangan kebijakan yang spesifik di mana penelitian yang dilakukan dibuat untuk menjawab tantangan tersebut.Bagian ini harus secara ringkas menyatakan tujuan utama dari penelitian. Setelah mengidentifikasi tujuan utama penelitian, langkah berikutnya adalah membandingkannya dengan status quo. Beberapa observasi kunci dari penelitian akan berperan di sini. Tergantung pada penemuan penelitian, penilaian yang sangat singkat tersebut mungkin akan mengakui progres yang sedang berlangsung, namun lebih kepada identifikasi kekurangan, kesulitan, dan risiko. Pendahuluan harus memiliki simpulan dengan sebuah paragraf yang menjelaskan implikasi utama dari temuan riset. Jika sesuai, pendahuluan harus diakhiri dengan sebuah daya tarik untuk melakukan serangkaian tindakan, memberi alasan untuk rekomendasi dan potensi keuntungannya. Bukti dan analisis Ini adalah inti dari ringkasan keabijakan. Bagian bukti dan analisis memuat informasi mengenai kebijakan yang paling penting yang telah dihasilkan oleh penelitian: data empiris dan analisis – dengan kata lain pengetahuan baru. Pada umumnya para pembuat kebijakan menyukai riset yang:
Usahakan untuk menciptakan komposisi yang koheren tetapi jangan ragu untuk memasukkan observasi yang "berdiri sendiri" jika relevansinya kuat. Implikasi kebijakan dan rekomendasi Semua usulan yang ditawarkan memperoleh otoritasnya dari keunggulan penelitian dan kejujuran dari peneliti yang menghasilkannya. Untuk para peneliti yang membuat rekomendasi, ini adalah sebuah kesempatan untuk "membuat perbedaan" dan secara langsung mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.Penelitian yang menghasilkan rekomendasi kebijakan harus memperhatikan kenyataan bahwa kegunaan dari saran sangat bergantung pada seberapa spesifik saran tersebut. Pengorganisasian – pengelompokan implikasi Tergantung pada penelitian risetnya, implikasi kebijakan mungkin dapat disusun secara tematis, geografis, atau secara institusional. Menyatakan relevansi kebijakan Policy brief sering kali menawarkan saran yang diwujudkan dalam bentuk rekomendasi. Pada penelitian yang sedang/masih berlangsung, temuan akan bersifat sementara dan rekomendasi yang diberikan dengan syarat kondisional. Bila sesuai, peneliti dapat menggunakan policy brief final sebagai sebuah kesempatan untuk mengartikulasikan rekomendasi berdasarkan temuan. Jelas bahwa rekomendasi ini tidak mengikat, namun rekomendasi dapat menyediakan orientasi yang berharga untuk para pembuat kebijakan.
Bahan belajarSUPPORT Tools for evidence-informed health Policymaking (STP)1:What is evidence-informed policymaking? Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/7/S1/S1 Increasing the use of evidence in health policy: practice and views ofpolicy makers and researchers Dapat diakses di: http://www.anzhealthpolicy.com/content/6/1/21 SUPPORT Tools for evidence-informed health Policymaking (STP)13: Preparing and using policy briefs to support evidence-informed policy making Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/7/S1/S13 Exploring evidence-policy linkages in health research plans: A casestudy from six countries Dapat diakses di: http://www.health-policy-systems.com/content/6/1/4
|
Modul 3.C.2 Policy Paper
Tujuan PembelajaranMemahami format dan cara penulisan makalah kebijakan sebagai salah satu sarana mengkomunikasikan hasil penelitian kepada pembuat kebijakan
Makalah kebijakan agak sulit didefinisikan tetapi ia harus memenuhi kriteria berikut:
Namun yang pasti adalah, makalah kebijakan bukanlah:
Beberapa hal yang mencirikan makalah kebijakan adalah:
Walau pun kelihatannya sama dengan policy brief, makalah kebijakan biasanya lebih panjang (setidaknya berkisar antara 30 – 35 halaman) dan lebih lengkap cakupannya. Format makalah kebijakan bergantung kepada tipe penelitian, namun secara umum akan mengandung beberapa komponen berikut: Ringkasan Eksekutif Walau pun ringkasan eksekutif terdapat pada bagian awal dari makalah kebijakan, namun saat yang terbaik untuk menulis bagian ini adalah pada saat terakhir, karena ringkasan eksekutifg ini akan berfungsi sebagai ringkasan dari seluruh makalah. Minimal, ringkasan eksekutif harus mencakup:
Batang Tubuh Bagian utama dari makalah harus didedikasikan untuk membangun latarbelakang dan mendiskusikan alasan di balik rekomendasi kebijakan Anda. Berikut ini adalah garis besar menggambarkan apa yang harus ada di tulisan utama:
Lampiran
Bahan belajarContoh policy paper Bappenas, dapat dibuka pada link: http://www.bappenas.go.id/print/2839/policy-paper/
|
Modul 3.A Beberapa konsep dasar
|
Pengantar Modul 3. Mengkomunikasikan hasil-hasil riset kebijakan
|
Modul 2.C.3. Lensa Etnografis
Tujuan Pembelajaran
|
Modul 2.C.1 Perspektif potong-lintang
Tujuan Pembelajaran
|